IBNU Bathuthah, Sang Traveler Muslim yang telah menjelajahi dunia di abad pertengahan. Ia merupakan ikon sejarah, dan nama aslinya adalah Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati At Thanji.
Ia dilahirkan di Kota Thanjah (Tangier), Maroko, pada tahun 703 H/1304 M, di masa kekuasaan Dinasti Marin. Nama Ibnu Bathuthah telah dicatat dalam kepustakaan-kepustakaan sejarah dunia, khususnya sejak abad pertengahan sampai zaman modern.
Namanya masyhur di mata ilmuwan Muslim, maupun Barat. Banyak buku atau karya ilmiah disusun bersumber dari memoar-nya, Rihlah Ibnu Bathuthah.
Judul asli memoar itu, adalah Tuhfah An Nuzhar fi Gharaibil Amshar wa ‘Ajaibil Asfar (Hadiah berharga dari Pengalaman Menyaksikan Negeri-Negeri Asing dan Menjalani Perjalanan-Perjalanan Ajaib).
Ibnu Bathuthah mulai mengelilingi dunia pada tahun 725 H, ia meninggalkan negerinya dan berkeliling di negeri-negeri seperti Maroko, Mesir, Syam, Hijaz, Irak, Persia, Yaman, Bahrain, Turkistan, Maa Waraa’ nahr (Transoxania), sebagian wilayah India, Cina, Jawa (Nusantara), Tartar, dan Afrika Tengah.
Dalam rihlahnya itu, Ibnu Bathuthah bertemu dengan banyak raja dan amir. Ia memuji mereka dalam bait-bait syair. Dengan hadiah dan bekal yang diberikan para raja dan amir itu, dia melanjutkan rihlah ke pelbagai negeri yang lain.
Baca juga:Beri Kemudahan bagi Para Traveler Berzakat, Wisata Muslim Gandengan BAZNAS
Ibnu Bathuthah, Sang Traveler Muslim di Abad Pertengahan
Dalam karya nya, kita dapat mengetahui bahwa Ibnu Bathuthah sangat piawai dalam menyebutkan nama tokoh, raja atau sultan, tempat kejadian, cerita-cerita sosial yang sangat populer di masa itu, keadaan-keadaan, dan kejadian-kejadian.
Dia juga pandai menceritakan situasi zaman Islam, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ibnu Bathuthah tetap memahami aspek-aspek ajaran Islam, sehingga ceritanya dikorelasikan dengan ajaran-ajaran Islam.
Rihlah Ibnu Bathuthah dinilai seperti sebuah mozaik kebudayaan Islami yang diimpikan oleh Ibnu Bathuthah agar terwujud di bumi. Bahkan, tanpa disadari, Ibnu Bathuthah telah menunjukkan pentingnya Kesatuan Wilayah Islam, baik yang berada di wilayah Arab, Syam, Afrika, India, maupun Asia Tenggara.
Dan pesan paling penting, Ibnu Bathuthah telah berusaha, dalam sebagian besar masa hayatnya, untuk mengamalkan amanah Al-Qur’an berikut:
“Maka berjalanlah kalian di muka bumi, lalu perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (agama Allah)!” QS. Ali Imran ayat 137.
Sebagaimana Ibnu Khaldun disebut sebagai peletak dasar konsep ilmu Sosiologi, maka Ibnu Bathuthah bisa dianggap sebagai perintis studi Geografi; khususnya untuk studi negeri-negeri Islam.
Catatan perjalanan Ibnu Bathuthah tidak kalah dibandingkan karya para pengelana dunia seperti Marco Polo, Columbus, Laksamana Cheng Ho, dan lainnya.
Disinilah kita perlu bersikap bijak, tetap kritis, dan adil. Jangan menelan bulat-bulat, sebagaimana jangan menolak mentah-mentah. Tetap ada sisi-sisi nilai hikmah yang bisa diambil. Betapapun, Rihlah Ibnu Bathuthah, adalah magnum opus dari sang pengelana Muslim, Ibnu Bathuthah. [Azh]