Proses awal dakwah Rasulullah melahirkan benih generasi As-Sabiqunal Awwalun. Istilah As-Sabiqunal Awwalun diangkat dari Al-Qur’an dalam firman Allah untuk menamakan satu bagian generasi sahabat.
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (Q.S. at-Taubah:100)
Baca Juga: Bersyukur Atas Kemuliaan Menjadi Ibu
Istilah dari kelompok ini tidak bisa dilebarkan karena sangat eklusif, sebagaimana ayat di atas, mereka dipisahkan dengan kalimat “orang-orang yang mengikuiti mereka.”
Kelompok ini tidak mencakup semua sahabat, mereka sangat spesifik. Mereka adalah kelompok sahabat yang lebih dahulu masuk Islam.
Dari semua total jumlah sahabat sekitar 140.000 orang, lebih dari 100.000 nya masuk islam setelah Fathu Mekkah (tiga tahun terakhir Rasulullah berdakwah)
Jadi di 20 tahun Rasulullah berdakwah, jumlah sahabat masih sekitar 20.000 hingga 30.000. Itu pun tidak semua masuk katergori As-Sabiqunal Awwalun. Artinya mereka sangat spesial dan diberi nama khusus sebagai apresiasi terhadap respon cepat mereka menerima ajaran Islam.
Ada perbedaan pendapat terkait batasan akhir generasi sahabat yang masuk kategori As-Sabiqunal Awwalun. Perbedaan ini terjadi pada para tabi’in.
Pertama, pendapat Asy-Sya’bi menyatakan bahwa As-Sabiqunal Awwalun adalah mereka yang memeluk islam dari awal sampai peristiwa Baiat Ridwan, yang menyebabkan terjadinya perjanjian Hudaibiyyah, yaitu pada tahun 6 H. Sehingga yang masuk Islam setelah peristiwa ini tidak masuk As-Sabiqunal Awwalun.
Kedua, pendapat mayoritas ulama Tabi’in mendefinisikan As-Sabiqunal Awwalun lebih pendek lagi, yaitu mereka yang masuk Islam dari awal sampai sebelum perubahan kiblat dari masjidil aqsha ke masjid haram. Artinya seluruh sahabat yang sempat shalat menghadap dua kiblat.
Perpindahan kiblat ini terjadi sebelum perang Badar pada tahun 2 H di bulan Ramadan. Sementara perpindahan kiblat terjadi di bulan Rajab. Artinya orang yang masuk Islam setelah perang badar tidak masuk kelompok As-Sabiqunal Awwalun. Maka perkiraan total As-Sabiqunal Awwalun hanya 2500 orang, baik dari Muhajirin maupun Anshar.
Dan di antara kemulian As-Sabiqunal Awwalun sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam ayat di atas di antaranya:
Pertama, derajat Ihsan yang diberikan kepada mereka adalah derajat kebaikan yang beradai di level atas.
Kedua, Allah ridho terhadap mereka dan merekapun ridho kepada Allah, ini adalah pujian tertinggi yang diberikan Allah kepada para sahabat. Jika Allah sudah ridho, maka segala tindakan mereka sudah dijamin kebaikannya.
Kalaupun mereka melakukan kesahalan maka kesalahan ini tidaklah fundamental dan ditutupi dengan amal-amalan mereka yang jauh lebih banyak dan lebih besar kebaikannya.
Tidak cukup sampai disitu pujian yang diberikan Allah, yang Ketiga, Allah telah menyediakan taman-taman surga bagi mereka.
Keempat, mereka kekal di dalam surga tersebut. Kekekalan banyak didambakan oleh manusia, mereka pada hakikatnya menginginkan kenikmatan yang abadi.
Dan keabdian ini sudah dipastikan kepada As-Sabiqunal Awwalun yang saat itu masih banyak yang masih hidup. Seperti Anas bin Malik yang masih hidup 80 tahun setelah ayat ini turun.
Dan pujian ini tidak mengubah status Anas bin Malik sebagai orang-orang yang mendapat jaminan-jaminan di atas. Segala tindakannyapun selalu diliputi kebaikan dan keridhoan Allah.
Dalam suatu kisah saat Abdurrahman bin Auf (As-Sabiqunal Awwalun) dan Khalid bin Walid (yang baru masuk Islam di tahun 8 H) bertengkar. Khalid dengan kondisi emosi menghina Abdurrahman.
Lalu Rasulullah menegurnya dengan mengatakan “Kalau kamu punya emas sebesar gunung uhud kemudian kamu sedekahkan dan Abdurrahman bin Auf cuman punya satu mud emas atau bahkan setengahnya maka itu tidak sebanding. Masih berbobot sedekahnya Abdurrahman bin Auf.”
Demikianlah kemuliaan As-Sabiqunal Awwalun ini. Semoga kita bisa masuk dalam golongan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dan mendapat jaminan seperti mereka. [Ln]