BAGAIMANA hukumnya jika kita buang air setelah mandi besar? Ustaz, kalau mandi junub kan berwudhu dulu, waktu mandi, ternyata buang air kecil, abis mandi perlu wudhu lagi atau tidak kalau mau shalat?
Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S. menjelaskan mengenai hal ini yaitu sebagai berikut.
Keluarnya air seni baik sengaja atau tidak, adalah pembatal wudhu berdasarkan ijma’, dan bukan pembatal mandi wajib.
Jadi, buang air atau kencing saat itu, tidak mengharuskan mengulang mandinya, lanjutkan saja, dan ulangi wudhunya.
Baca Juga: Mandi Junub Menggunakan Shower
Buang Air setelah Mandi Besar, Apakah Harus Berwudhu Lagi
Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid berkata:
خروج الريح من نواقض الوضوء لا من نواقض الغسل ، وعليه : فمن لمس فرجه أو تبول أو أخرج ريحا أثناء غسله فإنه يتم غسله ، ويتوضأ بعده .
Buang angin termasuk pembatal wudhu, bukan pembatal mandi. Oleh karena itu, di saat seseorang memegang kemaluan, kencing, atau buang angin, ketika mandi, maka sempurnakan mandinya dan ulangi wudhunya.
(Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 49693)
Di sisi lain, bagi muslimah, ada perbedaan mandi besar setelah haid dan junub.
Mandi haid dan mandi nifas yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam berdasarkan hadits seperti berikut.
“Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun pohon bidara, atau boleh juga digunakan pengganti sidr seperti: sabun dan semacamnya-pent) kemudian dia bersuci dan membaguskan bersucinya,
kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya, kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia bersuci dengannya.
Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan kain/kapas itu).”
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwa seorang wanita bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tentang mandi dari haid.
Maka beliau memerintahkannya tata cara bersuci, beliau bersabda:
“Hendaklah dia mengambil sepotong kapas atau kain yang diberi minyak wangi kemudian bersucilah dengannya. Wanita itu berkata: “Bagaimana caranya aku bersuci dengannya?”
Beliau bersabda: “Maha Suci Allah bersucilah!” Maka ‘Aisyah menarik wanita itu kemudian berkata: “Ikutilah (usaplah) olehmu bekas darah itu dengannya (potongan kain/kapas).” (HR. Muslim: 332)
An-Nawawi rahimahullah berkata (1/628): “Jumhur ulama berkata (bekas darah) adalah farji (kemaluan).”
Beliau berkata (1/627): “Di antara sunah bagi wanita yang mandi dari haid adalah mengambil minyak wangi kemudian menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya, lalu memasukkannya ke dalam farjinya setelah selesai mandi, hal ini disukai juga bagi wanita-wanita yang nifas karena nifas adalah haid.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam an-Nisaa’: 117 juz: 1).
Syaikh Mushthafa Al-‘Adawy berkata: “Wajib bagi wanita untuk memastikan sampainya air ke pangkal rambutnya pada waktu mandinya dari haidh baik dengan menguraikan jalinan rambut atau tidak.
Apabila air tidak dapat sampai pada pangkal rambut kecuali dengan menguraikan jalinan rambut maka dia (wanita tersebut) menguraikannya-bukan karena menguraikan jalinan rambut adalah wajib-tetapi agar air dapat sampai ke pangkal rambutnya, Wallahu A’lam.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam An-Nisaa’ hlm: 121-122 juz: 1 cet: Daar As-Sunah).
Maka wajib bagi wanita apabila telah bersih dari haid untuk mandi dengan membersihkan seluruh anggota badan; minimal dengan menyiramkan air ke seluruh badannya sampai ke pangkal rambutnya;
dan yang lebih utama adalah dengan tata cara mandi yang terdapat dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ringkasnya sebagai berikut:
1- Wanita tersebut mengambil air dan sabunnya, kemudian berwudhu’ dan membaguskan wudhunya.
2- Menyiramkan air ke atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya dengan kuat sehingga air dapat sampai pada tempat tumbuhnya rambut.
Dalam hal ini, tidak wajib baginya untuk menguraikan jalinan rambut kecuali apabila dengan menguraikan jalinan akan dapat membantu sampainya air ke tempat tumbuhnya rambut (kulit kepala).
3- Menyiramkan air ke badannya.
4- Mengambil secarik kain atau kapas (atau semisalnya) lalu diberi minyak wangi kasturi atau semisalnya kemudian mengusap bekas darah (farji) dengannya.
Demikian. Wallahu a’lam. Itulah penjelasan Ustaz mengenai buang air setelah mandi besar dan harus wudhu kembali jika ingin melakukan shalat. Semoga bermanfaat.[ind]
Sumber: Sharia Consulting Center (SCC)