SEBELUM menyewa baby sitter ada baiknya orangtua menerapkan aturan terlebih dahulu apa saja tugasnya, jangan sampai tugas-tugas krusial seorang ibu dipegang oleh baby sitter. Selain itu orangtua harus paham dengan baik bagaimana merawat anak. Berikut ini ada kisah orangtua yang teperdaya dengan baby sitter karena minimnya pengetahuan tentang tumbuh kembang anak.
Saat bayiku akan segera lahir, kedatangan baby sitter ini sungguh kusyukuri. Berijazah, berpengalaman lebih dari 10 tahun, rekomendasi saudara pula. Awalnya baik-baik saja, Bun tapi lama-lama aku menemukan banyak kejanggalan.
Salah satunya, jika aku yang memintanya menggendong bayi, tangan baby sitter ini tidak bergerak. Dia bilang ke bayi,”Mama mau gendong, kok kamu nggak mau?”
Baca Juga: 6 Penyebab Baby Sitter Dipecat
Kisah Orangtua yang Teperdaya dengan Baby Sitter
Sebagai ibu yang tidak berpengalaman, kukira memang bayiku lebih nyaman di gendongan baby sitter, sehingga aku membiarkannya. Padahal aku meminta bayiku karena sudah waktunya ia menyusu.
Keanehan kedua, semua yang dilakukannya tidak sesuai dengan apa yang kudengar dari orangtua/dokter/buku/sekadar artikel internet.
Ternyata benar, setelah tahu kalau bayiku bergantung padanya, dia mulai minta pinjam uang. Pertama hanya jumlah kecil, hanya untuk membelikan baju untuk anaknya di desa. Janjinya akan dibayar dari gaji berikutnya.
Lama-kelamaan, jumlah yang dipinjamnya makin besar. Untuk beli kambing, beli HP, renovasi rumah. Padahal utang sebelumnya masih ada. Aku dan suami masih tidak curiga, selama kerjanya beres. Dia juga friendly dan humoris, sehingga mudah untuk suka padanya. Namun firasatku semakin kuat.
Aku mulai bertanya bagaimana cara-cara dia mengasuh anaknya sendiri, hingga suatu ketika dia kelepasan mengatakan setiap mau tidur, pasti anaknya diberi ASI hingga tertidur.
Bukan dengan cara digendong-gendong sampai si bayi jatuh tertidur seperti yang dilakukan pada bayiku. Benar ‘kan, firasatku yang mengatakan dia tidak mau memberikan bayiku untuk kugendong, padahal itu jamnya si bayi menyusu sebelum tidur.
ASI-ku awalnya banyak. Kurasakan nyeri di payudaraku. Tapi karena tidak disusukan, ASI-ku lama kelamaan menjadi makin sedikit. Dan dengan bodohnya, aku tetap berusaha mempercayai baby sitter ini!! Bayiku kelaparan, sementara aku punya ASI yang seharusnya bisa diminumnya!
Dia kuperlakukan seperti keluarga sejak awal kedatangannya. Bebas duduk di sofa, kamar ber-AC, kuajari main internet, bahkan bila belanja di swalayan pun, dia ambil barang tidak hanya untuk dirinya, tapi sekaligus untuk kebutuhan keluarganya di desa. Termasuk dia boleh ambil makanan apa pun di kulkas untuk dia makan.
Tapi bahkan daging yang dia beri untuk anakku itu jauuuh dari takaran yang disarankan dokter. Saat aku tanya, dia bilang kalau dagingnya ditambah, nanti anaknya susah BAB. Padahal ke asisten rumah tangga yang lain, dia bilang enggak suka anakku makan banyak daging, takut BAB-nya makin bau.
Banyak sekali hal-hal yang membuatku berpikir dia sengaja memanfaatkan ketidaktahuanku merawat bayi. Takaran susu formula, cara memberi makan, ASI, cara cebok, dll.
Kepercayaanku padanya juga dipengaruhi dengan tingkat ke-‘PD’-annya yang di atas rata-rata. Dia tipe orang yang berani berbohong. Pernah suatu kali aku tegur dia karena bayiku, belum ada setahun diajak berpanas-panas ria sewaktu tengah hari di jalan.
Hanya ke taman depan, kok”, katanya dengan nada culas. Bila aku tidak punya bukti, pasti aku diam karena dia sangat berani membela dirinya sendiri. Saat kukatakan ada tetangga yang bertemu dengannya di pos satpam (jauh sekali dari rumahku), baru dia diam. Belakangan, aku baru tau kalau ia ini pacaran sama salah satu satpam komplek
Berkali-kali aku menemukan dia berbohong. Dan seringnya, anakku dijadikan alasan. Bahkan anakku dari bayi sudah diatur-atur. Pernah saat aku memanggil anakku yang saat itu di kamar, aku bisa mendengar dia bilang,”Jangan dijawab.” Bagaimana bisa aku tidak emosi?
Jatah WFH dari kantor sudah habis, aku harus kembali WFO. Tapi kalau aku harus meninggalkan anakku di bawah pengasuhannya, mau jadi apa anakku nanti? Akhirnya kuputuskan resign saja. Mulai kurawat sendiri anakku. Sudahlah, daripada anakku tidak diurus sebagaimana mestinya, dimanipulasi, masih dibentak lagi. Sayonara saja.
Sekarang anakku lebih montok. Makan sesuai tekstur, dan jauh lebih mandiri. Saat anakku lihat video dia digendong baby sitter, dia bilang: “Aku mau turun main kok nggak boleh sama Sus (panggilan suster atau baby sitter -Red) ?” Langsung aku bersyukur aku menjauhkan baby sitter itu dari anakku.
Aku menulis ini bukan untuk mematikan pekerjan baby sitter ya. Dibawa ketawa (getir) aja pengalaman itu. Balasan itu, baik, atau jahat, toh ada yang mengatur. Pun kalau sesuatu terjadi, itu memang atas izin-Nya
Awalnya saya tidak mau menulis kisah ini karena saya mau melupakan orang itu dari hidup saya dan keluarga saya. Hanya saja, saya merasa egois sekali kalau ibu-ibu lain termakan trik baby sitter-baby sitter jenis ini. [Ln/HaiBunda]