Oleh: Ustaz Umar Hidayat, M.Ag.
ChanelMuslim.com – Redakan konflik, tumbuhkan harmoni. Tidak ada pasangan yang sempurna. Tetapi bukan berarti harus kehilangan keharmonisan keluarga. Karenanya dinamika kekuarga sering terjadi mengiringi proses menuju saling menyempurnakan.
Di saat itulah, kadang tidak sedikit konflik terjadi sebagai proses dinamisasi menuju keharmonisan keluarga. Konflik yang positif berdampak pada semakin harmonisnya keluarga. Sedang konflik yang negatif mendatangkan disharmoni.
Konon kabarnya, salah satu kunci keharmonisan adalah jika antara suami dan istri mau saling memahami dan menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Baca Juga: PM Turki Berusaha Redakan Ketegangan Negaranya dengan Rusia
Redakan Konflik dengan Mendengar
Bagaimana cara menghadapinya? Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan resep: “Barang siapa bersabar atas keburukan akhlak istrinya, maka Allah akan memberinya pahala sama seperti pahala yang diberikan kepada Nabi Ayyub atas kesabarannya menahan derita.
Dan barang siapa yang bersabar atas keburukan suaminya, maka Allah akan memberinya pahala setara dengan yang diberikan kepada Asiyah, istri Fir’aun.” (HR. Al-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Dikisahkan dalam Uqud al-Lujjain, salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, (ada yang mengatakan Abu Dzar al-Ghifari) “stress” karena istrinya sering marah-marah padanya. Bahkan hampir saja berniat mencerainya.
Ia ingin berkonsultasi pada kawan terdekatnya, Umar bin Al-Khatthab.
Sampailah sahabat tersebut di teras rumah Umar, dan secara tidak sengaja ia mendengar istri Umar sedang memarahinya. Nadanya makin meninggi, dan terdengar membesar-besarkan masalah.
Nampak tidak terdengar sepatahpun dari Umar. Pertanda Umar hanya diam saja. Melihat adegan itu, Sahabat tadi mengurungkan niatnya, dan balik kanan sambil bergumam, “Kalau khalifah saja seperti itu, bagaimana dengan diriku.”
Tidak lama kemudian, Umar membuka pintu rumahnya dan ketika melihat sahabat tersebut hendak kembali pulang, ia memanggilnya,
“Saudara, ada keperluan apa engkau datang ke rumahku?.”
Sahabat itu menjawab, “Kedatanganku sebenarnya ingin berkonsultasi mengenai istriku yang sering marah-marah, namun aku mendengar istri Anda sendiri berbuat yang sama.
Aku tidak ingin mengganggu, sementara Anda sendiri sedang ada masalah.”
Kerelaan Mendengar Istri
Umar tersenyum, lalu berkata, “Saudara, mereka adalah istri-istri kita. Aku rela diperlakukan demikian, karena mereka punya hak atas kita.
Istriku sering memasakkan makanan untukku dan membuatkan roti untukku. Ia mencucikan pakaian-pakaianku, mendidik dan menyusui anak-anakku, padahal semua itu bukan kewajibannya.
Aku cukup merasa tenang tidak melakukan hal yang haram, karena pelayanan istriku. Sebab itulah, aku relakan meskipun dimarahi istriku.”
Sahabat tersebut lalu berkata, “Wahai Amir Al-Mukminin, apakah aku juga harus berbuat demikian terhadap istriku?”
Umar menjawab, “Benar, diamlah ketika dimarahi istrimu, karena apa yang dilakukannya tidak akan lama.”
Betapa gembiranya sahabat itu mendapat solusi terbaik dari khalifah.
Bagaimana dengan Anda?[ind]