MEREKA yang sukses di Bulan Ramadan menganggap bulan ini adalah bulan yang penuh kesucian dan keberkahan.
Bulan yang selalu dinantikan kedatangannya oleh setiap orang yang beriman dan berharap kehidupan akhirat.
Patutlah kita merasa bersedih dan kehilangan ketika bulan Ramadan nanti telah berlalu. Sedih karena merasa tidak ada jaminan untuk bisa bertemu kembali dengan bulan Ramadan.
Menangis karena khawatir jika amal ibadah selama Ramadan tidak diterima oleh Allah.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama bermuhasabah, menilai amal-amal diri kita sendiri selama ini.
Apakah sudah pantas untuk kita jadikan modal menghadap Allah?
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bermuhasabah atau menghitung amalan yang selama ini telah kita lakukan, merupakan cara orang bijak untuk mengetahui kekurangan yang ada.
Muhasabah juga akan menghindarkan dari sifat takabur, sombong, dan merasa dirinya telah banyak menumpuk pahala.
Padahal bisa saja di sisi Allah tidak ada nilainya sedikit pun.
Baca juga: Kultum Ramadan Hari Kedelapan, Bulan Terkabulnya Doa
Kultum Ramadan Hari Kesembilan, Mereka yang Sukses di Bulan Ramadan
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا ٢٣
Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (QS. Al-Furqan: 23).
Oleh karena itu, sikap terbaik bagi seorang hamba adalah selalu dalam kondisi antara khauf dan raja‘ (antara takut dan khawatir) apabila amalnya tidak diterima Allah.
Tidak hanya itu, tapi juga berharap dengan sepenuh hati agar Allah berkenan menerima seluruh amal ibadahnya.
Seperti doa Nabi Ibrahim dan putranya Ismail:
Wahai Rabb kami terimalah amalan dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Kata takwa dalam surat Al-Baqarah ayat 183 berbentuk fi’il mudhari’ yang berarti ketakwaan tersebut harus hadir disetiap kondisi dan situasi.
Hal ini mengisyaratkan bahwa nilai ketakwaan tersebut harus bisa terlestarikan di luar Ramadan juga.
Janganlah menjadi penyembah Ramadhan, yaitu orang yang hanya berbuat baik di bulan Ramadan. Kemudian di luar Ramadan kembali lagi kepada kejelekan-kejelekan yang selama ini dilakukan.
Semua itu berhasil jika kita bisa menjaga keistiqamahan dalam ibadah sampai ajal kematian menjemput kita dengan predikat husnul khatimah.
Sumber: Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun – Dr. Hasan El Qudsy
[Sdz]