GUNUNG Uhud adalah sebuah gunung dengan ketinggian 1.077 m dan berjarak sekitar 5 km di sebelah utara kota Madinah.
Gunung ini adalah lokasi tempat pertempuran kedua antara kaum muslimin dan kaum Quraisy pada tahun 3 H/tanggal 23 Maret 625 M.
Sebagian sumber menyebutkan bahwa penamaan Uhud yang berarti “satu” dikarenakan gunung dengan panjang 6 km ini menyatukan gunung-gunung kecil yang ada di sekelilingnya, sehingga terlihat gunung itu seperti kesatuan [Uhud] dari beberapa gunung.
Baca juga: Lembah Badar, Peperangan Pertama Antara Pasukan Muslimin dan Kafirin
Gunung Uhud Jadi Lokasi Pertempuran Kedua Antara Kaum Muslimin dan Quraisy
Di depan gunung berbentuk puncak-puncak ini terdapat gunung kecil yang dikenal dengan nama Jabal ‘Ainain dan setelah terjadi perang Uhud lebih dikenal dengan nama Jabal Rumat atau gunung pemanah, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menempatkan pasukan pemanah di gunung ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang mencintai kami dan kami pun mencintainya.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Musibah yang dialami kaum muslimin dalam perang Uhud ini bermula ketika para pemanah menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebelumnya beliau berpesan agar mereka tidak meninggalkan Jabal ‘Ainain apapun yang terjadi. Dalam perang ini 70 shahabat wafat, di antaranya paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri terluka dahi beliau dan patah gigi depannya. Pelajaran penting bagi para shahabat dan bagi kaum muslimin sesudah mereka, bahwa kewajiban mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mutlak dan menyelisihi sunnahnya adalah sumber malapetaka.
Allah berfirman yang artinya, “Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”[QS. An-Nur: 63].
Selanjutnya, ketaatan kepada pemimpin selama tidak dalam kemaksiatan adalah kunci persatuan dan kekuatan umat. Allah berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ulil amri [pemimpin] di antara kalian.”[QS. An-Nisa’: 59]. [Din]