ISLAM bukan agama yang baru muncul di negeri-negeri Skandinavia (Denmark, Norwegia, dan Swedia modern). Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya koin perak yang dikenal sebagai Dirham Abbasiyah.
Dalam artikel berjudul “Swedia yang Tak Jera”, Uttiek M. Panji Astuti mengulas tentang politikus Swedia yang lagi-lagi melakukan penistaan terhadap Islam.
Kerajaan Arab Saudi, sebagai ketua KTT Islam dan Ketua Komite Eksekutif Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), menyerukan digelarnya pertemuan darurat Komite Eksekutif OKI yang diselenggarakan di Jeddah, Ahad (2/7).
Tujuan dari pertemuan itu untuk menangani kasus pembakaran kitab suci Alquran yang terjadi di Swedia bersamaan dengan perayaan Hari Raya Idul Adha (28/6).
Swedia tak kapok juga.
Setelah kasus pembakaran Alquran oleh politikus anti-imigran Rasmus Paludan pada Januari lalu, Swedia kembali berulah dengan mengizinkan seorang ateis sekuler bernama Salwan Momika melakukan hal yang sama.
Seperti diketahui, sejak tahun lalu, Swedia dikuasai partai sayap kanan Sweden Democrats.
Mereka adalah kelompok pembenci imigran dan punya tendensi intoleran terhadap Islam. Tak heran kekerasan terhadap Islam dan umat Islam terus terjadi.
Sepertinya mereka tidak pernah membaca sejarah bangsanya. Islam bukan agama yang baru muncul di negeri-negeri Skandinavia (Denmark, Norwegia, dan Swedia modern).
Baca juga: Cerita Vermint Sembuhkan Pasien Covid-19 di Swedia
Islam Bukan Agama Baru di Negeri Skandinavia
Bangsa Viking yang merupakan nenek moyang dari bangsa Skandinavia telah menjalin hubungan dengan Islam sejak abad ke 7 hingga 10 M.
Salah satu buktinya adalah ditemukannya koin-koin perak bertuliskan Arab yang digunakan bangsa Viking.
Tercatat dalam sejarah, mereka telah melakukan hubungan dagang dengan daulah Abbasiyyah pada masa Khalifah Harun Al Rasyid, seperti yang ditulis Timothy FH Allen, Joseph A Tainter dan Thomas W Hoekstra dalam bukunya “Supply-Side Sustainability”.
Bangsa Viking menjual bulu binatang, madu, kulit, gading, dan ikan. Dari hasil perdagangan itu mereka membawa pulang koin perak Abbasiyah dalam jumlah banyak.
Koin perak yang dikenal sebagai Dirham Abbasiyyah itulah yang mengangkat perekonomian mereka.
View this post on Instagram
Bukti lainnya, pada akhir abad 19, arkeolog Hjalmar Stolpe melakukan penelitian di kuburan di dekat Birka, sebuah kota di pulau Swedia Bjorko. Tempat itu merupakan pusat perdagangan terbesar pada masa Viking.
Dalam sebuah kuburan wanita dari abad ke-9, peneliti menemukan cincin perak dengan batu ungu, beruliskan “Lillah,” yang diterjemahkan sebagai “milik Allah”. Cincin itu sekarang menjadi koleksi Museum Sejarah Swedia.
Tak hanya terkoneksi dengan daulah Abbasiyyah, bangsa Viking juga tercatat dalam sejarah Andalusia.
Muslim di Andalusia menyebut orang Skandinavia sebagai al-majus, sebuah kata yang berarti “penyembah api ” dan biasanya ditujukan kepada orang Zoroastrian.
Pada abad ke-18, Raja Swedia Carl XII meminta perlindungan pada sultan-sultan Utsmani dari serangan musuh-musuhnya. Raja Carl XII juga memberikan izin pada Muslim untuk tinggal di wilayahnya.
Rasmus Paludan dan Salwan Momika sepertinya harus membaca buku sejarah bangsanya.[ind]