ADA sebuah kisah dari tiga orang yang terjebak di gua. Ketika mereka sedang berjalan, mereka ditimpa oleh hujan. Lalu mereka pun berlindung ke dalam sebuah gua di sebuah gunung.
Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung itu lalu menutupi mulut gua mereka.
Lalu sebagian mereka berkata kepada yang lain: “Perhatikan amalan shalih yang pernah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah Ta’ala dengan amalan itu. Mudah-mudahan Allah menyingkirkan batu itu dari kalian.”
Baca Juga: Ayah Bunda, Inilah 6 Manfaat Berkisah untuk Anak
Kisah Tiga Orang yang Terjebak di Gua
Lalu berkatalah salah seorang dari mereka: “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua ibu bapak yang sudah tua renta, seorang istri, dan anak-anak yang masih kecil, di mana aku menggembalakan ternak untuk mereka.
Kalau aku membawa ternak itu pulang ke kandangnya, aku perahkan susu dan aku mulai dengan kedua ibu bapakku, lantas aku beri minum mereka sebelum anak-anakku.
Suatu hari, ternak itu membawaku jauh mencari tempat gembalaan. Akhirnya aku tidak pulang kecuali setelah sore, dan aku dapati ibu bapakku telah tertidur.
Aku pun memerah susu sebagaimana biasa, lalu aku datang membawa susu tersebut dan berdiri di dekat kepala mereka, dalam keadaan tidak suka membangunkan mereka dari tidur.
Aku pun tidak suka memberi minum anak-anakku sebelum mereka (kedua orangtuanya, red.) meminumnya.
Anak-anakku sendiri menangis di bawah kakiku meminta minum karena lapar. Seperti itulah keadaanku dan mereka, hingga terbit fajar.
Maka kalau Engkau tahu, aku melakukan hal itu karena mengharapkan wajah-Mu, bukakanlah satu celah untuk kami dari batu ini agar kami melihat langit.”
Lalu Allah Ta’ala bukakan satu celah hingga mereka pun melihat langit.
Yang kedua berkata: “Sesungguhnya aku punya sepupu wanita yang aku cintai, sebagaimana layaknya cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita.
Aku minta dirinya (melayaniku), tapi dia menolak sampai aku datang kepadanya (menawarkan) seratus dinar.
Aku pun semakin payah, akhirnya aku kumpulkan seratus dinar, lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Setelah aku berada di antara kedua kakinya, dia berkata: ‘Wahai hamba Allah. Bertakwalah kepada Allah. Jangan engkau buka tutup (kiasan untuk keperawanannya) kecuali dengan haknya.’
Maka aku pun berdiri meninggalkannya. Kalau Engkau tahu, aku melakukannya adalah karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami satu celah dari batu ini.”
Maka Allah Ta’ala pun membuka satu celah untuk mereka.
Laki-laki ketiga berkata: “Ya Allah, sungguh, aku pernah mengambil sewa seorang buruh, dengan upah satu faraq beras.
Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya, dia berkata: ‘Berikan hakku.’ Lalu aku serahkan kepadanya beras tersebut, tapi dia tidak menyukainya.
Akhirnya aku pun tetap menanamnya hingga aku kumpulkan dari hasil beras itu seekor sapi dan penggembalanya.
Kemudian dia datang kepadaku dan berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan jangan zalimi aku dalam urusan hakku.’
Aku pun berkata: ‘Pergilah, ambil sapi dan penggembalanya.’
Dia berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan mempermainkan saya.’
Aku pun berkata: ‘Ambillah sapi dan penggembalanya itu.’
Akhirnya dia pun membawa sapi dan penggembalanya lalu pergi.
Kalau Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa.”
Maka Allah Ta’ala pun membukakan untuk mereka sisa celah yang menutupi.
(Muttafaq ‘Alaihi)
Faedah-Faedah Kisah
1. Diperbolehkan bertawasul dengan amal sholih ketika berdo’a, dan ini termasuk salah satu sebab dikabulkan doanya.
Berbeda dengan bertawasul dengan orang sholih yang sudah wafat, karena hukumnya haram dan masuk katagori syirik.
2. Keutamaan berbuat baik kepada kedua orang tua, karena ini merupakan amalan yang paling utama di sisi Allah Ta’ala dan bisa menghantarkan seseorang ke dalam syurga.
3. Wajibnya menjahui zina, karena zina adalah perbuatan yang paling keji. Seseorang yang meninggalkan zina karena Allah Ta’ala maka pahalanya sangat besar, sebagaimana kisah nabi Yusuf alaihissalam yang menghindar dari Zulaikha’.
4. Keutamaan memelihara amanah dari orang lain, yaitu dengan menunaikan hak-hak orang lain dan tidak mengurangnya.
5. Kewajiban bersandar dan bertawakal kepada Allah Ta’ala tatkala tertimpa musibah, karena tidak ada yang akan menolongnya kecuali Allah Ta’ala.
6. Kewajiban mengutamakan orang tua dari pada anak dan istri.
Wallahu a’lam.
[Cms]
Agus Santoso, Lc., M.P.I
t.me/bimbingansyariah