USTAZAH, bagaimana cara bisa hidup mandiri dalam berumah tangga saya dan suami? Suami saya masih bergantung sama ibu mertua, padahal saya enggak suka tinggal di rumah ibu mertua.
Ustadzah Husna Hidayati, M.HI menjelaskan mengenai hal ini.
Kita perlu memanhami adanya istilah untuk orangtua yang kekanak-kanakan atau kid-parents, begitulah sebutan untuk seseorang yang sudah dewasa, bahkan sudah menikah, tapi masih menggantungkan diri pada orangtuanya.
Baca Juga: 8 Siklus Kehidupan Rumah Tangga (Bag.2)
4 Cara Mandiri dalam Berumah Tangga agar Suami Tidak Bergantung pada Ibunya
Kidult adalah fenomena mengenal seseorang yang sebenarnya secara umur sudah dewasa, tapi masih senang menikmati kehidupan dan kebiasaan anak-anak atau remaja belasan tahun.
Akhirnya, ketika menjadi orangtua, mereka tetap menggantungkan kebutuhan hidup pada orangtuanya.
Singkatnya, mereka adalah sosok yang menolak menjadi dewasa karena tak mau kehilangan zona nyaman masa kanak-kanak yang tak menuntut tanggung jawab besar.
Kenyataannya, sebagian kid-parents berkilah bahwa mereka menerima bantuan dan perhatian bukan karena menuntut demikian, tetapi semata-mata karena kesukarelaan orangtuanya.
Ada beberapa cara yang mungkin bisa kita perlakukan terhadap suami dengan type seperti ini agar dapat melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orangtua/ibunya.
1. Jangan mudah menyerah pada tuntutannya.
Sebelum menikah, suami mungkin terbiasa dengan ibunya yang selalu melayani semua kebutunan dan keinginannya. Akan tetapi, tidak berarti sebagai istri harus melakukan hal serupa.
Tetapkan batasan dan biarkan dia tahu bahwa istri tidak akan berperilaku seperti ibunya.
Dia mungkin bisa bertingkah semaunya saat bersama ibunya, tapi saat bersama pasangan, dia harus berperan sebagai pria yang mandiri dan menjaga harga dirinya sendiri.
Dengan kata lain, istri harus membantu agar muncul ke-qowwam-annya (kepemimpinannya) sebagai kepala rumah tangga.
2. Usahakan tidak tinggal serumah dengan orangtua/ibunya.
Seorang yang menikah tentunya adalah orang yang memiliki cita-cita membangun keluarganya secara mandiri terlepas dari intervensi dan ketergantungan kepada orangtuanya atau pihak lain.
Dan tinggal berdua bagi suami istri itu adalah bentuk upaya kemandirian yang harus dilakukan karena itu merupakan salah satu tujuan berumah tangga.
3. Hindari konfrontasi dengan ibunya.
Betapapun istri tidak suka dan merasa tidak cocok dengan mertua, atau pada saat ada masalah dengan mertua, hindari konfrontasi langsung.
Sebaiknya berbicaralah dengan suami. Ungkapkan perasaan tanpa kemaranan mengenai topik sensitif. Misalnya, istri ingin lebih banyak waktu sendirian dengan pasangan.
4. Jangan biarkan orangtuanya selalu mengintervensi pilihan hidup kalian.
Semua orang tua tentunya menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun selalu membantu membuat pilihan untuk anak yang telah menikah bukan tanggung jawab orang tua.
Sebelum menikah, ibu suami mungkin memilihkan makanan, pakaian, hingga karier pasangan.
Atau suami terbiasa selalu meminta pendapat ibunya dalam membuat keputusan, bahkan dalam urusan keuangan, jalur karier, pengasuhan anak bahkan liburan keluarga.
Jika berlarut-larut, hal ini dapat menjadi masalah dalam pernikahan.
Komunikasikan bahwa jika ada masalah rumah tangga, termasuk keputusan yang hanya perlu disepakati pasangan, cukup diketahui istri dan suami, tanpa campur tangan ibunya.
Kebiasaan-kebiasaan ini seharusnya sudah mulai berani dilakukan ketika seseorang memutuskan untuk menikah.
Dengan demikian, perlahan namun pasti, dia akan terbiasa hidup mandiri, tidak manja, terbiasa mengambil keputusan dan cara berfikir betul-betul menjadi dewasa.
Karena perjalanan hidup dalam pernikahan bisa dipastikan akan banyak mengalami dinamika. Dan untuk mampu menghadapi dan mencari solusinya, diperlukan kesiapan dan latihan untuk memecahkan berbagai persoalan hidup berumah tangga secara mandiri tanpa intervensi dari orangtua.
Semoga Allah mudahkan dan memberikan solusi terbaik dari persoalan yang tengah dihadapi. Wallahu a’lam.[ind/shariaconsultingcenter]