"Alloh SWT. melaknat orang-orang yang membuat tato, orang yang minta dibuatkan tato, orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya, dan orang-orang yang meregangkan gigi untuk mempercantik wajah dan mereka yang mengubah ciptaan Alloh." (HR. Muslim)
Tato sendiri berasal dari bahasa Tahiti "tatu" yang berarti "menandai sesuatu". Sudah sejak lama tato berkembang di dunia. Ia merupakan simbol peradaban masa lalu. Jika di Indonesia, suku mentawai sudah menato badan mereka pada 1500 SM – 00 SM.
Tato di Mentawai sendiri untuk menunjukkan status kekayaan seseorang ’Makin bertato, makin kaya,’’
Berbeda dengan tato dalam suku dayak, mereka mentato tubuhnya karena wujud penghormatan kepada leluhur. Selain itu diyakini sebagai simbol dan sarana untuk mengungkapkan penguasa alam. Tato juga dipercaya mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit ataupun roh kematian.
Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia bisa mengayau kepala musuh.
Tradisi tato perlahan tenggelam sejalan dengan larangan memenggal kepala musuh. Setelah ada pelarangan ini, tato hanya untuk kepentingan keindahan dan harga diri.
Tato dibuat oleh seorang sipatiti (pembuat tato). Proses pembuatan tato memakan waktu yang lama, terutama pada tahap persiapannya yang bisa sampai berbulan-bulan. Ada sejumlah upacara dan pantangan (punen) yang harus dilewati oleh orang yang ingin ditato. Tak semua orang sanggup melewati tahap ini.
Sebelum sipatiti mulai membuat tato, ada ritual upacara yang dipimpin oleh sikerei (dukun budaya Mentawai). Tuan rumah lalu mengadakan pesta dengan menyembelih babi dan ayam. Daging babi dan ayam ini juga sebagai upah yang diberikan untuk sikerei.
Untuk menyelenggarakan pesta membuat tato ini saja bisa menghabiskan biaya sekitar lima juta rupiah. Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Dengan mengetok-ngetoknya, terciptalah garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai. Pewarna yang digunakan berasal dari arang yang menempel di kuali. Sikerei yang merupakan kakaknya Tutulu berkata bahwa biasanya pembuatan tato dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki lalu tubuh. Selama beberapa hari, kulit yang baru ditato akan bengkak dan mengeluarkan darah.
Orang-orang Yunani menggunakan tato untuk komunikasi antar mata-mata. Tiap tato berbeda-beda dan dan menunjukkan pangkat mereka. Orang Romawi menato penjahat dan budak. Praktek ini masih dilakukan sampai sekarang. Orang Ainu di Asia barat menggunakan tato untuk menunjukkan status sosial. Orang Ainu terkenal karena mengenalkan tato ke Jepang di mana ia berkembang menjadi ritus religius dan seremonial.
Di barat, orang Inggris awal menggunakan tato dalam upacara. Tetangga keluarga Denmark, Norse, dan Saxon bertato (tradisi masih dipraktekkan hari ini). Pada tahun 787 Masehi, Paus Hadrianin melarang tato. Ini masih berkembang di Inggris sampai Invasi Norman pada tahun 1066. Normandia menolak menato tato. Itu lenyap dari budaya Barat dari abad 12 sampai 16.
Sementara tato berkurang di barat, ia berkembang pesat di Jepang. Awalnya, tato digunakan untuk menandai penjahat. Pelanggaran pertama ditandai dengan garis di dahi. Kejahatan kedua ditandai dengan menambahkan sebuah lengkungan. Pelanggaran ketiga ditandai oleh jalur lain. Bersama-sama tanda-tanda ini membentuk karakter Jepang untuk "anjing".
Bagaimana Tato bisa menyebar di Indonesia
Entah sejak kapan tato menyebar di Indonesia. Namun, para preman, penjahat sudah menggunakan tato. Berbeda di suku-suku Indonesia yang menggunakan tato sebagai tradisi. Secara umum masyarakat Indonesia mengonotasikan negatif mereka yang menato. Hal ini dikarenakan agama yang tidak membolehkan dalam bertato. Dalam hadist riwayat muslim menyebutkan, "Alloh SWT. melaknat orang-orang yang membuat tato, orang yang minta dibuatkan tato, orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya, dan orang-orang yang meregangkan gigi untuk mempercantik wajah dan mereka yang mengubah ciptaan Alloh."
Dalam kristen sendiri begitu. Disebutkan dalam di Imamat 19:28, yang mengatakan, ”Jangan membuat tanda tato pada dirimu.” Allah memberikan perintah ini kepada bangsa Israel untuk membedakan mereka dari bangsa-bangsa tetangga yang menoreh kulit dengan nama atau simbol allah-allah mereka. Meskipun Hukum yang diberikan kepada bangsa Israel tidak wajib diikuti orang Kristen, prinsip yang menjadi dasar hukum ini patut dipikirkan dengan serius.
Tren tato di kalangan preman dan penjahat sempat diredam pada tahun 1983. Saat itu, terjadi penembakan misterius terhadap preman dan penjahat, bahkan mantan residivis. Pada minggu pertama Juli 1983, ada 17 mayat residivis ditemukan di Kabupaten Tegal. Sampai pertengahan Juli 1983, sudah ada 20 mayat yang ditemukan di seputar Solo. Sebanyak 7 orang tewas dalam waktu 5 hari.
[gambar1]
Hasil pelaksanaan operasi ini di Solo (Daerah Kowil 95 Solo) ada sekitar 35 penjahat telah ditemukan tewas tertembak sampai dengan Juli 1983. Sejak 10 Juli hingga 15/16 Juli 1983, tercatat ada 7 orang penjahat kambuhan tewas, 5 orang tewas akibat terkena tembakan, dan 2 orang lainnya tewas akibat luka jerat di leher.
Angka ini dianggap terlalu kecil. Menurut David Bourchier dalam buku Crime, Law and State Authority in Indonesia, korban petrus mencapai 9.000an jiwa.
Kebanyakan dari korban Petrus (penembak misterius) adalah preman yang mudah dikenali dengan ciri tato. Korban-korban yang menjadi sasaran atau target penembakan misterius ini telah dipilih secara khusus, bahkan sudah ada daftar yang dibuat sebagai daftar Target Operasi (TO). Para korban seringkali dinyatakan sebagai penjahat, gali, preman, dan biasanya lebih sering adalah mantan residivis. Ciri-ciri yang paling menonjol adalah korban biasanya mempunyai tato, Komnas HAM menyebutkan dalam laporan mereka bahwa pada masa itu tato identik dengan preman dan sejenisnya.
Stigma ini terus berkembang dalam berbagai kesempatan. Di koran, ketika berita kejahatan terjadi, pelakunya kerap disimbolkan dengan tato yang ada dalam tubuhnya. Tokoh antagonis dalam televisi kerap kali dicitrakan gondrong dan memiliki tato.
Sejak order baru berganti reformasi. Citra tato berangsur-angsur berubah. Namun, mereka yang menato dirinya masih sembunyi-sembunyi. Hal ini dikarenakan persepsi masyarakat terhadap mereka yang bertato. Banyak perusahaan pun melarang mereka yang bertato bekerja di tempat mereka. Alhasil rata-rata mereka menato tidak berada di tempat-tempat terlihat oleh pandangan. Seperti di punggung, paha, lengan atas, pangkal leher, pinggul, betis. Namun, ada juga perusahaan yang masih mempekerjakan mereka yang bertato.
Mengapa Tato Dilarang
Pertama, karena hadis Rasulullah SAW yang berbunyi ;
"Alloh SWT. melaknat orang-orang yang membuat tato, orang yang minta dibuatkan tato, orang yang mencabut bulu mata, orang-orang yang minta dicabut bulu matanya, dan orang-orang yang meregangkan gigi untuk mempercantik wajah dan mereka yang mengubah ciptaan Alloh." (HR. Muslim)
“Aku diutus dengan pedang menjelang hari kiamat hingga mereka menyembah Allah Ta’ala semata dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatupun, dan telah dijadikan rizkiku di bawah bayangan tombakku, dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi siapa yang menyelisihi perkaraku. Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Ahmad).
Menato termasuk perbuatan yang menyiksa dan menyakiti badan, yaitu dengan menusuk-nusukkan jarum pada badan orang yang ditato itu. Semua ini menyebabkan laknat, baik terhadap yang mentato ataupun orang yang minta ditato.
Jalan terbaik buat orang yang sudah terlanjur ditato adalah bertaubat kepada Allah SWT dan menghapus tatonya.
Selain dilarang oleh agama, orang yang menato tubuhnya rentan untuk terkena infeksi. Biasanya, orang yang membuat tato mengalami gatal, dan kulit yang baru ditato menjadi melepuh. Infeksi ini bukan hal baru, seperti penyaki Hepatitis, infeksi staph, bahkan bakteri super yang dikenal sebagai MRSA juga terkait dengan tato. Jarum yang tidak steril serta kondisi tidak higienis menyebabkan penularan penyakit.
Di Amerika saja, wabah infeksi tato ini dialami oleh mereka yang membuat tato dengan menggunakan peralatan steril. Bahkan seniman tato juga menggunakan sarung tangan saat melakukan pekerjaannya. Karena itu, dugaan kuat infeksi tersebut berasal dari tinta tato yang terkontaminasi bakteri.
Infeksi tersebut terkait dengan tinta tato atau air yang dipakai untuk mengencerkan tinta. Oleh karenanya, seniman tato dan pembuat tinta disarankan hanya memakai air steril untuk mengencerkan tinta.
Infeksi disebabkan oleh bakteri Mycobacterium chelonae. Bakteri ini bisa menyebabkan rasa gatal dan nyeri serta kulit melepuh. Pengobatannya memerlukan waktu satu bulan dan harus menggunakan antibiotik.
Bakteri tersebut biasanya terdapat di air keran yang dipakai seniman tato untuk mencerahkan warna hitam tinta. Saat ini tinta tato yang banyak dipakai untuk memberi efek bayangan pada gambar tato tersebut sudah ditarik dari peredaran.
Proses Menghilangkan Tato
Sebelum dihapus tato, harus dicek medisnya terlebih dahulu. Seperti cek darah, dan harus bebas dari diabetes, hepatitis, TBC dan HIV. Mengapa diperlukan pengecekan medis karena untuk menjaga. Mereka yang punya tato rentan penyakit HIV dan Hepatitis atau ada alergi.
Sebenarnya hapus tato adalah layanan medis sehingga perlu ada tahapan-tahapan. Terkadang ada orang yang tidak bisa dilakukan anestasi topikal tapi harus dibius.
Ada beberapa cara menghapus tato. Pertama diambil kulitnya dengan cara dibedah. Kedua, dermaberasi dengan mengikis lapisan atas dan tengah kulit. Ketiga dengan menggunakan laser.
"Jadi kalo tindakan bedah itu prosesnya lama dan resikonya banyak. Dermaberasi mengamplas kulit dan sakit. Sedangkan laser ini ada target sesuai warna. Untuk target warna berbeda-beda ada yang sesuai hemoglobin dan melanin. Pada laser ini warna hitam dan biru tidak bisa dihilangkan tetapi harus menggunakan jenis laser lain," kata dr. Juni Cahyati saat ChanelMuslim menemui di Mesjid Cut Meutia.
Sebelum proses penghapusan tato dimulai, bagian tubuh yang bertato diolesi dengan cairan anestesi untuk mengurangi rasa sakit. Setelah itu, bagian tubuh bertato tersebut kemudian disinari laser.
Sinar laser ini akan memecah tinta tato yang nantinya akan memudar secara bertahap. Namun butuh beberapa kali penyinaran agar tato bisa benar-benar hilang.
Setelah disinar laser akan diberi krim yang harus diolesi agar tato benar-benar hilang. Semakin besar tato maka harus bolak-balik 4-5 kali untuk disinari laser. Hal ini diutarakan oleh Direktur Rumah Sakit Ibnu Sina drg. Wahyu Wibowo.
"Kalau warnanya hitam dan biru harus 4-5 kali disinari laser. Apalagi kalo tatonya besar." kata pria yang lulusan kedokteran gigi ini.
Dengan krim tersebut bekas tato nanti akan hilang. Jika tidak dipakai krim nanti seperti keloid atau bekas luka.
Hapus Tato Berjamaah
Meski tidak separah jika menggunakan tulang seperti masyarakat Mentawai, tapi ditato itu tetaplah sakit. Menghapus tato juga sakit, jadi berpikir ulang jika ingin menato tubuh. Selain dilarang oleh agama juga akan berpengaruh ke depan pada diri yang menato. Seperti susah bekerja dan diusir oleh calon mertua karena ada tato.
Menato tubuh mahal harganya begitu juga dengan menghapusnya. Saat saya bertemu dengan Ketua Majelis Taklim Telkom (MTT) Wawan Setiawan mengatakan tato yang sebesar Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja menghabiskan biaya satu juta rupiah.
"Orang yang punya tato itu cukup banyak. Sementara biaya menghapus sebesar KTP saja satu juta. Alasan itu bekerja sama dengan Islamic Medical Services (IMS)," katanya saat ditemui di Mesjid Cut Meutia, Sabtu (27/1/2018).
Tren menghapus tato ini dimulai tahun lalu2017. Di inisiasi oleh Ketua Gerak Bareng Ahmad Zaky. Beliau juga menggandeng IMS untuk membuat pelayanan penghapusan tato. Saat itu peserta mencapai 50 orang.
Sedangkan kali ini di Cut Meutia, Menten, target IMS dan MTT saja hanya 250. Namun, yang daftar mencapai 1.100 orang. Padahal pelayanan penghapusan tato hanya satu hari saja.
Salah satu peserta bernama Ridho tahu informasi dari sosial media tentang pelayanan hapus tato gratis. "Dapat info dari sosmed kemudian saya daftar dan disuruh datang," katanya.
Ia beralasan menghapus tato karena baru tahu dilarang dalam Islam.
"Dulu sih ikut-ikutan buat tato saat SMA. Pas tahu gak boleh, saya bingung. Alhamdulillah ada program gratis, saya akhirnya daftar," kata pemuda yang baru lulus SMA ini.
Ridho masih harus menunggu antrian. ia berharap bisa terhapus gambar di punggungnya hari ini.
"Masih antrian ke 42, sekarang baru 13. Mungkin sampai sore di sini," katanya sambil melirik ibunya yang menemani.
Berbeda dengan Ridho, Pak Bachtiar usia 54 tahun. Sudah mempunyai tato sejak tahun'85. Ia merasa diusia ini sudah harus bertobat. Saat ditanya lebih sakit menghapus tato atau saat menato, ia mengatakan lebih sakit menghapus.
"Lebih saktit ngilangin tato, soalnya kalo ngilangin dalam keadaan normal. Berbeda saat menato," katanya sambil tertawa.
Ustad Haqib Junaid saat ditemui oleh ChanelMuslim.com mengenai persoalan menghapus tato ini, justru mengharuskan untuk melakukan bagi mereka yang ingin bertobat.
"Itu menjadi otomatis keharusan. Jika ia merasa enjoy dan gagah dengan tato tersebut dipertanyakan tindakannya untuk bertobat," kata Ustad dari Hidayatullah
Jika ia justru bersungguh untuk bertobat, kata Ustad Haqib, walaupun biaya menghapus tato mahal. Maka nilainya akan menjadi lebih tinggi dihadapan Alloh SWT. (Ilham)