SEMUA orang diuji Allah subhanahu wata’ala. Dan semua orang diuji sesuai kemampuannya.
Hidup ini ujian. Perjalanan hidup kita dari nol hingga akhir, takkan lepas dari ujian. Ada ujian yang ringan, sedang, dan berat.
Namun begitu, klasifikasi itu tidak bisa disamakan untuk semua orang. Bisa jadi, ringan untuk seseorang, berat untuk yang lain. Begitu pun sebaliknya.
Manusia itu ada kadarnya. Diibaratkan seperti emas, ada yang 24 karat, ada juga yang di bawahnya. Ada orang yang kadarnya istimewa, ada juga yang pas-pasan.
Kalau kita cermati apa yang kini dialami rakyat Gaza, mungkin kita tidak mampu ‘mencerna’nya. Betapa beratnya ujian mereka. Sekiranya mereka adalah kita, mungkin sudah lama kita tak kuat.
Itu karena kita bukan mereka dan mereka bukan kita. Kadar mereka jauh melampaui kita. Dan Allah menguji mereka sesuai kadar yang mereka miliki.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Ujian yang paling berat adalah yang dialami para Nabi, kemudian orang-orang yang serupa dan orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut kadar agamanya…” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Imam Ahmad)
Di satu sisi, mungkin kita bersyukur tidak diuji Allah dengan ujian yang ringan. Tapi di sisi lain, ujian ringan menunjukkan ringannya kadar agama kita. Tapi, hal ini tidak menunjukkan keinginan kita untuk diuji dengan yang lebih berat.
Yang perlu kita pahami bahwa ujian itu rahmat Allah subhanahu wata’ala. Bukan siksaan. Bukan pula bentuk pengabaian-Nya.
Dalam kesusahan dari perjuangan dalam ujian itu, Allah subhanahu wata’ala menganugerahkan kita pahala, ampunan, dan keridhaan. Dan dengan pahala, ampunan, dan keridhaan itu Allah memberikan kita surga yang abadi.
Jadi, jangan buruk sangka dengan ujian Allah. Sekali lagi, semua itu bukan bentuk kemarahan atau pengabaian Allah kepada hamba-hamba-Nya yang disayang. Justru itu merupakan bentuk kasih dan sayang Allah subhanahu wata’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika Allah mencintai suatu kaum, maka mereka akan diuji.” (HR. Thabrani)
Karena itu, jika Allah menguji kita, bersabarlah. Berat dan ringannya ujian itu menunjukkan tingkat agama kita. Jangan pernah iri dengan orang yang hidupnya bebas tanpa ujian. Karena boleh jadi itu merupakan hukuman istidraj untuk mereka. [Mh]