MEMASUKI malam-malam terakhir Ramadan, mari kita lihat tradisi itikaf di beberapa negara. Uttiek M. Panji Astuti menulis beberapa tradisi Ramadan dan itikaf di Mesir, Maroko, dan Turki.
Dalam unggahan berjudul “Merayakan Hari yang Tersisa”, ia mengawali tulisannya dengan kondisi umrah di tanah suci.
Badan Kepresidenan Umum Urusan Dua Masjid Suci telah memaksimalkan upayanya untuk memastikan lonjakan jumlah jamaah umrah dan pengunjung pada 10 hari terakhir Ramadan melalui sistem layanan terpadu yang diberikan selama 24 jam. [Republika, 12/4].
Kerajaan Saudi mentargetkan jumlah jamaah umrah sejak awal musim Juli lalu mencapai 9 juta hingga akhir Ramadan 1444 H.
Tak hanya di Tanah Suci, sepuluh hari terakhir Ramadan ibarat festival besar yang dihelat setiap tahun. Muslimin berlomba-lomba memaksimalkan ibadah di waktu yang tersisa melalui I’tikaf.
Secara bahasa, i’tikaf berasal dari kata ‘’akafa-ya’kufu-ukufan’’ yang berarti tetap pada sesuatu.
Menurut Sayyid Sabiq dalam “Fikih Sunnah”, i’tikaf adalah menetap di suatu tempat dan berdiam diri tanpa meninggalkan tempat itu, baik untuk melakukan amal kebaikan maupun kejahatan.
Sementara, Imam Ibnul Qoyyim berkata,
“Allah mensyariatkan itikaf maksud dan intinya adalah agar hati lebih tenang dan menghadap kepada Allah, memusatkan hati, mendekatkan diri kepada-Nya dan menghilangkan kesibukan yang berhubungan dengan manusia.”
Tradisi Itikaf di Beberapa Negara
Di masjid-masjid besar di berbagai belahan dunia, I’tikaf di 10 hari terakhir selalu menghadirkan pemandangan yang menakjubkan.
Di Maroko ada tradisi Durus Hasaniyyah, yakni pengajian raja yang diselenggarakan sepekan sekali selama bulan Ramadan.
Di sepuluh hari terakhir Ramadan, Masjid Hasan II yang menjadi ikon Maroko penuh dengan jamaah. Masjid ini mempunyai pemandangan yang spektakuler, karena posisinya di tepi Samudra Atlantik.
Terbayang kan indahnya menikmati malam sambil mendaras bacaan Alqu’an di tempat ini.
Baca Juga: 10 Hari Terakhir Ramadan, Ini Fiqih Itikaf yang Perlu Kamu Ketahui
View this post on Instagram
Masjid Al Azhar Kairo, Mesir, mempunyai tradisi shalat Tarawih di mana imam melantunkan ayat-ayat Alqur’an dengan berbagai qira’at.
Dua tahun terakhir, Masjid Al Azhar Kairo menyediakan buka puasa khusus bagi mahasiswa asing yang tengah studi di negeri itu.
Untuk mengatur ketertibannya, mahasiswa yang ingin buka puasa di patio tengah masjid diharuskan mendaftar terlebih dahulu dan mendapat barcode yang digunakan sebagai akses.
Menariknya, ada pembatasan untuk warga lokal. Akses masuk bagi orag Mesir baru dibuka setelah mahasiswa asing menempati area yang disediakan.
Di Turki, malam Lailatul Qadar disebut Kadir Gecesi dalam bahasa setempat.
Seperti dikutip todayszaman.com, menjelang akhir Ramadan, orang-orang dari berbagai kelas sosial dan latar belakang berduyun-duyun ke masjid di Istanbul, guna melaksanakan shalat Tarawih, mendengar khutbah dan membaca Alquran.
Sebagian besar masjid tetap buka sepanjang malam guna memberikan kesempatan kepada para jamaah untuk beriktikaf.
Bagi yang menetap di rumah, banyak saluran televisi yang menyiarkan secara langsung shalat Tarawih dari masjid-masjid utama.
“Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul ‘afwa fa’fu anni yaa kareem.”[ind]