DISAAT melakukan hal yang tidak baik, hati cenderung tidak akan tenang. Maka bersyukurlah, itu artinya kita diberi kesempatan untuk menjauhi perbuatan yang meresahkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa mengaggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui manusia,“ riwayat Muslim.
Dan dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahuanhu dia berkata: Saya mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: Engkau datang untuk menanyakan kebaikan? Saya menjawab: Ya.
Beliau bersabda: Mintalah pendapat dari hatimu, kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, dan dosa adalah apa yang terasa mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.
(Hadis hasan kami riwayatkan dari dua musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad-Darimi dengan sanad yang hasan.
Baca Juga: Hadis Arbain 9: Hindari Larangan Laksanakan Perintah Nabi
Hadis Arbain 27: Menjauhi Perbuatan yang Meresahkan
Pelajaran yang terdapat dalam hadis:
1. Tanda perbuatan dosa adalah timbulnya keragu-raguan dalam jiwa dan tidak suka kalau hal itu diketahui orang lain.
2. Siapa yang ingin melakukan suatu perbuatan maka hendaklah dia menanyakan hal tersebut pada dirinya.
3. Anjuran untuk berakhlak mulia karena akhlak yang mulia termasuk unsur kebaikan yang sangat besar.
4. Hati seorang mu’min akan tenang dengan perbuatan yang halal dan gusar dengan perbuatan haram.
5. Melihat terlebih dahulu ketetapan hukum sebelum mengambil tindakan. Ambillah yang paling dekat dengan ketakwaan dan kewara’an dalam agama.
6. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyampaikan sesuatu kepada para shahabatnya selalu mempertimbangkan kondisi mereka.
7. Perhatian Islam terhadap pendidikan sisi agama yang bersifat internal dalam hati orang beriman dan meminta keputusannya sebelum mengambil tindakan.[]
Sumber: Hadits Arba’in Nawawiyah, Muhyiddin Yahya bin Syaraf Nawawi, Penerjemah Abdullah Haidhir, DR. Muh. Mu’inudinillah Bashri, Maerwandi Tarmizi. [Ai/Ln]