HABIB Umar bin Hafidz adalah sosok ulama yang populer belakangan ini karena kehadirannya di Masjid Istiqlal, masjid terbesar se-Asia Tenggara untuk memberikan ceramah dan menguatkan keimanan di kalangan Alawiyyin dan masyarakat umum.
Siapakah sosok cendekiawan yang berasal dari Tarim, Yaman ini dan menjadi salah satu pembaharu tradisi Islam terkemuka pada zaman ini?
Dikutip dari imamghazali.org, Habib Umar bin Hafidz disebut sebagai keturunan langsung generasi ke-39 dari Rasulullah, melalui Imam al-Husain dan ‘Ali Zayn al-‘Abidin.
Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dilahirkan pada hari Senin, 27 Mei 1963 M (Kalender Hijriyah: 4 Muharram 1383) di Tarim, di Lembah Hadramawt, Yaman.
Ia adalah seorang ulama dunia era modern dan telah tinggal di Yaman selama 30 generasi serta melanjutkan tradisi nenek moyangnya yaitu sebagai ulama.
Baca juga: Pesan Habib Umar bin Hafiz untuk yang Masih Sering Melakukan Dosa Berulang-Ulang Kali
Mengenal Habib Umar bin Hafidz, Ulama dari Yaman
Di antara nenek moyang Habib Umar yang diberkati ada Imam Ali Zayn al-‘Abidin, yang menetap di Hadramaut, Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir dan keturunan bangsawannya, al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin ‘Ali, Syekh ‘Abd al-Rahman al-Saqqaf, dan Syekh Abu Bakr bin Salim.
Dia adalah al-Habib al-‘Allamah ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz bin ‘Abdullah bin Abu Bakar bin ‘Aydarus bin ‘Umar bin ‘Aydarus bin ‘Umar bin Abu Bakar bin ‘Aydarus bin Husain bin al-Syekh al-Fakhr Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abd al-Rahman bin ‘Abdullah bin Syekh ‘Abd al-Rahman al-Saqqaf bin Syekh Muammad bin Mawla al-Dawilah, bin ‘Ali Mawla al-Darak, bin ‘Alawi al-Ghayur, bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad, bin ‘Ali, bin Muhammad Sahib Mirbat, bin ‘Ali Khali ‘Qasam, bin ‘Alawi, bin Muhammad Sahib al-Sawma’ah, bin ‘Alawi, bin ‘Ubaydullah, bin al-Imam al-Muhajir il-Allah Ahmad, bin Isa, bin Muhammad al-Naqib, bin ‘Ali al-‘Uraydi, bin Ja’far al-Shadiq, bin Muhammad al-Baqir, bin ‘Ali Zayn al-‘Abidin, bin Husain al-Sibt, bin ‘Ali bin Abi Thalib dan Fatimah al-Zahra’, putri Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Pada usia dini, Habib Umar menghafal Al-Quran dan mulai mempelajari ilmu-ilmu Islam di bawah bimbingan ayahnya dan banyak ulama besar Tarim saat itu.
Guru-gurunya antara lain: Habib Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab, Habib Ahmad bin ‘Ali Ibn Shaykh Abu Bakr,
Habib ‘Abdullah bin Shaykh al-’Aydarus, Habib ‘Abdullah bin Hasan alfaqih, Habib ‘Umar bin ‘Alawial-Kaf, Habib Ahmad bin Hasan al-Haddad, Habib Hasan bin ‘Abdullah al-Shatiri, Habib Salim, Mufti, Syekh Fadl bin ‘Abd al-Rahman Ba Fadl, dan Shaykh Tawfiq Aman.
Selain itu, Habib ‘Umar juga belajar di bawah bimbingan kakaknya, Habib ‘Ali al-Mashhur, yang sekarang menjadi Mufti Tarim.
Baca juga: Pesan Habib Umar bin Hafiz untuk yang Masih Sering Melakukan Dosa Berulang-Ulang Kali
Umar mampu menghafal Al-Qur’an sejak kecil dan juga menghafal berbagai teks inti dalam fikih, hadits, bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang beraliran sama dengan banyak ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim.
Ia juga mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya, Muhammad bin Salim, yang darinya ia semakin mendalami dakwah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan.
Pada tahun 1993 M atau sekitar 1414 H, Umar mengabadikan ajaran-ajarannya dengan membangun Dar-al Musthafa atau Pondok Pesantren Darul Musthafa.
Pesantren ini didirikan dengan tiga tujuan:
Mengajarkan berbagai disiplin ilmu keislaman secara bertatap muka (talaqqi) dan para pengajarnya adalah para ahli yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menyucikan diri dan memperbaiki akhlak.
Menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta berdakwah menyeru kepada jalan yang dirihai Allah swt dan sesuai dengan apa-apa yang diajarkan oleh Muhammad serta para salaf.
Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota.
Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Komoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Umar.
Selain menyampaikan dakwah di Masjid Istiqlal, Habib Umar juga mengadakan perjalanan dakwah ke Cidodol, Jakarta Selatan, Gresik, Palangkaraya, dan Surabaya.[ind]