IKAN kakatua tak pernah lelah membersihkan karang di lautan. Tujuh puluh persen pasir putih di pantai merupakan jerih payah mereka.
Tak banyak yang mencermati kehidupan ikan kakatua. Disebut ikan kakatua karena wajahnya sangat mirip dengan burung kakatua.
Mulutnya yang menyerupai paruh burung kakatua memang bagian yang paling keras di tubuhnya. Dari mulut dan gigi yang super keras itulah, ikan kakatua mengunyah karang untuk kemudian hancur menjadi pasir.
Semula banyak orang yang salah sangka. Orang mengira ikan kakatualah yang menjadi pelaku kerusakan karang. Mereka pun disarankan untuk diburu saat itu.
Namun penelitian lebih dalam justru menyatakan sebaliknya. Ikan kakatua memakan karang-karang yang rusak dan mati untuk kemudian dihancurkan dalam perutnya menjadi pasir laut.
Dalam karang-karang yang rusak itu terdapat organisme kecil semacam ganggang yang menjadi makanan ikan kakatua. Tapi secara teknis, bukan hanya ganggangnya yang dimakan, karang-karangnya juga ikut ditelan.
Sedemikian aktifnya, bisa diperkirakan bahwa sembilan puluh persen hidup ikan kakatua hanya memakan karang rusak untuk dihancurkan menjadi pasir.
Karang yang telah hancur menjadi pasir dikeluarkan ikan kakatua seperti keluarnya kotoran dari tubuhnya.
Jadi jangan bangga dulu bisa bersentuhan dengan pasir-pasir putih di pantai. Karena tujuh puluh persen dari pasir putih itu adalah kotoran ikan kakatua.
Karena itu, para nelayan paham betul tentang menjaga kelestarian ikan cantik ini. Karena memburu dan memakannya, sama saja dengan melenyapkan pasir putih di pantai.
**
Dalam sisi kehidupan tertentu, ada orang-orang yang begitu rajin dan tekun mengabdi untuk melakukan kebaikan. Ada aktivis kemanusiaan, ada donatur baik yang tak peduli dengan untung rugi kecuali pahala, ada pencinta anak yatim yang begitu tekun mengurus dan membina anak yatim, ada pencinta hewan, dan seterusnya.
Sebagian mereka mungkin ada yang difitnah macam-macam. Ada yang dikira orang tak waras. Ada yang dianggap sebagai yang tak punya kerjaan, kebanyakan duit, dan seterusnya.
Namun bagi mereka, mencintai kebaikan sudah menyatu dalam hidupnya sendiri. Allah subhanahu wata’ala menjaga keseimbangan alam ini melalui kebaikan mereka yang terus berlangsung. [Mh]