ChanelMuslim.com- Dua hal yang tidak patut dilakukan seorang mukmin. Yaitu, khauf atau takut, dan hazan/huzn yang diterjemahkan sedih.
Dalam Alquran, tidak kurang dari 16 kali disebut kalimat ‘laa khaufun ‘alaihim walaa hum yahzanun, yang artinya tidak takut dan tidak sedih. Kalimat ini tersebar di sejumlah surah.
Menariknya, surah-surah yang memuat kalimat tersebut tidak hanya pada surah Makiyah saja, tapi juga pada surah Madaniyah. Hal ini menunjukkan bahwa pengingatan dari Allah swt. melalui Alquran kepada generasi awal mukmin tentang hal tersebut terjadi secara terus-menerus, hingga misi Rasul berakhir.
Makna Khauf dan Hazan
Khauf dan hazan tidak sekadar bermakna takut dan sedih. Bahasa Indonesia tidak mampu menerjemahkan secara sempurna bahasa yang lebih tinggi darinya, yaitu bahasa Arab.
Khauf bermakna rasa khawatir atau kegelisahan yang hinggap pada seorang manusia terhadap sesuatu yang belum terjadi. Dan hazan, bermakna sesuatu yang sebaliknya. Yaitu kekhawatiran atau kegelisahan terhadap sesuatu yang sudah terjadi.
Ulama tafsir menjelaskan bahwa khauf menggambarkan sesuatu yang akan terjadi di akhirat kelak. Sementara hazan adalah sesuatu yang akan ditinggalkan manusia tentang dunianya.
Ketika Allah swt. mengabarkan bahwa seorang mukmin tidak merasakan khauf dan hazan, itu artinya bahwa seorang mukmin akan ithmi’nan atau tenang menghadapi keadaannya di akhirat kelak. Dan puas terhadap apa yang telah ia tinggalkan di alam dunia.
Itulah mengapa seorang mukmin menghadapi kematiannya dengan tenang, senyum, dan bahagia. Karena ia tidak khawatir dengan nasibnya esok, dan tidak pula khawatir dengan apa yang telah ia lakukan dan tinggalkan di dunia yang sudah ia lewati.
Khauf dan Hazan dalam Kehidupan Sehari-hari
Rasulullah saw. mengajarkan kita dengan doa yang artinya, Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari sifat ham dan hazan.
Seperti halnya khauf dan hazan dalam skala besar yaitu dunia yang ditinggalkan dan akhirat yang dituju, dua hal ini kerap dialami seorang manusia dalam kehidupan sehari-harinya.
Bahkan, bisa dikatakan, dua hal inilah yang menjadi penentu bahagia atau tidaknya kehidupan seorang manusia. Jika seorang memiliki sifat khauf, ia akan selalu khawatir terhadap segala keburukan yang belum terjadi. Padahal, sesuatu yang ia khawatirkan itu bisa terjadi dan bisa juga tidak.
Namun, dirinya sudah terkungkung pada pilihan yang pertama, yaitu terjadi. Saat pagi, ia khawatir akan hal buruk yang mungkin terjadi di saat siang atau sore. Dan di saat sore, ia khawatir terhadap sesuatu yang mungkin terjadi pada saat malam. Begitu seterusnya.
Seorang mukmin, tentu meyakini bahwa ia memiliki satu senjata terhadap sesuatu yang belum terjadi, selain ikhtiar. Yaitu, doa. Dengan doalah segala kekhawatirannya terhadap sesuatu yang belum terjadi, ia serahkan kepada Yang Maha Bijaksana dan Melindungi, yaitu Allah swt.
Dalam hal hazan pun, orang ini akan selalu berada di dalam bayang-bayang masa lalu yang tidak mengenakkan. Ia tidak mampu melupakan. Dan terus dalam kesedihan karena kehilangan atau kesedihan.
Padahal, sesuatu yang dianggapnya hilang itu, dalam pandangan mukmin, adalah kembali kepada Pemilik, yaitu Allah swt. Karena, manusia hanya ketitipan saja. (mh)