LISAN orang yang bodoh mengeluarkan ucapan yang semestinya dikatakan. Kebohongan dengan mudah terucap untuk memuaskan harga dirinya ataupun untuk menebar desas desus dengan maksud menjatuhkan orang lain.
الإِسْتِطِالَةُ لِسَانُ الجُهَّالِ
“Suka memanjangkan fakta adalah sifat lisan orang bodoh” (Ibnu Muqaffa’)
Penjelasan:
1. Sampaikan sesuatu apa adanya sesuai dengan fakta, jangan suka mengada-ada, karenanya ada yang berkata, “Kalau kita menitip uang maka akan berkurang dan kalau kita menitipkan perkataan maka ia akan lebih“.
2. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal dan membenci tiga hal bagi kalian. Dia meridhai kalian untuk menyembah-Nya, dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, serta berpegang teguhlah kalian dengan tali Allah dan tidak berpecah belah.
Dia pun membenci tiga hal bagi kalian, menceritakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan membuang-buang harta.” (HR. Muslim no. 1715)
Baca Juga: Inilah Pentingnya Ibu Hamil Menjaga Lisan
Lisan Orang yang Bodoh
3. Maksud dari “qila wa qola” adalah perkataan yang tidak ada manfaatnya atau desas desus yang suka dibicarakan di warung kopi dan itu disebabkan karena banyak bicara. Sebagaimana dinukil dari Ibnu Battol, Imam Malik berkata,
وَهُوَ الإَكْثَارُ مِنَ الكَلاَمِ وَالإِرْجَافِ، نَحْوُ قَوْلُ النَّاسِ: أَعْطَى فُلاَنٌ كَذَا وَمَنَعَ كَذَا، وَالخَوْضُ فِيْمَا لاَ يَعْنِى
“Banyak bicara dan menyebar berita yang membuat orang ketakutan. Seperti dengan mengatakan, ‘Si fulan memberi ini dan tidak mendapat ini’. Begitu pula maksudnya adalah menceburkan diri dalam sesuatu yang tidak manfaat.” (Syarh Ibn Battol, 12: 48).
4. Hari ini dihadapi dengan derasnya informasi yang begitu dahsyatnya, karenanya jika sampai informasi kepada kita hendaknya mengklarifikasi karena sering sekali apa yang terjadi tidak sesuai dengan faktanya.
5. Allah mengingatkan,
“ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6)
Allah memerintahkan untuk memeriksa berita yang datang dari orang fasiq sebagai langkah kehati-hatian dan agar tidak memutuskan suatu perkara berdasarkan perkataanya padahal waktu itu ia sedang berdusta atau salah, sehingga orang yang menetapkan perkara berdasarkan perkatannya mengikuti jejaknya (Tafsir Ibnu Katsir).
Catatan: Ustaz Faisal Kunhi M.A
[Ln]