MERANGKUL tidak selalu dengan tangan. Justru dengan hati, rangkulan akan lebih berkesan sampai mati.
Seorang dosen non muslim di Amerika menceritakan bagaimana ia berkenalan dengan ajaran Islam. Sebuah momen mengubah cara pandangnya tentang agama Islam.
Suatu waktu, ia bersama teman dari akademisi ingin berkunjung ke Palestina. Ketika akan berangkat, pihak imigrasi memberikannya nasihat: hati-hati, kalian akan berkunjung ke tempat yang sangat berbahaya. Di sana tempat di mana para teroris tinggal.
“Nasihat” itu justru merangsang sang dosen lebih bergairah ke Palestina. Dosen sosiologi ini memang akan melakukan penelitian tentang kehidupan orang Arab Palestina.
Dan tibalah ia bersama temannya di Gaza, wilayah yang disebut orang-orang di Amerika sebagai sarang teroris.
Ia mampir ke sebuah toko untuk membeli sejumlah keperluan. Pemilik toko melayaninya dengan baik. Tiba-tiba, pandangan pemilik toko tertuju ke kalung teman sang dosen yang berliontin logo bintang David.
“Kalian Yahudi?” tanya sang pemilik toko. Teman sang dosen mengangguk pelan. Keduanya seperti ragu apakah mereka akan tetap mendapatkan pelayanan yang ramah.
Di luar dugaan, sang pemilik toko tiba-tiba masuk kedalam dan terdengar memanggil-manggil istrinya untuk menyediakan makanan dan minuman.
“Alhamdulillah, baru kali ini toko saya kedatangan orang Yahudi. Saya sangat gembira!” ujarnya. Sesaat kemudian, ia meraih tangan sang dosen dan temannya untuk masuk kedalam rumahnya.
“Mari, silakan kalian duduk dan mencicipi hidangan sederhana kamik” ucap sang pemilik toko lagi. Sang dosen dan temannya terpana dengan pemandangan itu.
Belum lagi keduanya memahami yang dilakukan pemilik toko, sesaat kemudian, sang pemilik toko pergi keluar toko. Ia memanggil-manggil sejumlah nama ke toko-toko di sebelahnya, “Abdul! Ahmad! Muhammad!”
Sepertinya, sang pemilik toko memanggil-manggil tetangganya untuk menemui kedua pembelinya itu untuk sama-sama menikmati hidangan ala kadarnya.
Mendapati pelayanan yang tak terduga itu, sang dosen dan temannya tak bisa berkata-kata. Mereka begitu terpesona dengan keramahan dan kesantunan yang diperlihatkan pemilik toko dan keluarganya.
Seumur hidup, mereka belum pernah merasakan pelayanan yang penuh persaudaraan dan kekeluargaan itu.
Sejak itulah, sang dosen ini selalu mengenalkan wajah Islam ke para siswanya sesuatu yang lain dari yang selama ini dipalsukan sebagian besar masyarakatnya.
**
Ada seorang turis dari Rumania yang menceritakan bagaimana ia dan istrinya tersesat saat berkunjung ke sebuah desa di Turki.
Waktu itu hujan deras dan hari hampir gelap. Ia dan istrinya tak tahu lagi sudah sampai di mana mereka berkendara. Sementara, peta di ponsel sudah tak lagi mampu menunjukkan arah tujuannya secara tepat.
Khawatir akan tersesat lebih parah, ia dan istrinya memutuskan untuk singgah di sebuah rumah yang ia temui untuk singgah sementara. Ia juga berharap sang tuan rumah bisa menginformasikan arah yang benar.
Setelah bertemu dengan sang tuan rumah, keduanya disambut dengan baik. Tuan rumah memanggil istri dan anak-anaknya untuk menyiapkan jamuan.
Ketiganya saling beramah tamah di momen itu. Turis Rumania itu pun menceritakan perjalanannya yang tidak nyaman hingga tersasar ke desa itu.
“Kalau begitu, kalian bermalam di sini saja. Kebetulan ada kamar kosong yang bisa kalian pergunakan,” ungkap sang tuan rumah. Keduanya pun setuju dan berterima kasih dengan tuan rumah.
Suami istri turis itu merasakan suasana yang bersahabat, sehingga keduanya tak khawatir jika bermalam di rumah itu.
Esok pagi, keduanya terbangun dari tidur. Ia dan istrinya keluar kamar dan melihat-lihat keadaan di sekeliling rumah yang sederhana itu.
Betapa terkejutnya mereka setelah menyadari bahwa rumah itu hanya memiliki satu kamar. Dan demi melayani keduanya, keluarga itu rela bermalam di sebuah tenda yang berada di halaman belakang rumah.
Sang turis menanyakan hal yang menurutnya tak biasa ini ke tuan rumah. Sang tuan rumah dengan tenang menjawab, “Beginilah agama kami mengajarkannya.”
Sejak peristiwa itu, sang turis dan istrinya bertekad untuk mempelajari Islam dengan serius. Keduanya pun masuk Islam.
Dan kini, sang turis dan istrinya sudah menjadi para dai di wilayah Rumania. Ia menceritakan, sudah sekitar delapan ribu warga Rumania yang berhasil ia ajak masuk Islam.
**
Merangkul tak mesti selalu dengan tangan. Merayu dan mengajak tak harus hanya dengan lisan. Justru, kesan yang paling dalam justru datang dari perilaku yang sangat Islami. Karena memang itulah yang selalu diajarkan dan dicontohkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Yang paling aku cintai di antara kalian, dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi) [Mh]