BUAH jatuh tak jauh dari pohon. Anak berperilaku mengikuti ayah ibunya.
Pepatah negeri asing mengatakan, “Like Parents, Like Children.” Artinya, anak-anak akan bertingkah mengikuti perilaku ayah ibunya.
Pepatah ini menunjukkan bahwa ayah ibu begitu menentukan dalam pembentukan karakter anak-anaknya.
Dalam pepatah Indonesia bahkan lebih jauh lagi. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Hal ini menunjukkan betapa guru juga memiliki daya tiru yang begitu kuat untuk anak-anak. Bahkan dampaknya bisa lebih dahsyat dari yang ditirunya.
Lalu, bayangkan jika ayah ibu memiliki peran ganda untuk anak-anak. Mereka sebagai orang tua sekaligus sebagai guru.
Hal ini karena peran ayah ibu sebagai guru sudah menjadi kemestian. Sejak anak terlahir ke bumi, ayah ibunyalah yang menjadi sosok teladan mereka. Tak peduli apakah yang baik atau yang buruk.
Kalau ayah ibu sering bangun kesiangan, begitu pula anak-anak mereka. Kalau ayah ibu jarang mandi, begitu pula putera-puteri mereka. Kalau ayah ibu suka berbohong, anak-anak juga akan begitu.
Tentu semua ayah ibu menginginkan anak-anak mereka menjadi lebih baik. Lebih rajin, lebih pintar, lebih sehat, lebih taat, lebih soleh, lebih jujur, lebih dermawan, dan lainnya.
Nah, untuk meraih itu, ayah ibu bisa mengukur diri: apakah yang diinginkan dari anaknya sudah ia wujudkan dalam dirinya.
Selama masih ada kesenjangan antara yang diharapkan dari anak-anak dengan apa yang ada pada ayah ibu, akan selalu ada hambatan pada tumbuh kembang anak.
Kecuali, jika ayah ibu merelakan putera-puteri mereka berpisah sementara. Misalnya, ayah ibu tetap di rumah sementara anak-anak tinggal di pesantren.
Di masa para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beberapa sahabat melakukan hal ini. Misalnya, mereka sengaja ‘menitipkan’ anak-anak mereka tinggal bersama Rasulullah.
Misalnya, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin ‘Amr, Usamah bin Zaid, dan lainnya.
Anak-anak ini seperti beralih dari meneladani orang tua mereka di rumah kepada meneladani keseharian hidup Rasulullah.
Boleh jadi nantinya, anak-anak ini akan tumbuh dan berkembang melampaui kapasitas ayah dan ibu mereka.
Namun tetap saja, modal utama anak-anak berasal dari pijakan awal mereka di ayah ibu. Karena para ayah dari anak-anak di masa Rasulullah tersebut merupakan orang-orang hebat.
Dengan kata lain, paksakan terlebih dahulu mengubah diri sendiri sebelum mengharapkan perubahan dari anak-anak.
Jangan sebaliknya: memaksa anak-anak untuk bisa berubah menjadi baik sementara ayah ibunya tetap pada keburukan yang sama.
Rasanya mungkin masih wajar kalau pepatahnya ‘Like Parents, Like Children’. Semoga tidak sampai pada pepatah yang kedua ‘Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari’. Dan sang guru adalah ayah ibu sendiri. [Mh]