Kebersihan hati dalam menuntut ilmu menjadi prioritas utama bagi jiwa seorang penuntut ilmu. Ibadah yang bersifat batin ini menjadi penentu perangai yang akan dimiliki oleh penuntut ilmu setelah ia meraih ilmu yang dicarinya.
Semakin bersih hatinya, maka hasil pencarian ilmunya akan semakin memberi dampak positif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Baca Juga: Optimalisasi Fungsi Saung Ilmu
Pentingnya Kebersihan Hati Bagi Penuntut Ilmu
Menjaga diri dari kesibukan duniawi adalah salah satu usaha membersihkan hati bagi penuntut ilmu.
Saat fokus penuntut ilmu terpecah maka ia lanksana sungai-sungai kecil yang airnya menyebar, di mana sebagian ada yang diserap oleh tanah dan sebagian lagi dihisap oleh udara sehingga tidak ada lagi yang tersisa dan mencapai ladang persawahan, demikian ini diucapkan oleh Sa’id Hawwa.
Selain itu menjaga adab kepada orang yang lebih berilmu adalah salah satu bentuk kerendahan diri. Guru, ulama, ataupun murabbi adalah orang-orang yang memiliki lebih banyak ilmu dan pengalaman.
Kesuksesan seorang murid bergantung pada adabnya kepada sang guru. Ia hendaknya juga berutang jasa kepada siapapun yang telah menyampaikan ilmu kepadanya.
Sa’id Hawwa mengatakan, “Ilmu enggan kepada pemuda yang sombong, laksana banjir yang enggan pada tempat-te,mpat yang tinggi.”
Tujuan menuntun ilmu yang paling tinggi adalah ma’rifatullah yaitu mengenal Allah. Semakin kita mengenal Allah semakin kita merasa dekat kepada Allah.
Saat kesadaran atas kedekatan diri kepada Allah ini telah menguasai jiwa kita maka segala aktivitas kita selalu berlandas pada aturan-Nya yang membawa kemaslahatan. Lebih sederhananya, kita bisa menjadi pribadi yang ikhlas. Ikhlas membawa kebahagiaan. [Ln]