BLIND spot arti harfiahnya titik buta. Dalam berkendara, blind spot terjadi saat pengemudi tak bisa melihat kanan, kiri, dan belakang. Kadang, begitu pun dalam perjalanan hidup.
Hidup ini selalu dalam desain tantangan. Setiap tahapan perjalanan hidup tantangannya selalu naik. Begitu pun risikonya.
Tantangan sesudah nikah lebih berat dari masa lajang. Tantangan sudah punya anak lebih berat dari yang belum. Begitu seterusnya.
Dalam menapaki tangga-tangga tantangan itu, kadang ada kejadian di luar kemampuan biasa kita. Kejadian yang dalam nalar normal, rasanya tak mungkin diselesaikan.
Contoh, kehilangan penghasilan secara mendadak, kehilangan ayah ibu di saat belum bisa mandiri, kehilangan suami atau istri di saat anak-anak masih balita, dan lainnya.
Kejadian mendadak itu membuat kita seperti lumpuh. Semua area seperti gelap. Seolah tak ada harapan untuk bisa terus melangkah.
Perumpamaannya seperti blind spot saat pengendara tak lagi mampu melihat arah kanan, kiri, dan belakang.
Pertanyaannya, bagaimana pengendara mampu menyiasati blind spot ini?
Pertama, ia sudah menyadari bahwa akan banyak blind spot yang akan dilalui. Kesadaran ini memunculkan kesiapan batin bahwa perjalanan tidak mulus-mulus saja secara normal.
Allah subhanahu wata’ala sudah menyadarkan kita tentang ini, “Tidak ada bencana yang menimpa di bumi dan tidak juga (yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya….” (QS. Al-Hadiid: 22)
Seseorang yang sudah menyiapkan diri akan jatuh, sakitnya lebih ringan dari yang tidak siap. Setidaknya, lebih siap untuk bangkit lagi.
Kedua, pengemudi begitu on the track pada rambu-rambu. Ia begitu memperhatikan rambu-rambu dan menaati dengan kesadaran.
Rambu-rambu menginfokan tentang jalan menanjak, menurun, berkelok, bercabang, persimpangan, dan lainnya. Semua info ini menuntut perlakuan yang pas. Kalau tidak, risikonya akan fatal.
Begitu pun dalam perjalanan hidup ini. Allah sudah menginfokan rambu-rambu dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Pahami dan taati. Pengabaian, risikonya juga bisa fatal.
Tiga, selalu berkomunikasi dengan ‘penuntun’ jalan. Tidak heran jika semua kendaraan blind spot dilengkapi dengan alat komunikasi. Ia mengabarkan dan mendapat kabar. Akan ada tuntunan dan nasihat.
Begitu pun dalam hidup ini. Allah subhanahu wata’ala mewajibkan kita berkomunikasi dalam shalat. Minimal lima kali sehari.
Shalat selain bisa meminta bantuan langsung pada Allah, juga sebagai media pembersih hati. Sekiranya mata lahir kita terbutakan dalam musibah, mata batin kita akan tetap tajam mencari solusi.
Berjalan pelan di saat blind spot sangat wajar. Karena dengan begitulah kita membangkitkan adaptasi diri. Yang penting, asal tidak lumpuh. Terlebih lumpuh hati. [Mh]