MUSLIM dituntut menjadi seorang yang cerdas dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh isu yang ditebar berbagai pihak.
Kita harus menjadi Muslim yang lebih memahami agama yang kita yakini sebagai sumber aturan yang menata hidup kita.
Dan tidak ada jalan untuk meraih hal itu kecuali terus mempelajari agama ini dengan baik. Terus memperdalam dan menguatkan ke-Islaman kita dengan belajar kepada guru-guru yang kita percayai.
Dengan rajin menghadiri majlis-majlis ilmu baik secara daring maupun secara luring. Karena seorang Muslim yang mempunyai kedalaman pemahaman tidak akan mudah ditipu dengan propaganda-propaganda palsu.
Baca Juga: Muslim Terbaik adalah yang Mulut dan Tangannya Aman dari Menganggu Saudaranya
Menjadi Muslim yang Cerdas, Tidak Mudah Terpengaruh Penyimpangan
Tidak akan mudah terperdaya dengan narasi-narasi yang tampak benar, namun sebenarnya bertentangan dengan syariat dan hukum Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah bersabda
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barang siapa yang Allah inginkan menjadi seorang yang baik, maka Allah akan jadikan ia orang yang memahami agama.” (Muttafaq ‘Alaih)
Hadis ini memberikan pelajaran kepada kita, bahwa pemahaman yang dalam terhadap agama akan mampu menjadikan seorang Muslim menjadi baik.
Ia menjadi baik, karena setiap ucapan dan tindakannya selalu berlandaskan hukum Allah. Ia tidak mudah ditipu dan dibuat ragu-ragu. Karena ia mempunyai pegangan berupa Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yang menjadi rujukan dalam setiap permasalahan yang dihadapinya.
Pada gilirannya, ia akan mempunyai pendirian yang kuat dan tidak asal mengikuti. Ini sesuai dengan nasihat Rasulullah kepada setiap Muslim.
Beliau melarang kita menjadi orang yang ikut-ikutan. Artinya, kita dituntut untuk selalu mempunyai pendirian yang kuat dan bisa mempertahankan idealisme yang kita yakini. Sabda Rasululah subhanahu wa ta’ala,
لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ
“Janganlah kalian menjadi orang yang ikut-ikutan. Yaitu mereka yang berkata, ‘Jika orang-orang berbuat baik, maka kami ikut berbuat baik, jika mereka zalim, maka kami juga akan menzalimi mereka’. Tapi teguhkan diri kalian.” (HR. At-Tirmizi)
Sebagai seorang Muslim, maka sudah seharusnya kita menjadikan syariat Islam sebagai barometer untuk menilai segala sesuatu.
Kita menilai sesuatu itu baik, jika Allah dan Rasul-Nya menganggapnya baik. Dan sebaliknya, kita menilai sesuatu itu buruk, jika itu dianggap buruk oleh Allah dan Rasul-Nya.
Bahkan seandainya seluruh dunia menganggap suatu hal sebagai kebaikan, tapi Allah dan Rasulullah mengganggapnya sebagai keburukan, maka kita tetap akan katakan bahwa itu adalah buruk.
Dengan menjadikan hukum Allah sebagai barometer dalam menilai sesuatu, sebagai komunitas umat Islam, kita akan pandangan yang sama.
Dan yang lebih penting lagi, kita tidak mudah mengikuti dan meramaikan hal-hal yang bertentangan dengan syariat, hanya karena sedang menjadi tren dan diikuti oleh orang banyak.
Catatan: Ustaz Achmad Dahlan, Lc, MA (IKADI DIY). [Ln]