Optimisme adalah hal penting saat kita berada di masa sulit. Keyakinan yang kuat bahwa kita bisa melewati masa sulit ini akan menggerakkan kita untuk terus menghadapi dan mencari solusi. Allah juga selalu bersama orang-orang yang tidak berputus asa.
Ustadz Umar Hidayat, M.Ag memberikan nasihat berkaitan dengan hal ini.
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari)
Yang kutahu Keyakinan yang benar akan mengusir keraguan dan menghasilkan ketenangan (by: Umar. H)
Diakui banyak orang mengalami depresi, stres atau setidaknya menjalani beban berat saat masa-masa sulit itu ada. Mereka bukan karena tidak beriman atau lepas agamanya. Tetapi karena kondisi yang harus dihadapi. Boleh jadi itu bukan karena ulahnya tapi harus mengalaminya.
Baca Juga: Tetap Optimistis Meski Sulit
Kita Bisa Melewati Masa Sulit
Kisah Nabi Ayub dalam keadaan sakit yang semakin parah, belum ketemu obatnya, dijauhkan dari umatnya, bahkan ditinggal istrinya dan keluarganya bertahun merasa derita.
Nabi Ayub teguh dalam keyakinannya, tetap syukur atas nikmatNya. Ya’qub begitu merasa sedih melepas Yusuf hingga mata membuta. Masa-masa sulit Ibunda Musa menghadapi kebijakan pemerintah Fi’aun sesaat setelah melahirkan Musa, hingga harus mengambil keputusan menghayutkan Musa ke sungai.
Maryam yang dikaruniai anak Isa merasakan kesedihan yang berat saat dalam perjalanannya mengandung, dihujani cacian dan hinaan bertubi-tubi dari orang-orang yang menggapnya telah melakukan kehinaan hingga akhirnya memutuskan mengasingkan diri.
Apalagi kisah Nabi Muhammad, yang penuh luka, derita, diboikot, pengorbanan, perang, dihina dikejar untuk dibunuh, meskipun begitu kita tidak pernah mendengar beliau mengeluh. Sebegitu menderitanya Nabi dan para sahabat hingga mereka sangat berharap pertolongan Allah tergambar jelas dalam firmanNya;
Mereka menderita oleh kesengsaraan dan kesulitan dan mereka begitu tersentak sehingga Rasul dan orang-orang beriman bersamanya berseru: “Bilakah akan pertolongan Allah?” (Al Baqarah 2: 214)
Lalu kebodohan kita dengan culas bergumam “itukan Nabi”. Selesailah episode akal sehat kita, buntu menghadapi situasi semakin sulit. Ayo kita melakukan resolusi mental yang benar sebagai orang yang hidup beriman.
Pertama, yakinilah Allah memberikan kesulitan untuk menjadikan kita lebih kuat. Ingat setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Musibah dihadirkan mengingatkan kita semua agar kembali ke jalan yang benar.
Meski kita tengah kepayahan, seperti berada dalam fase terendah dalam hidup kita, tidak semestinya kita berhenti dan menyesali diri, justru kita harus menjadi lebih kuat, lebih optimis, dan tidak berhenti berusaha membantu orang lain yang lebih membutuhkan dari apa yang kita punya.
Jadi beralihlah ke Allah dan meminta bantuan dan dukungan-Nya merupakan tindakan yang sangat penting yang harus kita lakukan selama masa sulit.
Kedua, mari bermuhasabah diri. Sadar atas kesalahan diri, istighfar dan bertaubatlah. Masa-masa sulit yang kita alami ini mungkin merupakan peringatan dari Allah bahwa kita melakukan sesuatu yang salah. Mungkin karena dosa dan kesalahan kita: “Apapun kemalangan menimpa Anda adalah konsekuensi dari perbuatan Anda sendiri …” (Ash-Shura 42: 30).
Pandaikan diri untuk mengambil pelajaran penting dari kesalahan yang pernah kita lakukan, untuk kemudian dijadikan langkah yang lebih baik untuk masa depan. Seperti yang dilakukan oleh Malek Ibn Deenar, salah satu ulama besar Islam, berubah dari seorang pecandu alkohol menjadi orang hebat yang pernah kita kenal karena kematian putrinya yang berusia dua tahun.
Ketiga, kuatkan detak optimis dalam hati, pikiran dan langkah kita. Apa yang dilakukan Nabi saat menghadapi kesulitan? Imam Bukhari meriwayatkan; “Demi Allah, Allah akan menyempurnakan hal ini sampai pengembara dapat melakukan perjalanan dari Sana’a ke Hadhramaut tidak takut kepada siapapun kecuali Allah dan serigala yang bisa memakan dombanya”, Nabi mengatakan kepada Khabbab saat dia mengeluh kepadanya tentang betapa parahnya penyiksaan yang dia dan orang-orang Muslim lainnya di Makkah dapatkan. (Al-Bukhari)
Pengharapan besar selalu disandarkan Nabi kepada Allah, dan keyakinan bahwa akan ada kemudahan setelah mengalami kesulitan, yang membuat mereka terus berjalan. Dan terus bergerak.
Keempat, membangun lebih kuat lagi spritiualitas sabar dan shalat. Mungkin selama ini kehidupan kita kurang sabar dalam menjalaninya. Sabarlah dalam menghadapi setiap masa-masa sulit. Mungkin juga sholat kita belum benar seperti yang Allah inginkan. Maka jadikan pula sholat sebagai penolong hidupmu.
Allah SWT berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu ‘. ” (QS Al-Baqarah: 45)
Karena sholat sebagai media yang sangat efektif untuk mencurhatkan dirinya kepada Allah. Seperti dituturkan Hudzaifah al-Yamani : “Adalah Rasulullah. jika mengalami sebuah perkara yang dirasakan menyulitkan, maka bersegeralah ia menjalankan shalat.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud) .
Kelima, ringankan beban orang lain. Salah satu tindakan taktis dan mujarab adalah bersedekah. Bersedekah seawal mungkin, sebelum kita memulai urusan tersebut.
Melalui sedekah ikhlas karena Allah, Allah akan segera menuntaskan segala urusan, menundukkan segala bala’, memudahkan segala yang sulit, mengurai semua kerumitan, menghasilkan segala sesuatu dan menciptakan semua harapan.
“Orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan keberadaan pahala yang terbaik (syurga). Maka Kami kelak akan siapkan jalan yang mudah. ” (QS Al-Lail: 5-7) .
Mari kita berjuang bersama menghadapi masa-masa sulit, untuk saling membantu, bersatu padu bergadeng tangan dan kumandangkan do’a disetiap saat kepadaNya.
Semoga Allah memudahkan urusan kita semua. Hasbunallah nikmal maula wanikmal wakil, nikmal maula wanikman nashir. Aamiin. [Ln]