GEROBAK sampah, ditulis oleh Ustaz Arafat. Tulisan ini membahas tentang perkataan yang kasar ibarat sampah yang tidak perlu disimpan.
“Bagaimanapun juga omongan dia pernah nyakitin hati aku, Ustaz. Betul-betul enggak akan aku lupain sampai kapanpun!”
Begini curhatan seorang ibu yang tidak bisa melupakan perasaan dendamnya kepada saudaranya sendiri.
“Sakit hati itu menutup pintu rezeki, Bu. Apalagi sampai dendam. Gimana rezeki mau masuk kalo pintu hati kita ketutup kaya gitu?”
Saya termasuk orang yang percaya, bahwa pendendam itu sifat asli Iblis, bukan manusia.
Lihatlah Iblis, saking dendamnya dengan Nabi Adam ia bersumpah menjerumuskan sebanyak-banyaknya anak cucu Nabi Adam.
Jadi kalau ada manusia yang suka mendendam, pasti hanya khilaf, dan bisa dihilangkan.
“Hati kalau udah sakit apa bisa disembuhin Ustaz?”
“Bisa, asal keinginan itu datang dari ibu sendiri. Kan semua penyakit ada obatnya,”
“Gimana caranya Ustaz?”
“Nah, kalo emang ini kemauan ibu, begini caranya,” kelihatannya saya berhasil membuat si ibu menyadari bahwa hati kita itu teramat berharga jika hanya untuk dijadikan gudang dari sifat dendam saja.
Baca juga: Jangan Bawa Pulang ‘Sampah’
Gerobak Sampah
“Begini. Setiap hari ibu lihat kan petugas kebersihan lewat di jalan depan rumah sambil menarik gerobak sampah. Baunya sangat tidak sedap tercium dari dalam.”
“Iya betul Ustaz, bau sampah pastinya,”
“Nah setelah gerobak itu berjalan lagi menjauhi rumah ibu, lama-lama bau busuk itu hilang juga kan?”
“Ya udah pasti begitu. Terus apa hubungannya Ustaz?”
“Gini loh, seandainya gerobak sampah itu dipersilakan masuk ke dalam rumah ibu satu jam saja. Kemudian ia pergi lagi, saya yakin bau sampah itu pasti bertahan berhari-hari di dalam rumah. Karena apa? Ya mungkin jejak-jejak kotornya tersisa di rumah. Lebih mungkin lagi dari gerobak itu menetes-netes air kotor dari sampah basah. Sebab itulah baunya enggak bisa hilang walau gerobaknya sudah enggak ada.”
“Ih, jijik sekali, mana mungkin saya suruh masuk gerobak sampah ke dalam rumah!”
Nah, pancingan saya berhasil. Sengaja saya menyampaikan cerita di awal, baru kemudian saya tarik analoginya sebagai kesimpulan,
“Gerobak itu ibarat omongan kasar orang lain, sedangkan rumah ibarat hati kita. Mengapa bau busuk dari dendam bertahan? Karena kita sendiri yang mengizinkan gerobak itu masuk ke dalam hati, sudah tahu isinya sampah!”
Sepintas wajah sang ibu mulai memerah, mungkin pertanda penyesalan.
“Hati kita itu berharga banget, maka jangan kotori hati hanya karena hal-hal seperti ini. Memang kata-kata kasar terdengar menyakitkan, tetapi yang namanya gerobak kalau ia sudah berjalan lagi menjauhi rumah kita, lama-lama bau busuk itu hilang juga kan?”
Sang ibu membisu seribu bahasa. Semoga saja ini artinya ia memahami analogi yang saya sampaikan.
Memang memaafkan itu perbuatan mulia, karena inilah yang diajarkan Al-Quran kepada kita,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Surat Al-A’raf:199)
Sumber: https://t.me/semangatsubuh