ChanelMuslim.com – Ustaz Farid Nu’man Hasan menuliskan contoh-contoh doa ghairul ma’tsur yang merupakan susunan para ulama sendiri, bukan berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sangat banyak di antaranya sebagai berikut.
Imam Ahmad bin Hambal rahimahulah mengatakan:
Dalam shalat saya, sejak 40 tahun yang lalu saya berdoa untuk Asy-Syafii.
Doa Imam Ahmad untuk Imam asy-Syafi’I rahimahullah, jelas itu inisiatif dan buatan Imam Ahmad bin Hambal sendiri, tidak ada satu pun dalam ayat Al-Qur’an dan Hadits yang berbunyi tentang doa untuk Imam Asy-Syafi’i.
Inilah adab murid kepada guru. Imam Ahmad merutinkannya selama 40 tahun doa tersebut.
Apakah ini bid’ah? Tentu tidak, walau ini susunan beliau sendiri dan dirutinkannya.
Imam Ibnu Jarir rahimahullah mengatakan:
Dari Manshur: “Aku bertanya kepada Mujahid, tentang seorang yang berdoa: “Ya Allah, jika namaku bersama orang berbahagia maka tetapkanlah namaku bersama mereka. Seandainya bersama orang-orang sengsara maka hapuslah namaku dari mereka, dan jadikanlah namaku bersama orang-orang berbahagia.” Beliau menjawab: “Bagus”.
Doa di atas jelas bukan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, tapi susunan dari manusia biasa, bukan seorang nabi.
Akan tetapi, doa tersebut dipuji oleh salah satu imam besar, murid Ibnu Abbas, yaitu Imam Mujahid rahimahullah. Jelas ini bukan bid’ah.
Salah seorang shalih masa salaf, Malik bin Dinar rahimahullah, beliau berdoa dengan doa yang unik.
“Allahumma in kaana fii bathniha jaariyatun faabdilha ghulaaman fainnaka tamhuuma tasyaa’u wa tutsbitu wa ‘indaka ummul kitaab.”
Ya Allah, jika di perut wanita hamil itu adalah bayi perempuan, maka gantilah menjadi bayi laki-laki karena Engkau Maha Kuasa menghapus apa yang Kau kehendaki dan menetapkan apa yang Kau kehendaki karena dalam kuasa-Mu-lah Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh).
Baca Juga: Berdoa dengan Kalimat dari Para Ulama atau Perkataan Sendiri
Contoh-contoh Doa Ghairul Ma’tsur dari Para Ulama
Nah, semua ini – dan masih banyak lagi – adalah doa-doa ghairul ma’tsur. Tidak satu pun para imam kaum muslimin membid’ahkannya.
Tentunya, doa-doa di atas tidak berbeda kedudukannya dengan doa-doa susunan ulama lainnya seperti doa Rabithah, atau doa lainnya.
Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih hafizahullah, pernah ditanya tentang orang yang berdoa dari gangguan sihir, dengan menggunakan doa-doa susunan manusia yang tidak ma’tsur dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Beliau menjawab:
Sejauh yang kami tahu, doa ini bukan berasal dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, namun tidak apa-apa berdoa dengannya untuk melindungi diri dari sihir, mengingat doa tersebut tidak mengandung hal-hal yang menyelisihi syariat yang nampak bagi kami, di dalamnya terdapat permohonan perlindungan dengan sifat-sifat Allah azza wa jalla, dan kami berharap doa ini menjadi sebab obat dari sihir atau pelindung lainnya.
Dalam fatwa yang lain, Beliau juga berkata:
Tidak apa-apa bagi seorang muslim berdoa dengan kalimat yang di dalamnya tertera hajatnya, atau solusi atas kesulitannya. Tetapi, jika berdoa dengan doa-doa yang ma’tsur dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam atau dari para nabi lainnya, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an atau sunnah yang suci, maka itu lebih utama.
Hendaknya dia memilih doa yang sesuai dengan keadaannya, kedudukannya, atau kebutuhan yang dia inginkan.
Tidak terlarang baginya menggabungkan antara doa yang ini dan itu, dan mempraktikkan keduanya dengan doa-doa yang dia sukai dan sesuai posisinya.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:
“…kemudian dia memilih doa yang ia sukai maka berdoalah kepada-Nya.” (H.R. Al Bukhari)
Kesimpulan:
– Tidak masalah menurut mayoritas ulama membaca doa ghairul ma’tsur, baik berisikan hajat dunia dan akhirat, dan doa Rabithah termasuk di dalamnya
– Bolehnya doa ghairul ma’tsur, selama isinya tidak bertentangan dengan syariat dan tidak dianggap dari sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Demikian. Wallahu’alam.[ind]