AH… nanti sajalah fokus mendidik anak. Toh, anak masih kecil juga. Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto menjelaskan mengenai pentingnya menyegerakan mendidik anak.
Bunda pernah membaca kata mutiara ini: “Kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri dan hari Ini adalah hadiah”.
Iya, kemarin adalah sejarah, yang tidak mungkin kita ubah alur ceritanya.
Masa depan adalah misteri, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Kita hanya bisa berharap dan berusaha untuk mencapai mimpi-mimpi yang telah kita susun.
Hari ini adalah hadiah, iya karena yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan mimpi, memberi manfaat kepada orang lain, membahagiakan keluarga, menjadikan diri kita diridhoi Sang Maha Pencipta itu adalah hari ini, adalah saat ini.
Ada juga kata mutiara yang hampir mirip: “kemarin itu masa lalu, hari ini adalah kenyataan, dan esok adalah harapan”.
Kita pasti memiliki harapan, pasti memiliki impian. Impian keluarga, impian dalam pekerjaan, impian dalam pengasuhan anak dan mimpi-mimpi lainnya.
Namun terkadang banyak orang gamang untuk meraihnya.
Apakah Bunda juga mengalaminya? Saat kita memiliki mimpi bahwa anak kelak akan menjadi seperi ini dan itu.
Misalnya kita memiliki mimpi anak kita kelak akan menjadi seorang penghafal Al Quran 30 juz.
Namun sering kali kita gamang dengan mimpi kita sendiri. Kita tidak tahu kapan saat yang tepat untuk memulai.
Tidak tahu kapan langkah pertama itu dilangkahkan. Kita sering menunda untuk memulai.
Dalam diri, kita sering berapologi yang membenarkan bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk memulai, tapi nanti.
Nanti ketika sudah memiliki ini, itu, nanti kalau sudah waktunya ini, itu, nanti ketika anak sudah berumur sekian dan sekian, dan nanti bla…bla…bla…, nanti dan nanti dulu bukan saat ini.
Hati-hati dengan kata nanti, Bunda. Ketika kata nanti sudah Bunda yakini maka otak dan seluruh organ tubuh akan merespon seperti apa yang diyakini.
Kata nanti bisa berubah menjadi sirna ketika komitmennya rendah.
Jika begitu, selamanyalah Bunda tidak akan pernah bisa mencapai apa yang diimpikan, selamanya tidak akan pernah bisa meraih harapan.
Semua hanya tinggal kenangan, tinggal cerita bahwa Bunda pernah bermimpi ananda yang hafidz Quran.
Dan Bunda hanya bisa bercerita getir kepada ananda bahwa itu hanya sekadar mimpi yang tak pernah terjadi, maafkan Bunda ya, Nak….
Buang kata nanti ganti dengan kata saat ini. Ketika Bunda menetapkan keyakinan bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk memulai, maka semua organ tubuh dan hormon akan bekerja dan bersinergi untuk membuktikan apa yang telah Bunda yakini.
Ada keajaiban-keajaiban yang akan muncul ketika Bunda telah menentapkan keyakinan untuk memulai saat ini.
Kelak keajaiban itu akan Bunda alami dan bisa diceritakan keajaiban tersebut kepada orang lain sebagai inspirasi.
Saat inilah saat yang tepat untuk memulai langkah pertama. Jangan menunda lagi.
baca juga: Renungan dalam Mendidik Remaja
Mendidik Anak saat Ini, Bukan Nanti
Cobalah untuk memulai dari sekarang, dalam prosesnya Bunda akan sadar bahwa Bunda telah memulai pada saat yang tepat.
Kelak waktu akan membuktikan bahwa langkah pertama yang telah Bunda lakukan itu adalah langkah yang benar.
Lalu Bunda mengalami sebuah peristiwa yang luar biasa.
Bunda duduk di sebelah ananda yang sedikit lagi mampu menyetorkan hafalannya yang terakhir.
Bunda tersenyum dan memeluk ananda dengan erat sampai-sampai tak terasa ada tetesan air mata mengalir di kedua kelopak mata Bunda.
Nanti akan meledak kegembiraan Bunda saat ananda memakaikan mahkota kemuliaan yang bercahaya dan menjadi keinginan semua orang tua kelak di akhirat.
Bunda, apa yang saya ceritakan yaitu bermimpi memiliki anak yang hafidz Quran ini adalah salah satu contoh.
Bunda, ayo bermimpilah untuk dirimu dan anak-anakmu. Mulailah saat ini, kita kejar mimpi-mimpi itu.
Mulailah ayunkan langkah pertama untuk mewujudkan mimpimu terhadap anak-anakmu.
Saat ini Bunda, sekarang juga bukan nanti, jangan ditunda lagi.
Jika terus ditunda, mimpi itu akan sirna, mimpi itu tidak lagi membekas, mimpi itu hanya akan menjadi cerita getir yang kelu untuk diceritakan.[ind]