Jika ingin shalat kita khusyu’ maka shalatlah seperti orang yang ingin berpisah dari dunia ini, maka kita akan merasa bahwa saat itu adalah kesempatan terakhir untuk mengabdi kepada Allah. Dalam sebuah hadis yang berbunyi:
Dari Abu Ayub Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي وَأَوْجِزْ قَالَ إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ وَأَجْمِعْ الْيَأْسَ عَمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ
“Seorang laki-laki menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: “Ya Rasulullah. Berilah aku nasehat yang ringkas.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau Engkau mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak meninggalkan (dunia). Jangan berbicara dengan satu kalimat yang esok hari kamu akan meminta udzur karena ucapan itu. Dan perbanyaklah rasa putus asa terhadap apa yang ditangan orang lain.”
(Hasan. Dikeluarkan oleh Ahmad (5/412), Ibnu Majah(4171), Abu Nu’aim dalam Al Hilyah (1/462) Al Mizzi (19/347) dan Lihat Ash Shahihah (401))
Ustaz Faisal Kunhi M.A memberikan beberapa point terkait hadis di atas:
1. Salah satu cara yang membuat shalat khusyu adalah ketika kita membayangkan bahwa kita akan mati setelah shalat, kemudian kita akan mempertanggung jawabkan apa yang kita lakukan di dunia dan kita ingat bahwa perbuatan yang pertama kali dihisab adalah shalat.
Baca Juga: Keutamaan Shalat Subuh dan Isya Berjamaah
Shalatlah Seperti Orang yang Ingin Berpisah
2. Disebutkan dalam kata mutiara,
“اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً ، واعمل لآخرتك كأنك تموت غداً“
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.”
Saat beribadah kita ingat mati agar timbul rasa khusyu, dan saat bekerja kita ingat akan hidup selamanya agar hadir semangat bukan untuk berbuat curang dan zhalim, karena sejatinya setiap perbuatan baik yang baik dan diridhai Allah adalah ibadah termasuk di dalamnya mencari nafkah untuk keluarga.
3. Berfikirlah sebelum berucap, jangan berkata-kata baru kemudian berfikir. Perkataan itu seperti anak panah yang dilepas, jika ia melesat, maka ia tidak akan kembali; jika kita sudah mengucapkan sesuatu walau sudah kita revisi maka orang tetap menilai ucapakan kita yang pertama.
4. Ulama berkata:
سلامة الإنسان فى حفظ اللسان
“Selamatnya manusia dalam menjaga lisannya.”
عثرة القدم أسلم من عثرة اللسان
“Tergelincirnya kaki masih lebih selamat dari tergelincirnya lidah.”
5. Hal ini pula yang diisyaratkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, ketika seorang lelaki datang dan meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mewasiatinya,
عَلَيْكَ بِالْيَأْسِ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاس
Artinya: “Hendaknya engkau berputus asa dari apa yang ada di tangan manusia.”
(HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani menyatakan, “Hasan lighoirihi”).
Maksudnya adalah jangan terlalu yakin dengan janji manis manusia, tetapi yakinlah dengan apa yang sudah Allah janjikan karena Ia tidak pernah menginkari janjinya.
8. Semakin berharap kepada makhluk maka akan semakin menderita, dan semakin berharap kepada Allah maka akan semakin tenang dan tegar.
Semoga dengan melakuka cara-cara diatas bisa semakin meningkatkan kekhusyuan kita dalam shalat. [Ln]