ADA hikmah di balik miskin. Sayangnya, tak banyak orang yang mampu menangkapnya dengan jernih.
Ada seorang ayah yang curhat dengan temannya. Ia curhat tentang perkembangan anak remajanya. Menurutnya, anak-anak dari keluarga kaya selalu dibayang-bayangi agen narkoba.
“Itulah kenapa anak-anak saya tidak saya sekolahkan di sekolah,” ungkapnya.
“Lalu, anak-anakmu disekolahkan di mana?” tanya sang teman.
“Saya sekolahkan anak-anak saya di rumah saja, home schooling,” jelas sang ayah.
“Lha, nanti dia nggak punya teman!” sergah sang teman.
“Nggak papa, daripada jadi korban narkoba,” tambah sang ayah lagi.
“Kalau anakmu gimana?” ucap sang ayah bertanya tentang keadaan anak temannya.
“Aku sekolahkan anak-anakku di sekolah umum, seperti umumnya anak-anak yang lain. Aku tidak begitu khawatir mereka akan terjebak dunia narkoba,” ucap sang teman ayah.
“Lha, kok bisa?” tanya sang ayah.
“Jangankan untuk beli narkoba, untuk jajan saja uangnya nggak cukup. Habis buat ongkos,” pungkas sang teman ayah.
**
“Kamu kemarin nggak ke konser? Kan rumahmu dekat dengan GBK,” ucap seorang pemuda kepada rekannya.
“Aku nggak tertarik kesana,” ucap sang rekan nyantai.
“Wow, kamu soleh sekali. Meski bisa berjalan kaki dari rumah ke GBK, tapi nggak tertarik ke konser. Padahal yang dari jauh-jauh saja pada berdatangan,” ungkap sang pemuda menimpali.
“Aku nggak tertarik datang bukan karena soleh. Tapi karena nggak punya uang buat beli tiket. Mahal!” sanggah sang rekan, juga dengan nyantai.
**
“Sudah berapa kali kamu ke diskotik?” tanya seorang gadis kepada teman kuliahnya yang tinggal di kawasan Kota.
“Belum pernah!” jawab sang teman spontan.
“Waduh, alim sekali kamu. Kan rumahmu begitu dekat dengan diskotik-diskotik,” tambah sang gadis.
“Aku nggak tertarik ke diskotik bukan karena alim. Tapi nggak punya uang. Boro-boro ke diskotik, buat makan sehari-hari aja pas-pasan,” ungkap teman si gadis apa adanya.
**
Sebagian orang kerap mempertanyakan keadaan nasib mereka. Sudah begitu banyak beribadah dan ikhtiar, tapi tetap saja miskin. Dan hampir tiap saat ia menemukan mereka yang begitu kaya padahal tak beribadah sama sekali.
Ungkapan itu sekilas tampak wajar, jika menganggap bahwa kaya merupakan anugerah Allah yang sangat berarti.
Tapi, jika kita sudah berikhtiar dan berdoa tapi tetap juga tidak berhasil, cobalah untuk berbaik sangka pada Allah subhanahu wata’ala.
Karena boleh jadi, hal utama yang menghalangi kita dari melakukan maksiat adalah karena kita miskin. Justru keadaan itulah yang menggiring kita untuk rajin berdoa, beribadah, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah.
“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik buatmu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk buatmu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216) [Mh]