MUSIBAH yang terjadi di Maroko dan Libya menggugah simpati kemanusiaan dunia. Pelajaran apa dari musibah dahsyat itu?
Setidaknya sudah dua kali Maroko mengalami musibah gempa besar. Yaitu di bulan Februari tahun 1960 dan September di tahun 2023 ini. Ribuan orang tewas.
Selang dua hari kemudian, musibah besar lain menimpa Libya. Badai Daniel yang menerjang Yunani, Turki, dan Spanyol; juga menghantam Libya.
Banjir besar tak terelakkan ketika dua bendungan tak lagi mampu menampung air hujan yang terus membumbung. Ribuan orang tewas dihantam banjir bandang, dan ribuannya lagi masih hilang.
Dua bencana besar itu tidak datang dalam perkiraan. Keduanya datang tiba-tiba dan langsung menghancurleburkan permukiman di sekelilingnya.
Inikah murka Allah subhanahu wata’ala? Kalau memang itu murka, kenapa datang di kalangan orang-orang yang beriman?
Allah subhanahu wata’ala memiliki dua sifat yang menunjukkan rasa sayang yang agung: Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Selama ini semua rutinitas alam raya yang harmoni karena kasih sayang Allah. Semuanya sesuai dengan kadar kemaslahatan dan kemampuan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Bencana yang datang di kalangan orang-orang kafir seperti yang pernah terjadi di kaum Nabi Luth, Nabi Nuh, Nabi Musa, dan lainnya jelas sebagai azab. Semua sasaran nyaris habis tak tersisa.
Namun tidak begitu yang terjadi di bencana yang menimpa orang-orang beriman. Dahsyatnya memang luar biasa. Tapi hikmahnya begitu besar agar kelalaian dan hal buruk yang mungkin berlangsung bisa diluruskan melalui kesadaran yang dalam.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As-Sajadah: 21)
Di sisi lain, bencana ini juga sebagai ujian agar umat Islam bisa meraih sabar. Dan sabar adalah sifat mulia yang pahalanya tanpa batas. Begitu besar.
“…Hanya orang-orang yang bersabalarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Teguran dan ujian ini tidak dikhususkan untuk mereka yang jauh di sana. Tapi juga untuk semua negeri termasuk kita.
Karena bencana besar bisa datang kapan saja dan di mana saja, tanpa bisa diprediksi oleh manusia. Siapa yang tahu tentang kapan datangnya gempa, berapa kemungkinan besarnya, dan dampaknya. Tak ada yang tahu, meski dengan teknologi paling mutakhir sekali pun.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?
“Atau, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?” (QS. Al-A’raf: 97-98)
Bercermin dari sebuah peristiwa jauh lebih baik daripada merasa diri selalu benar dan baik-baik saja. Tapi, kasih sayang Allah mendahului siksa-Nya. Dan ampunan Allah mendahului murka-Nya. [Mh]