ChanelMuslim.com – Rintangan demi rintangan terus diatasi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau terus berusaha memperbaiki kehidupan Islami yang sedang dibangun bersama pengikutnya. Salah satu rahasia besar kesuksesan beliau adalah keyakinan yang amat kuat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Suatu ketika dalam perang Dzatur riqa di tengah perjalanan yang begitu melelahkan, pasukan muslimin menemukan sebuah pohon rindang. Para sahabat meminta Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beristirahat di bawah pohon itu, sementara mereka sendiri berpencar mencari tempat berlindung dari sengatan matahari. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menggantungkan pedangnya di pohon tersebut dan tertidur. Tiba-tiba muncullah seorang musyrik. Dengan cerdik ia berjalan tenang seolah-olah dirinya merupakan bagian dari pasukan muslim. Di tujuhnya tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berteduh, lalu dengan cepat ia mengambil Pedang Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan menodongkannya ke dada beliau.
“Apakah engkau takut kepadaku?” seringai orang itu.
“Tidak,” jawab Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tegas dan tenang.
Orang itu merasa heran karena sudah pasti sesaat lagi ia akan menusukkan pedangnya. “Lalu siapa yang bisa menghalangimu dari tindakanku?”
“Allah!”
Seketika itu juga, orang musyrik itu gemetar, pedangnya terlepas dan tanpa daya iya duduk di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Dengan tangkas, beliau segera mengambil kembali pedangnya dan mengacungkannya ke dada orang itu.
“Sekarang siapa yang bisa menghalangimu dari diriku?” tanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Orang itu menjawab, “Jadilah sebaik-baik orang yang menjatuhkan hukuman.”
Beliau bersabda, “Kalau begitu bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah.
“Aku berjanji kepadamu untuk tidak memusuhimu dan tidak akan bergabung bersama orang-orang yang memusuhimu,” kata orang itu.
Beliau memanggil para sahabatnya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Beliau sama sekali tidak memarahi orang itu. Bahkan beliau melepaskan orang itu yang kemudian pulang dan berkata kepada kaumnya, “Aku baru saja menemui orang yang paling baik.”
Keyakinan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berasal dari kekuatan cinta kepada Allah. Beliau berdoa, “Ya Allah aku memohon dan meminta agar aku selamanya mencintaiMu, dan mencintai orang yang cinta kepadaMu serta mencintai pekerjaan yang dapat membawa aku untuk mencintaiMu Ya Allah, jadikanlah cinta kepadaMu itu lebih daripada aku mencintai diriku keluargaku dan lebih dari rinduku pada air yang tawar pada kala panas.”
Keteguhan dan keyakinan yang sangat kuat pada diri Rasul diiringi dengan kepasrahan dan doa yang senantiasa mengalir dari mulutnya. Sungguh begitu mulia hati Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam. (w)
Sumber: Sirah Nabawiyah, Syaikh Mubarakfury