APA saja yang termasuk hak-hak persaudaraan dalam Islam? Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan masalah ini yaitu sebagai berikut.
Islam sangat memerhatikan penguatan ikatan persaudaraan (ukhuwah) hingga menjadikannya salah satu prinsip keimanan yang menentukan kesempurnaan iman.
Bahkan menjadikannya sebagai ikatan iman yang paling kuat dan manifestasi iman yang paling sempurna. Firman Allah:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…” (QS. Al-Hujurat: 10)
Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ
“Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghinanya.” (Muslim 4650)
Ukhuwah yang dimaksud adalah berpadunya berbagai hati dan ruh dengan ikatan akidah. Karena akidah menjadi ikatan paling kokoh dan paling mahal.
Ukhuwah merupakan saudara keimanan, sedang perpecahan adalah saudara kekufuran.
Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan, dan tidak ada persatuan tanpa rasa cinta kasih, sedangkan cinta kasih yang paling lemah adalah lapang dada dan puncaknya adalah itsar (mengutamakan orang lain dari dirinya sendiri).
وَيُـؤْثِرُوْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَا نَ بِهِمْ خَصَا صَةٌ ۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَـفْسِهٖ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“…dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Seorang saudara yang tulus (dalam persaudaraan) memandang bahwa saudara-saudaranya lebih berhak terhadap dirinya daripada dirinya sendiri.
Karena bila ia tidak bersama mereka maka ia tidak dapat bersama selain mereka. Sementara mereka, bila tidak bersamanya, akan bersama yang lain.
“Sesungguhnya serigala akan memangsa kambing yang terpisah dari rombongannya”. (Abu Dawud dan al-Hakim)
Mereka yang bersaudara karena akidah senantiasa berusaha keras mewujudkan persaudaraan yang benar dan sempurna di antara mereka.
Tidak ada sesuatu pun yang bisa mengeruhkan hubungan dan ikatan persaudaraan mereka.
Karena mereka menyadari bahwa persaudaraan di dalam agama ini menjadi sarana paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan derajat yang sangat tinggi di sisi-Nya.
Karena itu, mereka berusaha keras menjaga hak-hak persaudaraan dan melindunginya dari segala hal yang bisa mengeruhkannya.
Baca Juga: Menjaga Hak Saudara Sesama Muslim
Hak-hak Persaudaraan
1- Bersabar atas kesalahan saudaranya hingga dia kembali kepada kebenaran.
Ia tidak menyebarkan kesalahan saudaranya dan tidak mempermalukannya. Abu Darda’ radhiyallahu anhu berkata:
“Jika saudaramu berubah dan terhalang dari keadaannya yang baik selama ini maka janganlah kamu meninggalkannya karena hal tersebut.
Karena saudaramu melakukan kesalahan sekali dan akan kembali lurus lagi”.
Ibrahim an-Nakha’i berkata:
“Janganlah kamu memutus saudaramu dan menjauhinya karena suatu dosa sebab dia melakukannya hari ini dan meninggalkannya esok hari”.
2- Tetap menjaga ikatan persaudaraan dan tidak menyerang kehormatan diri sekalipun berbeda pendapat atau sikap.
Juga tidak menyebarkan berbagai syubhat (keraguan) dan kebohongan. Mereka senantiasa teringat kata hikmah Imam Syafi’i:
“Orang merdeka adalah orang yang menjaga kasih sayang sesaat dan berafiliasi (mengakui sebagai murid) kepada orang yang mengajarkan satu kata kepada dirinya”.
3- Mengamalkan nasihat Fudhail bin Iyadh:
“Memandang wajah saudara dengan penuh kasih sayang adalah ibadah. Cinta karena Allah tidak sah kecuali dengan adanya kasih sayang ketika bersepakat dan berinteraksi.
Tetapi ketika berpisah atau berbeda pendapat tetap menyampaikan nasihat, tidak menggunjing, tetap setia dan tidak bersikap kasar”.
Karena jika muncul gunjingan pasti lenyap persaudaraan.
4- Tidak mencari-cari aib saudaranya yang berbeda pandangan.
Juga tidak berusaha men-down grade keutamaannya atau meremehkan amal dan kontribusinya.
Mereka melaksanakan nasihat Umar bin Khattab radhiyallahu anhu:
“Jangan sampai cintamu membebani dan kemarahanmu membinasakan”. Ditanyakan: Apa maksudnya? Umar ra menjelaskan:
“Jika kamu mencintai janganlah membebani seperti anak kecil membebani dengan sesuatu yang diinginkannya.
Jika kamu marah jangan marah dengan suatu kemarahan yang ingin menghancurkan dan membinasakan saudaramu”. (al-Bukhari di dalam al-Adab).
Hasan al-Bashri berkata:
“Jangan berlebihan dalam kecintaan dan kemarahan. Siapa yang bisa menutupi aib saudaranya maka jangan membukanya”.
5- Menasihati dengan menjaga adab-adab syar’inya:
Tidak mencela, tidak menyakiti pribadi, tidak menyerang kehormatan, tidak membuka rahasia, tidak berbohong,
tidak membela kesalahan, tidak berbasa-basi dengan mengorbankan kebenaran, tidak melampiaskan dendam dan tidak memperturutkan hawa nafsu.
Nasihat yang disampaikan tetap menjaga kejujuran, kasih sayang dan persaudaraan.
Persaudaraan berikut hak-haknya tersebut di atas sangat kokoh. Laksana batu karang yang menghancurkan semua hantaman gelombang makar dan serangan yang berusaha menghancurkan dakwah penuh berkah.
Bahkan persaudaraan ini menjadi sebab pertama bagi kemenangan:
وَاِ نْ يُّرِ يْدُوْۤا اَنْ يَّخْدَعُوْكَ فَاِ نَّ حَسْبَكَ اللّٰهُ ۗ هُوَ الَّذِيْۤ اَيَّدَكَ بِنَصْرِهٖ وَبِا لْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan jika mereka hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu. Dialah yang memberikan kekuatan kepadamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin,” (QS. Al-Anfal: 62)
وَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ ۗ لَوْ اَنْفَقْتَ مَا فِى الْاَ رْضِ جَمِيْعًا مَّاۤ اَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ اَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۗ اِنَّهٗ عَزِ يْزٌ حَكِيْمٌ
“dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di Bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka,
tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Anfal: 63)
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللّٰهُ وَ مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Wahai Nabi (Muhammad)! Cukuplah Allah (menjadi pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (Al-Anfal: 64)
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyatakannya sangat terang di dalam sabdanya:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ لَا تَجَسَّسُوا وَلَا تَحَسَّسُوا وَلَا تَنَافَسُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
“Jauhilah berburuk sangka, karena berburuk sangka adalah sedusta-dusta pembicaraan, jangan mencari-cari aib orang lain, jangan memata-matai, jangan saling bersekongkol,
dan jangan pula saling membenci, jadilah kalian sebagai hamba Allah yang saling bersaudara” (Musnad Ahmad 7520)
Kaum Muslimin generasi awal memahami makna persaudaraan ini hingga mereka bersatu padu menjadi satu kekuatan lalu Allah memberi mereka kemenangan, kemuliaan dan kejayaan.
Mari kita jaga persaudaraan abadi yang tidak akan lenyap di saat dunia lenyap. Mari kita jaga hak-haknya dan kita sadari nilainya yang sangat tinggi.
Allah bersama kita dan tidak menyia-nyiakan amal perbuatan kita. Allah Maha Besar dan segala puji milik Allah.[ind]