TELINGA adalah salah satu alat informasi dan pengetahuan bagi seseorang. Telinga adalah jendela ilmu dan ilmu terbaik bagi telinga yang sadar akan diiringi dengan zikir.
Mendengar kebenaran menambah kemantapan pijakan hati di atas kebenaran, sedang mendengar kebatilan akan mewariskan dampak-dampak kebatilan ke dalam hati.
Kedudukan telinga yang begitu tinggi di antara anggota tubuh dalam menerima sebuah informasi, menjadikan dirinya disebut pertama kali dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra:36).
Di samping itu, dalam ayat ini secara tegas Allah akan meminta pertanggungjawaban telinga tentang apa yang ia dengar. Karena itu, tidak semua informasi pantas dan layak untuk didengar oleh seorang mukmin yang bertakwa.
Apalagi dalam kondisi ia sedang berpuasa. Seorang yang berpuasa dididik untuk mampu menahan telinganya dari mendengarkan berbagai hal yang tidak diperbolehkan oleh syarak.
Karena tidak semua suara pantas untuk didengar. Jabir bin Abdillah berkata, “Jika kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu dari dusta dan dosa-dosa. Tinggalkan menyakiti tetangga.”
Baca juga: Kultum Ramadan Hari Ketiga, Berpuasa Mulut
Kultum Ramadan Hari Keempat, Berpuasa Telinga
Baik di bulan puasa atau di luar bulan puasa, kita dituntut mampu memaksimalkan anggota tubuh untuk beribadah kepada Allah. Pendengaran kita diisi dengan mendengarkan Al-Qur’an, tausiyah, nasihat, dan perkataan yang baik.
Karena ternyata, kebanyakan orang menyia-nyiakan pendengarannya dalam hal-hal yang tidak benar. Mereka layaknya hewan, karena tidak mampu memfungsikan pendengarannya dengan baik. Allah berfirman:
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqan:44).
Di antara mereka ada yang memenuhi telinganya dengan nyanyian yang diharamkan, atau informasi penuh dosa. Ia menutupi telinganya dari mendengar Al-Qur’an, sunnah Nabi, atau tausiyah kebenaran.
Oleh karena itu, untuk menjaga telinga dari suara yang tidak dibenarkan oleh syarak adalah dengan menghindarkan diri dari tempat yang penuh kemungkaran. Karena salah satu karakter orang mukmin, sebagaimana yang Allah jelaskan:
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (QS. Al-Qhashash:55).
Sumber: Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun – Dr. Hasan El Qudsy
[Sdz]