BAGAIMANA cara mengurangi kekhawatiran akan masa depan? Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Insyaha menjawab sebagai berikut.
Saat kita khawatir itu pikiran kita lompat ke masa depan. Apa yang kita pikirkan di masa depan itu seolah-olah nyata dan sudah terjadi padahal semuanya itu belum tentu terjadi.
Nah, tubuh kita itu tidak bisa membedakan apakah ini nyata atau ilusi. Kekhawatiran itu adalah ilusi, belum tentu terjadi tetapi tubuh tidak bisa membedakannya. Apa yang dipikirkan dianggap nyata oleh tubuh.
Ingat teori jeruk nipis. Saat kita berimajinasi memeras jeruk nipis lalu air jeruk itu menetes ke lidah kita, tiba-tiba kita merasakan banyak sekali air liur di mulut kita. Faktanya jeruk nipisnya tidak ada. Jeruk nipis itu ada dalam ilusi tetapi direspon seolah-olah benar ada oleh tubuh.
Begitulah pikiran meskipun hanya ilusi atau imajinasi tapi tubuh merespon seolah-olah terjadi nyata.
Maka hampir semua orang yang suka khawatir berlebihan atau suka sedih mengingat hal-hal buruk di masa lalu itu rata-rata sakitnya berhubungan dengan asam lambung.
Baca juga: Mengkhawatirkan Keberhasilan Tanpa Menerima Perjalanan akan Menghadapi Perjuangan
Lalu, apa solusinya agar kita tidak mudah khawatir. Solusi yang paling ampuh untuk mengatasi kekawatiran adalah hadir pada detik ini dan saat ini, mindfullness.
Orang yang bahagia itu adalah orang yang sadar hadir saat ini, bukan hidup di masa lalu dengan kesedihannya atau hidup di masa depan dengan kekhawatirannya.
Kunci agar kita bisa hadir saat ini itu ada pada kata bersyukur. Saat kita bisa bersyukur, itu artinya kita hadir di saat ini. Coba cek rekening, Alhamdulillah masih menyimpan uang. Anak istri masih sehat, kita juga masih sehat.
Saat kita menjadi orang yang pandai bersyukur maka Allah akan tambah lagi kenikmatannya. Kita bersyukur lagi maka Allah akan terus tambah lagi kenikmatannya. Begitu seterusnya hingga kita benar-benar merasa seperti orang yang beruntung karena terus menerus ketiban rezeki.
Ada sebuah pertanyaan, apakah dengan kita khawatir, masalah kita akan selesai, kan tidak seperti itu. Misalnya kita punya utang yang bulan depan harus segera kita lunasi, padahal hari ini kita tidak punya uang untuk melunasinya.
Ada dua pilihan nih, pertama kita berpikir negatif dengan sering mengatakan, “pasti nih, aku enggak bakalan bisa bayar utang bulan depan, uang dari mana untuk bayar utang, aduh bagaimana ya pasti aku dimarahi lagi karena enggak bisa bayar utang”.
Atau pilihan kedua “insha Allah, atas izin-Nya, aku pasti bisa membayar utang, Allah pasti membantuku, Allah pasti menolongku, aku yakin bisa melunasi utangku bulan depan”.
Sobat, masa depan itu misteri, bisa jadi kita enggak bisa bayar, bisa jadi juga kita bisa melunasi utang itu. Kalau keduanya memiliki peluang yang sama, kenapa harus memilih pilihan yang buruk bagi diri kita yakni fokus berpikir tidak bisa bayar utang.
Berpikirlah sesuatu yang kita inginkan bukan sesuatu yang tidak kita inginkan. Jika kita tidak menginginkan gagal membayar utang, kenapa kita terus-menerus memikirkan itu. Jika kita ingin bisa membayar utang seharusnya kita optimis dan yakin bisa membayar utang.
Manusia seringkali memikirkan sesuatu yang ia tidak ingin terjadi pada dirinya. Enggak mau bangkrut eh mikirnya gimana kalau bangkrut. Enggak mau sakit, mikirnya aduh jangan-jangan sakit ini, itu. Biasakan berpikir sesuatu yang kita inginkan bukan sesuatu yang tidak kita inginkan.
Lalu, apa solusinya agar, masalah itu tidak menjadi pikiran kita dan bagaimana agar diri kita itu tidak terus menerus memikirkan masalah itu.
Cara Mengurangi Kekhawatiran terhadap Masa Depan
Solusi yang kita lakukan adalah berserah diri kepada Allah dan yakin Allah akan memberikan solusinya. Caranya: waktu sholat, lakukan dengan sungguh-sungguh dan khusu’ lalu berdoa dengan penuh kesungguhan.
Jika kita khawatir, luapkan kekhawatiran kita kepada Allah. Jika kita takut, curhatkan kepada Allah. Pokoknya saat sholat, kita benar-benar meminta tolong kepada Allah agar Allah memberikan solusinya. Kita benar-benar curhat, menyampaikan kegundahan, kekawatiran, ketakutan kita kepada Allah.
Jika ingin menangis enggak apa-apa menangis saja, curhatkan semua kepada Allah. Menangis itu akan menetralkan emosi dan menangis itu adalah bukti kesungguhan kita meminta pertolongan-Nya.
Kita seringkali terbalik saat sholat, buru-buru cepat selesai setelah selesai, kita berpikir lagi soal utang yang membuat kita khawatir.
Padahal yang bisa menolong kita itu Allah, kalau hanya Allah yang mampu menolong kita maka kita mintanya kepada Allah. Jadi jangan banyak dipikir tetapi banyak berdoa.
Jika belum ada juga solusi padahal sudah di detik-detik terakhir, tambahkan kepasrahan diri kepada Allah.
Saat sholat katakan, “Ya Allah aku pasrahkan diriku, aku pasrahkan utangku kepada-Mu, aku mohon tolong aku, ya Allah”.
Biasanya pertolongan Allah itu datang di detik-detik terakhir. Seringkali saat kita berpasrah diri kepada Allah, ada intuisi. Seolah-olah ada bisikan yang kita dengar, misalnya coba dinego bisakah pembayarannya ditunda bulan depan. Setelah kita nego ternyata bisa ditunda bulan depan. Ada juga intuisi untuk menghubungi orang tua. Entahlah tiba-tiba ada keinginan untuk menelpon orang tua.
Saat menghubungi orang tua, tiba-tiba orang tua mau mengirim sejumlah uang hasil pembagian dari jual tanah.
Jadi agar kita tidak sepanjang hari penuh dengan kekhawatiran yang dilakukan adalah totalitas meminta kepada Allah, memohon petunjuk Allah, berpasrah diri dan curhat kepada Allah saat sholat.
Setelah sholat, kita ganti mode dengan mode yang semangat, tenang dan bahagia. Lalu saat waktu sholat lagi ganti modenya dengan mode pasrah kepada Allah, sungguh-sungguh dalam meminta pertolongan-Nya. Setelah sholat kembali lagi ke mode semangat dan happy.
Lalu, yang kita lakukan selanjutnya adalah memperbanyak istighfar di sepanjang waktu saat kita ingat.
“Barang siapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah).
Kemudian banyak bersedekah dengan niat khusus: “Ya Allah, ridhoi dan terima sedekah saya yang tidak seberapa ini, dengan sedekah ini, hamba mohon Engkau memberikan hamba rezeki yang melimpah dan berkah sehingga hamba bisa membayar utang bulan depan”.
“Siapa yang disempitkan rezekinya (miskin) hendaklah menafkahkan sebagian rezekinya (sedekah).” (QS. At Thalaq :7). “Sedekah itu menolak bala (bencana).” (H.R. Ath-Thabrani).
Terakhir adalah banyak berbuat baik kepada makhluk Allah yang lain termasuk dengan binatang dan tumbuhan. Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman: 60).
“Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).[ind]