KAPANKAH hari teragung di dunia? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hari yang teragung di sisi Allah tabaraka wa ta’ala adalah hari Nahr (Hari Raya Kurban), kemudian hari setelah hari Nahr.”(Sunan Abi Daud 1502)
K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya hari yang teragung di sisi Allah tabaraka wa ta’ala adalah hari Nahr (Hari Raya Kurban), kemudian hari setelah hari Nahr.”(Sunan Abi Daud 1502)
Allah punya hak prerogatif menentukan waktu teragung , hari teragung, malam teragung, pekan teragung, bulan teragung, dan tahun teragung. Firman-Nya:
وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Allah menetapkan ukuran malam dan siang”. (QS. al-Muzzammil: 20)
Malam teragung adalah malam qadar atau lalilatul qadri. Sedangkan hari teragung adalah hari raya qurban yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam di atas.
Hari ini paling tepat dijadikan hari solidaritas terbesar dunia. Karena pada hari ini seluruh umat Islam sedunia menyembelih binatang qurban sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan sekaligus solidaritas kepada umat manusia dengan memanfaatkan daging binatang qurban yang telah dipotong.
Baca Juga: Muhasabah Diri di Hari Raya Idul Adha
Hari Teragung Dunia
Kenapa hari ini menjadi hari teragung? Karena ibadah yang dilakukan pada hari ini paling besar manfaat sosialnya bagi umat manusia. Bukan hanya umat Islam yang merasakan manfaatnya tetapi semua orang bisa merasakan manfaatnya dalam beragam bentuknya.
Hal ini sekaligus menjadi pelajaran bahwa kesalehan sosial sangat tinggi kedudukannya dalam Islam. Bahkan orang terbaik menurut Islam adalah orang yang paling bisa memberikan manfaat terbesar bagi manusia. Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
أحبُّ الناسِ إلى اللهِ أنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ ، و أحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سُرُورٌ يدْخِلُهُ على مسلمٍ ، أوْ يكْشِفُ عنهُ كُرْبَةً ، أوْ يقْضِي عنهُ دَيْنًا، أوْ تَطْرُدُ عنهُ جُوعًا ، و لأنْ أَمْشِي مع أَخٍ لي في حاجَةٍ أحبُّ إِلَيَّ من أنْ اعْتَكِفَ في هذا المسجدِ ، يعني مسجدَ المدينةِ شهرًا
“Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Amal yang paling dicintai Allah adalah menyenangkan seorang muslim, atau menghilangkan kesedihannya, atau membayarkan utangnya, atau menghalau rasa laparnya.
“Sungguh aku berjalan bersama seorang saudaraku dalam suatu keperluan lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama satu bulan…”. (Thabrani 6026, dishahihkan oleh al-Albani di dalam ash-Shahihah 906)
Sedemikian besar keutamaan ibadah sosial dibanding ibadah individual sehingga Nabi saw menyebutkan perbandingan, bahwa membantu keperluan seorang saudara lebih baik dari i’tikaf sebulan di masjid Nabawi.
Karena itu, berbagai ibadah yang dilakukan seperti shalat, puasa, haji, dzikir, tilawah al-Quran dan lainnya harus bisa menggerakkan amal-amal sosial yang baik dan bermanfaat bagi umat manusia.
Baca Juga: Panduan Penyelenggaraan Idul Adha di Wilayah PPKM Darurat
Landasan Kesalehan Sosial
Ibadah-ibadah khusus dan spiritual harus bisa menjadi landasan bagi terbentuknya kesalehan sosial. Karena umat Islam harus bisa tampil di tengah umat manusia dengan berperan aktif dalam kehidupan sosial dan memberikan kontribusi nyata di tengah kehidupan manusia. Firman Allah:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّا سِ تَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ ۗ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang ditampilkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah..” (QS. Ali ‘Imran: 110)
Kebaikan umat ini terletak pada peran sosialnya yang dalam ayat ini diungkapkan dengan kalimat “menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar”.
Kalimat “dan beriman kepada Allah” disebutkan belakangan untuk menonjolkan peran sosial yang merupakan konsekuensi dari keimanan kepada Allah.[ind]