GENERASI sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum sangat istimewa. Allah subhanahu wata’ala menyebut mereka sebagai khairu ummah, umat terbaik.
Dalam kitabnya, ulama Mesir era tahun 50-an bernama Dr. Sayid Quthub menjelaskan keistimewaan generasi sahabat Nabi. Dan hal inilah yang bikin generasi kita sulit menyamai mereka.
Apa saja? Setidaknya ada tiga rahasia keistimewaan itu.
Satu, sahabat Nabi menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya pedoman hidup.
Al-Qur’an itu pedoman hidup. Tanpa memahami Al-Qur’an, kita seperti traveler yang melalui perjalanan panjang tanpa peta. Kemungkinan tersasarnya begitu besar.
Para sahabat Nabi dididik untuk tidak mencari pedoman hidup lain selain Al-Qur’an. Walaupun hanya sekadar studi banding atau wawasan.
Suatu kali, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah membawa lembaran Kitab Taurat. Nabi menanyakan apa yang dipegang Umar.
Umar pun menjawab kalau ia memegang lembaran Kitab Taurat. Umar sepertinya ingin melihat plus minus dari sebagian isi kitab yang diturunkan Nabi Musa itu.
Mendengar jawaban Umar, Nabi mengatakan, yang kira-kira, “Wahai Umar, sekiranya yang diturunkan kitab itu hidup saat ini, ia akan menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya pedoman hidup.”
Mendengar ucapan Nabi, Umar langsung membuang lembaran Kitab Taurat tersebut.
Kedua, sahabat Nabi selalu ‘sami’na wa atho’na’ atau selalu taat.
Rahasia kedua, para sahabat Nabi selalu bersikap sami’na wa atho’na atau selalu mentaati apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya.
Merek tidak mau meremehkan. Mereka juga tidak ingin menunda-nunda apa yang telah diperintahkan Allah dan Rasul. Diperintahkan saat itu, dilaksanakan saat itu juga.
Contoh, ketika turun perintah Allah tentang larangan minuman keras, para sahabat Nabi langsung membuang simpanan khamar mereka.
Sejarah menyebut, saat itu Kota Madinah seperti banjir khamar. Hal ini karena begitu banyak cairan khamar yang dibuang secara bersamaan.
Contoh kedua, ketika turun perintah jilbab. Para muslimah saat turun perintah jilbab langsung mengenakan kain apa saja yang bisa mereka raih untuk menutup aurat.
Tanpa sedikit pun mikir-mikir, nunda-nunda, dan lainnya. Tanpa juga menunggu ingin menjahit jilbab dulu. Yang penting, laksanakan dulu perintah Allah dan RasulNya.
Begitu pun ketika turun perintah-perintah yang lain seperti berjihad, menerapkan ekonomi Islam, dan lainnya.
Ketiga, para sahabat kalau ‘hijrah’ dilakukan dengan totalitas.
Para sahabat Nabi, sebelum masuk Islam, memiliki aneka perilaku buruk masing-masing. Ada yang gemar mabuk, berjudi, dan lain-lain.
Ketika mereka ‘hijrah’ atau masuk Islam, mereka membuang jauh-jauh semua perbuatan buruk yang pernah mereka lakukan.
Dan satu lagi yang paling penting, tidak sedikit pun terbersit untuk coba-coba lagi perilaku buruk yang telah mereka tinggalkan.
Sekiranya kita mampu mengamalkan apa yang menjadi rahasia istimewa sahabat Nabi tersebut, insya Allah, kita pun akan memiliki mutu seperti para sahabat Nabi. [Mh]