DIAM dan bicara. Alangkah indahnya diam, bila bicara dapat menyakiti orang lain. Alangkah terhormatnya diam, bila bicara hanya untuk merendahkan orang lain.
Alangkah bagusnya diam, bila bicara hanya berakibat terhinanya orang lain.
Alangkah cerdiknya diam, bila bicara dapat menjerumuskan orang lain.
Alangkah bijaknya diam, bila bicara hanya untuk merugikan usaha orang lain.
Akan tetapi, betapa dahsyatnya bicara, bila diam dapat mengakibatkan celakanya orang lain.
Betapa saktinya bicara, bila diam dapat menjadikan ruginya orang lain.
Betapa hebatnya bicara, bila diam dapat membuat tidak sadarnya kesalahan yang terus dilakukan orang lain.
Betapa pentingnya bicara, bila diam dapat mengakibatkan semakin bodohnya orang lain.
Maka berhikmatlah. Kapan diam dan kapan bicara, sebab keduanya sama-sama dapat menimbulkan akibat.
Betapa tajamnya kata-kata kita saat kita marah dan betapa teduhnya kata-kata kita saat kita sedang senang hati.
Karena diam adalah emas, berbicara adalah mutiara, dan hikmat lebih berharga daripada permata.
Baca Juga: Mendiamkan, Tidak Menyelesaikan
Alangkah Indahnya Diam Bila Bicara Dapat Menyakiti Orang Lain
Diam adalah syiar orang-orang yang telah menemukan hakikat.
Diam adalah kunci segala kesenangan di dunia dan akhirat, yang akan mendatangkan Ridho Allah, memudahkan hisab, dan menjaga manusia dari ketergelinciran.
Allah telah menjadikan diam sebagai penutup (aib) orang bodoh dan hiasan bagi orang alim.
Diam akan menjauhkanmu dari hawa nafsu, menempa jiwamu, memberikan kenikmatan ibadah, melembutkan hati, serta mendatangkan kesucian diri dan kehormatan.
Maka dari itu jagalah lidahmu dari hal yang tidak penting, terutama bila kau tak memiliki alasan untuk berbicara atau yang bisa membantumu dalam mengingat Allah. (Imam Jakfar As-Shadiq as).[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh