ChanelMuslim.com – INSPIRATOR MUSLIMAH
Oleh : Kingkin Anida*)
Menjadi Inspirasi bagi umat adalah tahapan yang perlu dilalui oleh mereka yang beriman.
Karena orang beriman itu perlu membuktikan iman nya dengan amal. Dan penting menjelaskan maksud tujuan dari amal. Agar menegaskan kembali pada dirinya bahwa penjelasan itu adalah nasihat bagi dirinya sendiri.
Al-A’raf 7:62
اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّىْ وَاَنْصَحُ لَـكُمْ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Aku menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”
Firman Allah diatas salah satu gambaran tentang nasihat yang diberikan Nabi pada umat.
Dan bagi kita pengikut jejak Risalah Nabi, menjadi satu kewajiban untuk memberikan nasihat dari apa apa yang kita tahu.
Nasihat bagi diri sendiri dan juga bagi orang di sekitarnya.
Inilah salah satu makna dari menginspirasi. “Memberikan suatu pencerahan dari sudut pandang yang berbeda” yang mampu menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan.
Ada beberapa persiapan jangka panjang untuk tumbuh menjadi Inspirator Muslimah.
Untuk melakukan itu semua Insyaa Allah kita akan mulai langkah kita dengan niat karena Allah SWT, niat amal kita. Karena apabila tidak dilandasi dengan niat Lillahii ta’ala maka percuma saja. Akan seperti buih. Terlihat tapi tidak memberikan makna apapun. Itulah niat yang bukan karena Lillah maka tidak akan memberikan makna apapun bagi perkembangan kita di akhirat.
Yang kedua Insyaa Allah kita melakukan semuanya dengan mencontoh pada garis besar dari apa yang telah diberikan oleh Rasulullah Salallahu ‘Allaihi Wassalaam. Karena inilah dua pokok yang menjadi syarat kriteria diterimanya amal oleh Allah Subhanahu Waa Ta’ala.
Rasulullah Salallahu ‘Allaihi Wassalaam, *“Innamal a’malu bii nniat, wa innama likulimri’in manawa* Sesungguhnya semua amal itu tergantung akan niatnya, dan hanya bagi seorang itu apa yang telah menjadi niatnya. (HR. Bukhari)
Alhamdulilah kita mengumpulkan niat-niat baik di dalam satu amal itu diperkenankan oleh Allah SWT termasuk keikhlasan.
Misalnya salah satu contoh, pergi mengaji dengan niat selain ikhlas lillahi ta’ala kita boleh mengumpulkan niat lain..
misalnya dengan niat silaturrahim, niat berinfak,
niat menuntut ilmu,
niat juga untuk tilawah Al-Qur’an,
niat untuk memperbaiki diri,
niat mencari ridho Allah.
Insyaa Allah hal-hal yang seperti ini, niat-niat yang baik yang dikumpulkan di dalam satu amal itu masih diperkenankan, diperbolehkan oleh Allah SWT.
Sehingga amalan dengan beberapa niat ini akan mendapatkan beberapa pahala sekaligus.
Setelah niat ini kita bangun maka hal kedua yang perlu kita adakan di dalam diri kita adalah membentuk kebiasaan.
Kebiasaan sebagai seorang inspirator muslimah yang punya hobbi seperti membaca, kemudian berada di dalam kumpulan atau majelis, bersama-sama dengan orang-orang yang baru atau mungkin kawan-kawan yang lama.
Menuntut ilmu, gemar untuk bisa berbagi, berdiskusi dengan penuh keterbukaan. Karena Inspirator Muslimah ini adalah orang yang akan melahirkan gagasan-gagasan baru, ide-ide untuk mengerakkan dirinya, orang-orang di sekitarnya menuju sebuah perubahan yang lebih baik.
Menuju sebuah kehidupan peradaban yang lebih baik. Oleh karenanya kebiasaan itu perlu untuk dibangun.
Kita ketahui bahwa kebiasaan bisa terbangun awal mulanya tentu dari pikiran-pikiran yang melahirkan gerakan atau sikap-sikap yang menjadi kebiasaan yang terus-menerus dilakukan olehnya.
Mengapa harus terus memelihara kebiasaan-kebiasaan baik?
Karena inspirasi itu tumbuh dari perbuatan, dari kebiasaan. Dari pengulangan pengulangan. Itu saja, akan menghadapi godaan setan.
Setan memiliki beberapa target untuk menggoda. Yang pertama syetan itu akan berusaha membuat seseorang tidak memiliki niat yang baik.
Kemudian yang kedua tidak jadi beramal.
Tadinya mungkin kita berkumpul dalam Majlis atau di grup Whatsapp…semata-mata karena Allah SWT.
Ehhh dalam perjalanannya ada beberapa kendala.
Ada ketidaksepakatan, ketidaksepahaman,
tidak sama di dalam satu pendapat,
ada yang tetap bertahan,
ada yang kemudian memutuskan untuk keluar dari Majlis atau grup dan tidak jadi beramal.
Ini juga bagian dari target syetan. Ada yang beramal tapi tidak berkualitas, yang penting gugur kewajibannya, atau yang kemudian terjadi berikutnya adalah membanggakan amalnya.
Jangan sampai ada di antara kita yang tadinya awalnya baik tapi akhirnya mulai membanggakan amalnya.
Naudzubillahimindzalik.
Karena kebiasaan yang baik, lahir dari sebuah pikiran yang baik, niat yang baik. Karena itu kembali lagi ke awal bahwa untuk melakukan ini semua, kita semata-mata mewujudkannya bukan untuk kepentingan pribadi tapi untuk kepentingan Allah, melayani Allah, meningkatkan banyaknya orang semakin mendekat kepada Allah SWT. Di dalam bahasa agama dikenal dengan sebagai dakwah.
Jadi inspirator muslimah menata kehidupannya untuk dakwah Ilallah. Karena itu kemudian lahirlah kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Apabila kebiasaan baik ini belum terbentuk dalam dirinya, dia akan berusaha sekuat mungkin dan mencari lingkungan yang akan bisa mendorongnya untuk bisa melakukannya.
Yang ketiga, apabila kebiasaan-kebiasaan yang kita kumpulkan, kita lakoni secara istiqomah berkesinambungan, maka dia akan membentuk karakter dalam diri kita.
Seorang Inspirator Muslimah karena point pentingnya adalah bagaimana dia merangkai kalimat, menyampaikannya kepada umat, hendaknya karakternya pun adalah karakter yang terpilih. Yang dia sudah pikirkan dampaknya.
Misalnya dia hanya mengucapkan satu kata, dia harus berpikir berulang-ulang. Apa dampak dari kata-katanya.
Harus instrospeksi kata-kata yang biasa dia gunakan sehari-hari bentuknya seperti apa, karena yang demikian akan menimbulkan satu dampak tertentu dari kata-katanya.
Selanjutnya adalah networking atau kemampuan membangun jaringan.
*Inspirator Muslimah hendaknya senantiasa berpikir untuk membuat jaringan baru, bertemu dengan orang baru, bicara dengan orang-orang baru di dalam kehidupannya. Berani untuk memperkenalkan dirinya, dan di dalam jaringan ini dia bisa bekerja sama menghasilkan amal-amal produktif yang akan mengarahkan lingkungannya ke arah yang lebih baik*.
Ada dampak yang baik yang positif dari networking yang dia bangun.
Apakah mungkin seorang Inspirator Muslimah tanpa networking? Tidak mungkin. Jawabannya mustahil.
Kenapa? Karena apa yang dilahirkan dari gagasan-gagasannya itu akan mencari pasar dan pasar akan berpikir apakah ide-idenya bisa diterima atau ide-idenya diabaikan.
Semakin banyak orang menerima ide-idenya, itu berarti networkingnya baik, networkingnya terjaga, terpelihara dan ini akan memiliki dampak amal yang luar biasa. Setiap seseorang melakukan suatu perbuatan yang baik, karena dia mendapatkan pencerahan dari diri kita, maka Insyaa Allah amal yang dia lakukan mendapatkan pahala di sisi Allah, kitapun Insyaa Allah mendapatkan pahala yang serupa tanpa mengurangi pahalanya.
Jadi inilah networking yang harus terus-menerus kita bangun di dalam kehidupan kita, baik networking dengan yang serupa dengan muslimah ataupun dengan jaringan lainnya baik yang tua maupun yang muda.
Memang setiap amal itu pasti ada godaan, rintangan dan ujiannya. Termasuk di dalamnya adalah amanah.
Pertama, ketika kita menerima amanah. Kita harus melihat dua sisi.
Yang pertama, amanah itu memang beban. Jadi perlu dipikirkan, sanggupkah kita memikul beban tersebut.
Yang kedua, di balik amanah yang mungkin memberatkan pundak kita dan memberatkan punggung kita, pastinya di sana mendapat kemuliaan.
Kemuliaan dari pemegang amanah. Karenanya kita harus berpikir kembali ketika menerima amanah ini bagaimana supaya terealisasi dengan baik.
Yang kita minta kepada Allah pertama-tama bukan “Ya Allah kurangilah beban-bebanku” , tetapi yang kita minta “Ya Allah kuatkanlah punggungku, kuatkanlah pundakku untuk bisa menerima amanah-amanah ini, untuk bisa menjalankan amanah-amanah ini dan bisa istiqomah di dalam menyelesaikannya hingga akhir secara ahsan, itqon, dan baik… sehingga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mampu menunaikan amanah.”
Memang wajar dalam perjalanan dalam menunaikan amanah ini terkadang kita lelah mendengar komentar ini dan itu, yang bersifat mengkritik atau pujian yang membuat kita berpikir untuk tidak terlalu maksimal karena merasa sekian saja sudah cukup.
Tidak boleh sampai terpikir dalam benak kita, bosan.
Tidak boleh berpikir capek.
Tidak boleh malas berpikir.
Lihat bahwa kita melakukan ini semua bukan untuk manusia, melainkan untuk Allah SWT. Karena itu selalu berpikir berikan yang terbaik.
Kalaupun ada kritikan itu bisa menjadi bahan evaluasi kita untuk muhasabah diri, kira-kira kritikan ini cocok atau tidak dengan diri kita.
Misalnya saja kita dikritik seperti orang yang cuek atau tidak perduli, ini jadi bahan koreksi diri kita apakah kita termasuk orang yang tidak perduli. Kalau setelah dicek ternyata cocok, berarti memang benar kita terlampau cuek karena mungkin pembawaan diri yang santai, maka di sini saatnya kita melakukan perubahan.
Hal ini menjadi alarm pengingat untuk mengembangkan diri.
Tetapi apabila ketika kita sudah muhasabah diri, ternyata kritikan itu tidak sesuai dengan apa yang sudah kita lakukan, ya terima saja.
Ini saatnya kita membuktikan bahwa kita tetap istiqomah, tidak melakukan sebuah perubahan dengan kritikan-kritikan yang masuk.
Terkadang kritikan-kritikan mampu mendorong seseorang sehingga dia benar-benar terpacu. Ada pula yang memuji, dan karena pujian biasanya orang terjatuh karena pujian.
Begitu diangkat cukup tinggi, yang terjadi adalah dia kemudian merasa sudah cukup dan merasa puas. Padahal belajar untuk meningkatkan kapasitas diri itu sebuah keniscayaan.
Jadi perlu banyak muhasabah diri kembali.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengajarkan, apabila kita melakukan sebuah amal kemudian mendapatkan keberhasilan-keberhasilan maka yang pertama kita lakukan adalah bertasbih, yang kedua bertahmid, dan yang ketiga beristighfar.
Serpong,
19 Desember 2018.
*) Calon Anggota DPR RI dari Dapil Banten 3, Partai Keadilan Sejahtera.