HASAD atau dengki bisa hinggap di siapa saja. Hati-hati dengan sifat ini karena bisa menghapus amal soleh kita.
Pernahkah kita gusar kalau ada orang lain dapat rezeki? Pernahkah kita kesal kalau ada orang lain meraih kesuksesan?
Repotnya, orang lain yang kita gusar dan kesal itu adalah orang yang kita kenal baik. Sudah saling kenal, dan sudah biasa berinteraksi.
Hal ini karena ada alasan yang seolah membenarkan bahwa rezeki atau kesuksesan itu pantasnya buat kita. Bukan buat dia.
Sifat buruk ini bukan sekadar ada rasa nggak suka dengan keberhasilan orang lain. Tapi berupaya agar keberhasilan itu bisa lenyap.
Ada upaya buruk yang dilakukan? Tentu saja ada. Mulai dari ekspresi ketidaksukaan, hingga mempengaruhi orang lain agar juga tidak suka seperti kita.
Dari hasad ini pula muncul sifat buruk lain seperti gibah. Yaitu, mengumbar keburukan orang lain.
Itu kalau yang diumbar itu berita benar. Kalau beritanya palsu, maka bisa jatuh pada sifat buruk lain. Yaitu, fitnah.
Jadi, hasad itu memang dahsyat. Ia bukan hanya merusak kebahagiaan orang lain, tapi juga merusak jiwa orang yang dihinggapinya.
Orang yang hasad biasanya tidak bisa hidup tenang. Hati dan pikirannya selalu dibayang-bayangi dengan ketidaksukaan terhadap orang lain.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa hasad itu bisa menghapus amal soleh kita, seperti api membakar kayu bakar.
“Jauhilah hasad. Karena hasad itu dapat memakan kebaikan, seperti api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)
Cobalah beristigfar jika ada sifat seperti itu dalam hati kita. Terlebih yang kita dengki itu merupakan sahabat kita, kerabat kita, dan orang-orang dekat lain dalam kehidupan kita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyampaikan nasihat, “Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling memalingkan muka, dan saling memutuskan ikatan.
“Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidaklah halal bagi seorang muslim saling mengabaikan dan tidak saling bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Mumpung masih ada kesempatan untuk memperbaiki yang rusak, paksakan diri untuk saling memaafkan. Bersyukurlah jika ada orang lain yang bahagia. Karena boleh jadi, dengan syukur itu, kebahagian juga akan datang pada diri kita. [Mh]