ChanelMuslim.com -Soal Listrik Mati
Cari lilin dan lampu emergency di toko tadi malam sampai siang ini tidak ada. Kata penjaga toko : “Habis bu, diserbu warga.”
Alhamdulillah tadi malam kami gunakan stock lilin yang biasa disimpan untuk jaga-jaga kalau mati lampu.
Tapi tidak cukup untuk sampai subuh. Lilin hanya bertahan sampai pkl 22.00. Sisanya pakai senter HP untuk sekedar menerangi ruangan. Juga tidak bisa bertahan lama karena lama-lama habis juga.
Baca Juga: Angin Kencang Sebabkan Ribuan Rumah Tanpa Listrik di Ontario Kanada
Soal Listrik Mati
Bohlamp yang biasa menyimpan energi listrik juga pas rusak.
Tiba-tiba saya teringat almarhumah ibu. Dulu waktu kami masih kecil, ibu membuat penerangan dari minyak sayur yang ditaruh di pisin kemudian diletakkan garpu di atasnya.
Ibu mencari kain perca dari bahan kaos kemudian dipilin dan dijepit garpu. Ada bagian yang dikeluarkan sedikit di atas garpu.
Kain yang dipilin ini agak memanjang hingga terendam minyak sayur. Tak lama ibu ambil korek api dan dinyalakan ke bagian atas kain .
Alhamdulillah, Lumayan. Ruangan tidak terlalu gelap. Cahayanya bertahan sampai pagi , minyak sayur pun tidak tiris. Tadi malam ilmu ini saya pakai lagi.
Kata ibu saya :”Malah dulu zaman penjajahan Belanda dan Jepang, nenek pakai minyak dari biji buah jarak.” Kok, kayak balik ke jaman penjajahan ya ?
Rakyat Indonesia ini sabar dan mengikuti aturan. Meski tarif listrik terus naik. Tetap saja rakyat bayar dan tidak protes. Apa gunanya juga protes, karena pemerintah tidak dengar. Malah nanti rumah gelap dan lumpuh. Yang protes pun akan dituduh macam-macam.
Di negara-negara maju, dimana rakyat dipungut pajak tinggi namun berbanding lurus dengan tingkat pelayanan publik yang bagus pula. Jika ada kerugian semacam peristiwa kemarin sampai hari ini, rakyat bisa melakukan class action.
Bayangkan, tiba-tiba kehidupan seperti terisolasi dan berapa banyak anak-anak yang stress karena sedang belajar di boarding school tidak ada air. Untuk mendapatkan air perlu pompa listrik. Dan listrik mati lebih dari enam jam.
Ini yang dirasakan rakyat kecil, mungkin bagi pejabat negara dan orang-orang kaya yang kapan saja bisa gunakan genset, tidak merasakan susahnya rakyat kecil.
Mereka bisa seketika ada solusi. Harusnya rakyat bisa menuntut pemerintah karena sudah bayar pajak dan tarif listrik.
Sayangnya negara ini (bukan) negara maju. Di beberapa wilayah di Sumatra listrik padam itu biasa. Bahkan ada beberapa penerangan itu digilir per enam jam. Ingin sophisticated, tapi tidak siap dengan sarana. Ya Allah.
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di akun Instagramnya pada Senin, 5 Agustus 2019 pukul 16.36