ChanelMuslim.com – Gubernur Keren dan Banjir Jakarta Tahun 1975
Ini Gubernur keren sekali. Pemimpin langsung turun ke lapangan. Mengatasi banjir jakarta bersama-sama.
Sudah selayaknya warga juga kerja bakti di sekitar rumah, jangan buang sampah sembarangan. Jaga kebersihan lingkungan. Sampah yang menumpuk di got, kali, gorong-gorong adalah salah satu sebab air tidak mengalir lancar hingga meluap ke jalan.
Tugas pemerintah sediakan tempat sampah di area publik dan mengirim petugas bersihkan sampah di gorong-gorong, kali, sungai, dan lain-lain secara rutin.
Baca Juga: Banjir di Malaysia Telantarkan Lebih dari 30.000 Orang
Benahi juga setu dan kawasan serapan air di kota-kota penyangga Jakarta.
Semoga kerjasama yang harmoni antara berbagai komponen warga dan pemerintah berbuah manis, meminimalisir luapan air di musim hujan.
Jakarta memang di tepi laut. Seingat saya sejak tahun 1975 kawasan Jakarta Utara sudah mulai banjir.
Airnya masih bening. Tinggi air hingga ke lutut kaki. Banyak Ikan sepat terperangkap masuk ke dalam rumah. Rumah ortu di Tg.Priok beberapa kali sempat diurug dan ditinggikan agar air tidak masuk rumah.
Namun kadang masih saja ‘tamu tidak diundang’ itu datang dimalam hari.
Jakarta juga menerima curahan air dari Bogor . Air dari kawasan puncak mengalir turun ke arah teluk jakarta melalui sungai Ciliwung dan semua area yang bisa dilalui karena tabiat air mencari yang lebih rendah. Ini harus dikelola dengan tepat.
Waktu itu, musim hujan adalah musim yang saya tunggu-tunggu karena bisa main hujan-hujanan dan menangkap ikan sepat kemudian saya masukkan ke dalam toples kecil yang sudah diisi air PAM , jadi ikan hias.
Kini, musim hujan adalah musim yang ‘ditakuti’ warga jakarta dan sekitarnya. Jakarta sudah tenggelam berapa centi.
Lebih rendah dari permukaan laut. Genangan air di jakarta saat musim hujan kotor dan kumuh.
Pembangunan yang terus berjalan mestinya memperhatikan analisis dampak lingkungannya. Jumlah penduduk semakin bertambah, sementara luas wilayahnya tidak bertambah.
Ada yang masih bisa diubah yaitu perilaku manusianya. Menjaga kebersihan lingkungan.
Sebenarnya demikianlah alam sejak dahulu. Tiap musim berganti dari generasi ke generasi. Alam dapat bersahabat dengan kita atau menjadi bencana.
“Allahumma shoyyiban nafi’an ” ( ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat) (HR Bukhari)
Catatan Ustadzah Wiwi Wirianingsih di akun Facebook pada Sabtu, 18 November 2017