INDONESIA yang mencakup Kabupaten Lestari memiliki potensi kekayaan alam yang sangat kaya dari keanekaragaman hutan, gambut, dan ekosistem penting lainnya, yang dikelola oleh komunitas dan pengusaha UMKM lokal menjadi bahan-bahan berkualitas tinggi dan nilai kelokalan yang kental.
Tahun ini, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) berkolaborasi dengan Jakarta Dessert Week (JDW) mempromosikan produk lokal lestari dari berbagai kabupaten di Indonesia. Melalui visi ekonomi lestari, LTKL berupaya untuk memanfaatkan potensi komoditas unggulan dari 9 kabupaten daerah Indonesia melalui kampanye Bangga Buatan Indonesia.
Beberapa produk dan bahan lokal dari kabupaten anggota LTKL akan berkontribusi pada acara Jakarta Dessert Week 2023. Dalam kegiatan ini, LTKL menyediakan bahan baku untuk diolah menjadi makanan penutup yang disajikan dalam acara tersebut.
Bahan baku yang digunakan adalah Coklat Couverture dari Kabupaten Sintang, Madu Kelulut dari Kabupaten Sanggau, Madu NaDa21 dari Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kopi Prilian Kulawi dari Kabupaten Sigi.
Lingkar Temu Kabupaten Lestari Persembahkan Bahan Baku Ramah Sosial dan Lingkungan
Pada konferensi pers dan Opening Party di La Moda, Plaza Indonesia, LTKL mempersembahkan bahan baku ramah sosial dan ramah lingkungan sebagai olahan canapé. Kolaborasi ini akan memunculkan sajian dessert nikmat yang terbuat dari bahan baku alami pilihan yang dikembangkan di daerah yang bekerja sama dengan LTKL.
Adinda Meycy Aksari, Deputy Head of Institutional Building LTKL mengatakan, “Pada event Jakarta Dessert Week 2023, kami berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk membawa produk-produk basis alam dari kabupaten untuk bisa naik kelas dan harapannya bisa dinikmati oleh semua tamu yang hadir di acara ini.”
“Upaya ini menjadi bagian untuk mendorong target nasional untuk memperkuat pengembangan UMKM dari berbagai sektor khususnya makanan dan minuman sebagai bentuk kampanye Bangga Buatan Indonesia. Hal ini selaras dengan visi ekonomi lestari dan peluang di Jakarta Dessert Week, dimana melalui acara ini dapat menghubungkan bahan baku berbasis alam dari kabupaten anggota kami untuk dapat terhubung ke pasar melalui pengembangan produk turunan melalui menu yang disajikan di JDW,” lamjutnya.
Harapannya, acara ini juga dapat mengangkat cerita pembelajaran dari tapak khususnya para petani dan penjaga hutan yang dapat menarik kesempatan untuk kabupaten ke peluang pasar yang lebih konkret.
JDW selalu membawa tema unik di setiap tahun penyelenggaraanya, dan tahun ini JDW membawakan tema Folklore yang mengacu pada kepercayaan tradisional, adat istiadat, cerita, lagu, dan tarian suatu budaya, yang sering kali diwariskan dari generasi ke generasi.
“Kami LTKL mencoba juga mengenalkan kekayaan alam berupa produk unggulan kabupaten yang bisa jadi bahan baku premium dan dikolaborasikan jadi sebuah hidangan penutup yang memukau di tangan chef yang handal,” ucap Adinda.
Sinergi LTKL dan JDW dalam membuat makanan penutup dari bahan baku asli Indonesia juga sekaligus untuk mengusung kampanye #BanggaBuatanIndonesia. Kampanye ini menggaungkan tentang dessert dari luar negeri, ternyata bisa berpadu dengan produk unggulan kabupaten yang memiliki kualitas premium dan diterima di lidah semua orang baik lokal maupun global.
Kolaborasi ini juga tidak hanya untuk mengenalkan bahan baku milik pelaku UMKM kecil namun juga untuk menjadi sinergi multipihak yang sama-sama menguntungkan. JDW juga menjadi pelopor sekaligus satu-satunya festival dessert terbesar di Indonesia ini menggunakan pendekatan restaurant week atau restaurant hopping.
Didirikan oleh 6 orang, yaitu Arimbi Nimpuno Probosutedjo, Gupta Sitorus, Kevindra Soemantri, Primo Rizky, Talita Setyadi, dan Tria Nuragustina, JDW bertujuan untuk mendukung ekosistem industri dessert. Hal ini karena JDW tidak hanya menampilkan dessert yang bisa dicicipi para undangan, mereka juga terdapat toko-toko dan model usaha dessert, hingga koki khusus dessert berkumpul dan tampil pada festival ini.
Lewat JDW ini juga masyarakat bisa melihat ada banyak produk unggulan kabupaten yang mampu bersaing dengan bahan dari luar. Kemudian juga dengan sinergi antara SDM daerah dan chef terkemuka ini masyarakat bisa membangun rasa bangga buatan Indonesia karena camilan yang mereka makan terbuat dari bahan alami yang ada di Indonesia.
Produk Unggulan Kabupaten Lestari
Produk unggulan kabupaten yang dibawa dan akan berkolaborasi dengan dessert buatan chef La Moda, di antaranya ada madu hutan dari Kabupaten Musi Banyuasin, madu kelulut dari Kabupaten Sanggau, coklat couverture dari Kabupaten Sintang, dan Kopi Prilian Kulawi dari Kabupaten Sigi.
Bahan-bahan tersebut merupakan hasil dari hilirisasi komoditas lestari yang menggunakan sumber daya alam lokal oleh masyarakat setempat yang dilakukan secara gotong royong.
Yohana Tamara Yunisa, Founder Kalara Borneo menjelaskan salah satu komoditas unggulan kabupaten yakni Coklat.
“Ada coklat couverture dari Sintang yang cocok untuk filling di dalam kue atau kudapan manis. Jenis coklat couverture memiliki kandungan cocoa butter yang cukup tinggi dan diolah dari biji coklat fermentasi sehingga menghasilkan cita rasa dan aroma yang lebih baik. Tidak ada fermentasi, tidak ada aroma dan tidak ada rasa,” tutur Yohana.
Coklat couverture dari Kabupaten Sintang diolah oleh Kalara dari biji kakao fermentasi premium petani-petani kakao yang mengembangkan perkebunan coklat dengan metode tumpang sari di tengah perkebunan karet. Coklat ini pun merupakan produk Coklat bar couvertur pertama dari Kalimantan Barat yang dihasilkan dari biji kakao di Kabupaten Sintang.
Coklat jenis couverture memiliki ciri khasnya sendiri yaitu coklat jenis ini mudah sekali meleleh karena punya titik leleh rendah, yakni 34 derajat celcius sehingga kombinasi bahan ini dengan dessert buatan chef La Moda akan menciptakan ledakan coklat manis yang membuat kejutan di lidah. Jenis yang digunakan adalah coklat hitam dengan persentase kakao 62%.
Selain coklat juga ada salah satu produk unggulan yaitu kopi dari Sigi. Kopi ini dibuat dari hasil fermentasi dan pada awalnya dikonsumsi di beberapa acara tertentu di Sigi. Kini bisa dikonsumsi oleh siapapun dan dikembangkan menjadi kopi murni premium.
Kopi asli Kabupaten Sigi ini ditanam di ketinggian 600-1500 MDPL dengan kontur tanah khas Kulawi, Kulawi Selatan Pipikoro sehingga menghasilkan kopi robusta yang memiliki cita rasa yang kuat dan wangi yang unik. Cocok bagi kalian yang senang menikmati sajian kopi hitam atau espresso karena rasanya yang dominan pahit dan sedikit asam.
Kemudian ada juga bahan baku manis legit lainnya yaitu Madu Kelulut Kabupaten Sanggau. Madu kelulut seperti Namanya dihasilkan dari lebah kelulut yang populasinya banyak di hutan dan iklim yang cocok seperti di Kabupaten Sanggau.
Madu murni Kelulut melewati dua kali penyaringan lewat kontrol yang ketat sebelum kemudian dikemas dan dijual. Makanya tak ayal madu Kelulut jadi madu terbaik se-Kabupaten Sanggau.
Selain madu kelulut, LTKL juga membawa Madu NaDa21 dari Kabupaten Musi Banyuasin. Madu NaDa21 merupakan madu hutan alami dan diperoleh dari lebah liar hutan. Madu ini dipanen langsung oleh petani lokal yang merupakan mata pencaharian utamanya di hutan-hutan yang ada di kabupaten Musi Banyuasin.
Azizah Nurul Amanah, Anggota Selaras (Sentra Ekonomi Lestari Serasan Sekate) menjelaskan perbedaan karakteristik madu ini dengan madu lainnya, “Madu Tejo atau Madu Hutan dari Kabupaten Musi Banyuasin diproduksi dengan mengutamakan perlindungan lebah dan habitatnya termasuk pakan lebah yang alami di sekitar penangkaran lebah tersebut. Madu hutan dihasilkan dari jenis lebah apis dorsata yang merupakan lebah terbesar dengan ukuran 1 – 2,5 centimeter. Lebah madu hutan mengambil nektar dari berbagai jenis pohon di hutan (multiflora).”
Sedangkan pada madu Kelulut yang juga dipamerkan di JDW 2023, memiliki keunikan juga yaitu madu yang dihasilkan oleh lebah tanpa sengat ini menghasilkan madu alami dan menyimpannya di dalam pot resin kecil di sarangnya.
Proses pembentukan madu alami ini membuat kandungan nutrisi di dalamnya tetap terjaga dan sangat bermanfaat untuk kesehatan. Desa Bahta yang berlokasi di area hutan lindung juga menjadi sumber pangan bagi lebah itu sendiri.
JDW membuka pintu gerbang antara petani lokal, baik penghasil madu, coklat hingga kopi dengan para pelaku UMKM hingga pebisnis kuliner di Jakarta. Lewat kegiatan ini diharapkan produk lokal unggulan ini bisa naik kelas dan dinikmati oleh semua kalangan.
Dengan semua hasil alam yang bisa dinikmati dalam panganan manis atau dessert ini seharusnya membuat kita bangga buatan Indonesia, terlebih jika dessert tersebut bisa dinikmati hingga ke luar Indonesia.
JDW juga hadir untuk memberikan kesempatan kepada para penggemar makanan untuk menjelajah berbagai pilihan makanan penutup yang ada di luar kota, memberikan dampak positif pada bisnis lokal, serta mempromosikan wisata kuliner Jakarta.
JDW juga turut membantu hingga akar rumput yaitu para petani lokal yang menyediakan bahan baku camilan manis agar usaha mereka bisa berkelanjutan. Hal tersebut selaras dengan target nasional untuk memantik inovasi daerah melalui pengembangan UMKM dan hilirisasi produk berbasis alam, serta kampanye Bangga Buatan Indonesia.
Produk lokal lestari lainnya dapat Anda jumpai di Gerai Kabupaten Lestari, sebuah pasar virtual bagi pengusaha dan perajin produk lokal dari berbagai kabupaten di Indonesia yang telah dikurasi.
“Tidak hanya berpartisipasi mengenalkan produk unggulan kabupaten di JDW, namun kami di LTKL juga akan memanfaatkan platform digital Tokopedia Play. Platform ini akan menjadi kanal yang strategis untuk aktivasi digital yang menyasar penjualan untuk membuktikan bahwa produk lokal lestari dapat memiliki target dan capaian penjualan yang baik. Selain juga meningkatkan akses pasar bagi produk-produk UMKM melalui e-commerce,” tutup Adinda. [Wnd]