PASANGAN serasi itu idaman semua orang. Karena bahagia itu bukan berkelebihan. Tapi keseimbangan.
Semua suami istri ingin hidup serasi. Mereka bahagia bukan karena masing-masing memiliki kelebihan. Tapi lebih karena masing-masing melengkapi kekurangan.
Berikut ini tiga ciri pasangan serasi suami istri yang perlu dicermati. Yaitu:
Satu, pasangan yang saling menutupi kekurangan.
Suami istri itu juga manusia. Ada kelebihannya, tapi banyak juga kekurangannya. Ada kekurangan yang di luar diri, ada juga yang di dalam.
Yang di luar diri misalnya tentang keadaan fisik. Suami yang jangkung tetap bisa serasi dengan istri yang pendek. Istri yang berkulit putih juga bisa serasi dengan suami yang sawo kematangan. Begitu pun sebaliknya.
Karena keserasian bukan urusan keadaan fisik yang sama. Tapi karena masing-masing menunjukkan bahwa keadaan fisik bukan yang patut dipersoalkan.
Begitu pun tentang keadaan dalam diri. Istri yang cerdas tidak mesti sulit serasi dengan suami yang rada ‘telmi’. Karena di satu sisi orang memiliki kelemahan, tapi di sisi lain pasti ada keunggulannya.
Kalau sudah berjodoh, keadaan diri bukan lagi hal yang perlu dipersoalkan. Sebaliknya, harus didekatkan dan disesuaikan.
Dua, kalau hati sudah terikat segalanya jadi serba nikmat.
Urusan serasi itu bukan pada soal luar atau dalam diri. Tapi karena adanya ikatan hati yang saling menguatkan.
Inilah yang mungkin disebut dengan sakinah, mawadah, dan rahmah. Tiga-tiganya ada dalam hati, dan tiga-tiganya bermakna cinta.
Sakinah artinya ‘betah’, ‘anteng’, tenang dan nyaman. Kalau si dia lagi nggak di rumah, tidur menjadi susah. Begitu pun makan dan minum.
Jadi sakinah seperti magnit yang menjadikan satu sama lain ingin terus saling berdekatan.
Mawadah merupakan rasa cinta yang bersumber dari daya tarik fisik. Dan tentang fisik ini sangat relatif buat setiap orang. Tapi kalau sudah berjodoh, daya tarik mawadah akan tumbuh dengan sendirinya.
Sementara rahmah merupakan rasa cinta yang berasal dari sinyal rasa. Meskipun bawel, tapi justru di situ daya tarik cintanya. Meskipun jutek, tapi justru di sisi itu ada kekhasan rasa cintanya.
Kalau lama tak merasakan bawel dan jutek, rasanya ada sesuatu yang hilang dalam hidup ini.
Tiga, saling mesyukuri nikmat jodoh yang Allah berikan.
Jangan anggap enteng nikmat jodoh. Karena jodoh itu bisa bersifat abadi. Bukan hanya di dunia, tapi bisa selamanya hingga di kehidupan akhirat.
Nikmat jodoh bisa memunculkan keberkahan yang tak terhingga. Misalnya, akan lahir putera-puteri yang saleh dan salehah. Kelak, dari merekalah mengalir ampunan dan pahala meskipun sudah tak lagi hidup di dunia.
Mensyukuri nikmat Allah akan berbalaskan nikmat yang lebih banyak. Begitu pun dengan mensyukuri nikmat jodoh akan membuahkan seribu satu nikmat yang tak kunjung habis.
Dengan kata lain, mereka yang senantiasa serasi merupakan hamba Allah yang begitu bersyukur. [Mh]