SODOM dan Gomora adalah kisah yang tertulis di dalam Kitab Kejadian dan al-Quran. Sebagai Mualaf, Irene Radjiman menjelaskan mengenai hal ini dalam Channel Telegram-nya.
Sodom (bahasa Arab: سدوم Sadūm,bahasa Ibrani: סְדוֹם, Standar Sədom Tiberias Səḏôm, Bahasa Yunani: Σόδομα Sódoma)
dan Amora (bahasa Arab: عمورة ʿAmūrah, bahasa Ibrani: עֲמוֹרָה, Standar ʿAmora Tiberias Ġəmôrāh Ămôrāh, bahasa Yunani: Γόμορρα Gómorra) atau Gomora (bahasa Ibrani: עֲמוֹרָה, Standar ʿAmora Tiberias Ġəmôrāh/ʿĂmôrāh), dan bahasa Inggris Gomorrah.
Sodom dan Amora adalah dua kota besar yang dimusnahkan oleh Allah dalam Kitab Kejadian di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen karena dosa-dosa penduduk Sodom dan Gomora (Amora).
“Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit. Dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.” (Kejadian 19:24-25).
Dalam agama Kristen dan Islam, nama-nama mereka menjadi bersinonim dengan dosa besar yang tak terampuni, yang menjatuhkan mereka ke dalam kemusnahan akibat murka Allah.
Istilah ini telah digunakan sebagai kata yang mengacu kepada dosa dan penyelewengan seksual.
Baca Juga: Mewaspadai Kisah Nabi Luth dan Kota Sodom di Indonesia
Sodom dan Gomora Abad 21
Kisah tersebut telah membentuk kata-kata baru dalam berbagai bahasa di seluruh dunia, termasuk perkataan dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yakni “sodomi”, suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan hubungan anal seks, dan juga hubungan seks seperti binatang.
Sodom dan Gomora dalam Pandangan Yahudi
Musa yang mereka akui juga sebagai nabi dari bangsa Israel, mengingatkan bangsanya dalam pengajaran penghabisannya, agar belajar dari kebejatan Sodom dan Gomora untuk menjauhi yang jahat dan agar mematuhi perintah Allah, dalam dua kutipan:
Seluruh tanahnya yang telah hangus oleh belerang dan garam, yang tidak ditaburi, tidak menumbuhkan apa-apa dan tidak ada tumbuh-tumbuhan apapun yang timbul daripadanya, seperti pada waktu ditunggangbalikkan-Nya Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim, yakni yang ditunggangbalikkan TUHAN dalam murka dan kepanasan amarah-Nya– [ Ulangan 29:23]
Sesungguhnya, pohon anggur mereka berasal dari pohon anggur Sodom, dan dari kebun-kebun Gomora; buah anggur mereka adalah buah anggur yang beracun, pahit gugusan-gugusannya.[Ulangan 32:32]
Sejumlah nabi-nabi Israel juga menggunakan kebinasaan Sodom dan Gomora untuk memperingatkan rakyatnya dan menubuatkan malapetaka bagi mereka yang melakukan kebejatan penyimpangan seksual.
Sodom dan Gomora dalam Pandangan Kristen
Yesus menyebut nama kota Sodom dan Gomora serta merujuk kepada kisah kebinasaannya.
Dengan demikian, Yesus meyakini kebenaran catatan Kitab Kejadian atas peristiwa ini. Kebinasaan kota Sodom dan Gomora dipakai-Nya menjadi peringatan untuk bertobat, seperti tertulis dalam Injil:
Dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik pada masa-masa kemudian [2 Petrus 2:6]
Sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang [Yudas 1:7]
Sodom dan Gomora dalam Pandangan Islam
Dalam berbagai penelitian yang dilakukan, peristiwa atau lokasi kejadian diazabnya umat Nabi Luth Alaihis salam ini adalah di Kota Sodom, di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Laut Mati atau di danau Luth yang terletak di perbatasan antara Israel dan Yordania.
Berikut ini cerita mengenai dihancurkannya umat Nabi Luth tersebut dalam Alquran.
“Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.” (QS Asy-Syu’araa [26]: 165-166)
Ajakan Nabi Luth ini justru ditolak oleh umatnya. Bahkan, tatkala Allah Subhanahu wa taala mengutus dua orang malaikat dalam wujud manusia kepada Nabi Ibrahim dan Luth (QS Adz-Dzaariyaat [51]: 32, Hud [11]: 62-81), mereka malah meminta Luth untuk menyerahkan kedua tamunya itu untuk dinikahkan kepada mereka.
Lalu, Allah menghancurkan umat Luth ini akibat perbuatannya.
Dijelaskan umat Nabi Luth ini dihancurkan dengan cara dijungkirbalikkan (yang atas ke bawah, dan bawah ke atas) lalu dihujani dengan batu belerang yang terbakar secara bertubi-tubi.
Selama ribuan tahun terkubur, kini jejak atau sisa-sisa kehancuran umat Nabi Luth ini berhasil ditemukan oleh para ahli arkeologi di sekitar Laut Mati.
Kisah-kisah umat terdahulu hendaknya menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia. Namun banyak yang tidak peduli dengan peringatan tersebut.
Kehancuran umat Nabi Luth yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis, rupanya tak cukup menjadi pelajaran dan peringatan.
Itulah yang dilakukan masyarakat di Kota Pompei yang terletak di sebelah timur Gunung Vesuvius, Kota Naples, Italia.
Pompei merupakan sebuah simbol kemerosotan dari Kekaisaran Romawi yang juga melakukan perilaku seksual menyimpang sebagaimana umat Luth, dan akhirnya mereka pun mengalami nasib serupa.
Kehancuran Pompei disebabkan oleh letusan Gunung Vesuvius.
Gunung Vesuvius adalah simbol bagi Italia, terutama Kota Naples. Karena berdiam diri selama dua ribu tahun terakhir, Vesuvius dinamai ‘Gunung Peringatan.’
Dinamakan demikian, karena bencana yang menimpa Sodom dan Gomora sangat mirip dengan bencana yang menghancurkan Pompei.
Catatan historis menyebutkan, Kota Pompei adalah sarang foya-foya dan perilaku menyimpang. Kota ini dikenal dengan meningkatnya pelacuran begitu tinggi sampai-sampai jumlah rumah prostitusi tidak terhitung lagi.
Tiruan alat kelamin dalam ukuran aslinya digantungkan di depan pintu-pintu rumah bordil.
Menurut tradisi yang berakar dari kepercayaan Mithra ini, organ seksual dan persetubuhan tidak seharusnya disembunyikan, namun dipertontonkan secara terang-terangan.
Hingga akhirnya, letusan Gunung Vesuvius menghancurkan mereka yang tak sempat melarikan diri.
Dari beberapa temuan yang dilakukan terhadap Kota Pompei, ditemukan adanya sebuah keluarga yang sedang menyantap makanan yang membatu saat itu juga.
Bahkan, banyak pasangan ditemukan membatu dalam keadaan sedang berhubungan badan sesama jenis.
Wajah dari beberapa jasad membatu yang digali dari Pompei tidak rusak, ekspresi wajah-wajah tersebut pada umumnya menunjukkan kebingungan.
Alqur’an mengisahkan kepada kita bahwa tidak ada perubahan dalam hukum Allah (sunnatullah):
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain).
Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah mereka kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat.
Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu.
Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu” (QS. Al-Faathir, 35:42-43).
Begitulah, “…sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah…”.
Siapapun yang menentang hukum Allah dan berusaha melawan-Nya akan terkena sunatullah yang sama.
Pompeii, yang merupakan simbol dari degradasi akhlak yang dialami kekaisaran Romawi, adalah pusat perzinaan dan homoseks. Nasib Pompeii mirip dengan kaum Nabi Luth.
Kehancuran Pompeii terjadi melalui letusan gunung berapi Vesuvius.
Sementara Allah memberikan hukuman sebegitu dahsyat bagi kaum nabi Luth dan kumpul kebo. Lantas, apakah harus menunggu pengadilan Allah atas negeri ini?[ind]
Sumber: t.me/ireneradjiman