ChanelMuslim.com – Adab berilmu dalam buku Sunnah Sedirham Surga yang ditulis Ustaz Salim A. Fillah ini menuturkan tentang bagaimana para alim ulama bersikap dalam keseharian.
“Ilmu bagi Guru seakan penghias bagi sesuatu yang lebih tinggi nilainya: Adab. … Pada seorang guru yang sebenar berilmu, akan kau reguk Adab yang tak disediakan oleh buku-buku. (Ibn ‘Athaillah As-Sakandary)” ~ h.124
Ilmu penting, tapi adab tak kalah penting. Seorang yang berilmu bisa menjadi sombong jika tidak dibarengi adab yang menjadi pelembut ilmu.
Masalahnya, ‘pelajaran’ adab tidak selalu terpenuhi dari kitab atau buku. Dibutuhkan figur yang ‘memperlihatkan’ kesantunan meski dalam hal keilmuan tak perlu diragukan.
Perlu bersosialisasi dan merenungi kehidupan tanpa henti supaya kebijaksanaan dapat hadir seiring dengan bertambahnya ilmu dan usia.
Tak ada sesuatu yang dapat diraih dengan cara instan. Sunnah Sedirham Surga ingin memperlihatkan betapa indahnya adab yang dimiliki Rasulullah, Sahabat, Tabiin dan para alim ulama.
Pembaca bisa membaca dan melihat bagaimana sebuah adab di atas keilmuan bisa menciptakan kedamaian dan kesantunan yang melingkupi perbedaan.
Menurut saya, buku ini salah satu wacana yang coba mengkritisi, atau sindiran halus, tentang kondisi masyarakat, khususnya muslim, yang mudah tersulut perbedaan pendapat.
Baca Juga: Bersama Rasulullah di Surga
Adab Berilmu dalam Sunnah Sedirham Surga
Perkara yang sering muncul adalah ketika satu sudut pandang yang kita peroleh, lalu ditahbiskan sebagai tolok ukur kebenaran, hingga kemudian segala yang masih serupa tapi tak sama pun dihukumi berbeda dan menyimpang. (Sepeminum Kopi)
“Yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri. Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain.”
Kumpulan tulisan Ustaz Salim A Fillah dibagi menjadi empat bab, yang hampir kesemuanya menuturkan tentang bagaimana para alim ulama bersikap dalam keseharian terutama terkait dengan perbedaan pemikiran yang tidak menghalangi rasa tepo seliro satu sama lain, sikap yang juga memperlihatkan bagaimana adab dalam berilmu.
Memperlihatkan bagaimana para ulama yang memiliki kesetiaan pada keshahihah ilmu sejalan dengan keteguhan mereka mencintai umat dan perdamaian.
Bergaya bahasa yang lembut nan santun, Ustaz Salim menuliskan buah pikirannya dengan pesan yang dalam.
Dimulai dari bab Teladan Salaf untuk Para Mukallaf, seperti judulnya kumpulan tulisan banyak berhikmah dari para salafush shalih.
Begitupun dengan bab selanjutnya, Belajar Bajik dari Ulama Klasik. Kedua bab ini sekaligus memberikan potongan-potongan sejarah Islam di masa silam.
Bab ketiga, Oratoria Para Kesatria terasa lebih tegas dengan tulisan yang bertemakan kepemimpinan dan menyentil kekuasaan.
Bab ini diakhiri dengan kisah tentang Malcolm X sebagai sosok dengan perjalanan kehidupan hitam tapi berujung pada keislaman yang indah.
‘Dan Sesungguhnya amal-amal itu ditentukan oleh penutupnya.’ (H.R Ahmad)
Tak luput dibahas para alim ulama nusantara dalam bab Belantara Cendekia Nusantara, tentang ‘polah’ luwes mereka dalam menanggapi perbedaan tanpa menggunakan kata kasar, apalagi kekerasan.
Seperti kisah dua ulama yang berbeda keyakinan tentang bedhug dan kenthongan bisa mengkondisikan sekitar ketika mereka saling bersilaturahmi.
“Meski, jika kita sangat yakin bahwa pendapat kita yang benar, dalam kesantunan akhlaq selalu ada cara untuk mengamalkannya tanpa menyinggung hati sesama” ~ h.252
Sunnah Sedirham Surga ditulis oleh Salim A Fillah pada 2017. Buku setebal 268 halaman ini diterbitkan oleh Pro U Media.[Sinta/ind]
Sumber: https://yukbacabukuislam.blogspot.co.id