SEPAKBOLA amputasi diperuntukkan bagi mereka yang kehilangan anggota tubuh (kaki atau tangan), serta mereka yang dikategorikan sebagai “Les Autres”.
Yakni seorang yang anggota tubuhnya lengkap namun memiliki cacat lahir yang membuat salah satu bagian tubuhnya tak berfungsi dengan baik.
Mereka yang berposisi sebagai kiper adalah mereka yang tangannya diamputasi atau satu tangannya tak berfungsi.
Dikutip dari panditfootball.com, adapun peraturan permainan sepakbola amputasi adalah sebagai berikut.
Ada tujuh pemain (satu kiper), sementara jumlah pergantian tak terbatas.
Kiper tak boleh keluar dari kotak penalti dan tak boleh menyelamatkan bola dengan sisa tubuh mereka (bagian tubuh yang diamputasi atau tidak berfungsi).
Tidak ada offside.
Pemain tidak diperkenankan menyentuh bola dan menghalau lawan dengan kruk, serta tak boleh menghalau bola dengan sisa tubuh mereka.
Tidak boleh melakukan tekel.
Sebagaimana futsal, lemparan ke dalam diganti dengan tendangan.
Permainan berlangsung 2 x 25 menit, di mana terdapat jeda interval dalam 10 menit di tiap babak.
Diperkenankan time-out, dengan maksimal waktu satu menit.
Mengenal Sepakbola Amputasi
Di setiap turnamen, sebuah tim maksimal mendaftarkan 15 pemain, dan wajib menyertakan satu penjaga gawang cadangan.
Permainan tak bisa dimulai jika sebuah tim memiliki kurang dari lima pemain outfield, satu penjaga gawang, dan satu penjaga gawang cadangan.
Meski pergantian pemain tak terbatas, maksimal pemain yang diganti adalah dua pemain dalam satu kali waktu pergantian.
Baca Juga: Pesepakbola Senegal Kalidou Koulibaly Menyentuh Hati Para Tunawisma karena Donasinya
Jika penjaga gawang terkena kartu merah, penjaga gawang cadangan masuk dan pemain outfield dikurangi satu.
Lalu berapa luas lapangan yang digunakan? Luas lapangan yang digunakan adalah 60×40 meter, dengan tinggi gawang maksimal 2,2 meter, lebar maksimal 5 meter. Sedangkan untuk lebar kotak penalti adalah 10×8 meter.
Siapa yang menginisiasi sepakbola amputasian? Adalah Don Bennett, lelaki asal Seattle, Amerika Serikat.
Ia terinspirasi dari hal yang sangat sederhana. Ketika anaknya bermain basket di halaman belakang rumahnya, bola basket itu menggelinding ke arah Don.
Dengan menggunakan kruk, Don menendang bola itu menuju anaknya.
Don sendiri kehilangan kakinya akibat terkena baling-baling perahu. Don mengajak teman-temannya yang juga seorang amputasian untuk bermain sepakbola.
Orang yang mempopulerkan sepakbola amputasi ke luar negara Amerika adalah Bill Barry. Dikutip dari www.worldamputeefootball.org, Billa Harry mendirikan Amputee Soccer Internasional pada 1985.
Don membantu Barry mempopulerkan sepakbola amputasi ke negara-negara lain selain Amerika, termasuk ke Eropa.
Di Indonesia, Persatuan Sepakbola Amputasi Indonesia (PSAI) baru dibentuk pada 3 Maret 2018. PSAI menaungi para penyandang disabilitas dan para amputasian untuk bermain sepakbola.
PSAI sudah terdaftar menjadi anggota World Amputee Football Federation (WAFF), sekaligus menjadi inisiator dan anggota Asosiasi Sepakbola Amputasi Asia.
Tim sepakbola amputasi Indonesia yang biasa disebut Garuda INAF berada di peringkat 22 pada Piala Dunia Amputasi 2022 lalu di Turki dan mampu mengalahkan Jerman 2-0.[ind]