PERDUKUNAN atau dukun sangat dilarang ajaran Islam. Selain karena dosa kemusyrikan, perdukunan juga menyalahi akal sehat.
Perdukunan sangat dilarang Islam. Yaitu, perdukunan yang bekerja sama dengan jin seperti santet, pelet, dan ilmu sihir lainnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang mengunjungi seorang peramal (dukun) dan percaya pada apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad (Al-Qur’an).” (HR. Imam Ahmad)
Setidaknya, ada tiga hal yang menjadikan perdukunan begitu subur makmur. Yaitu:
Satu, Lemahnya Pemahaman Agama.
Islam sudah jelas melarang praktek perdukunan seperti sihir itu. Dosanya begitu besar bahkan bisa jatuh pada kemusyrikan dan kekafiran.
Pertanyaannya, kenapa justru di negeri yang mayoritas muslim ini praktek sesat itu bisa tumbuh subur?
Hal ini karena umat Islam belum memahami Islam secara benar. Mereka umumnya mengetahui ajaran Islam hanya luarnya saja. Dan itu pun hanya ikut-ikutan.
Kalau ditanya, berapa persen dari umat Islam ini yang bisa membaca Al-Qur’an dengan benar, mungkin jawabannya akan memprihatinkan.
Kalau ditanya lagi, berapa dari yang bisa itu yang paham maknanya, jawabannya akan lebih kecil lagi. Begitu pun ketika ditanya berapa dari mereka yang mengamalkan isinya, tentu akan lebih sedikit lagi.
Jadi, salah satu solusi agar umat ini menyadari buruknya perdukunan adalah dengan memahami ajaran Islam yang benar. Yaitu, melalui kajian Islam, majelis taklim, dan lainnya.
Dari sini pula akan bisa dibedakan, mana ahli agama dan mana dukun yang menyamar sebagai ahli agama untuk mengekspolitasi kelemahan umat.
Dan sarana teknologi saat ini sangat memudahkan untuk kajian keislaman itu. Bisa melalui ponsel atau internet, informasi yang benar tentang ajaran Islam bisa didapatkan dengan mudah.
Dua, Lemahnya Akal Sehat.
Sebenarnya, hanya dengan nalar kritis pun bisa dipahami bahwa perdukunan hanya manipulasi. Sayangnya, umumnya kita terbiasa dengan mengedepankan taklid dan kebiasaan daripada nalar dan pengetahuan.
Contoh, tentang dukun yang dikabarkan bisa menggandakan uang. Kalau memang benar sang dukun bisa menggandakan uang, kenapa ia harus buka jasa dukun untuk mencari uang? Kan ia bisa menggandakan uang tanpa harus susah payah.
Tiga, Jarang yang Berani ‘Membongkar’ Penipuan Dukun.
Ada pepatah mengatakan, kalau tak ada orang pandai yang menyalahkan yang salah. Maka, yang salah akan menjadi benar.
Karena itu, diperlukan mereka yang berani face to face dengan manipulasi ‘kaum dukun’. Hal ini demi untuk menyelamatkan umat yang jutaan.
Begitu pun pelanggaran hukum dari praktek dukun sihir. Aturan sebenarnya jelas tentang manipulasi dukun sihir ini. Tapi, penegakan hukumnya yang kurang terlihat.
Satu saja kasus penegakan hukum yang berat untuk penipuan yang dilakukan dukun, maka akan menjadi pelajaran untuk pelaku kriminal yang lain. [Mh]