ChanelMuslim.com – Pasca rangkaian aksi mahasiswa akhir September lalu, menyisakan pro kontra definisi suami perkosa istri. Satu pihak merasa aneh, apakah benar ada suami yang memerkosa istrinya. ini tentu argumen dari kalangan yang menjalani pernikahan dengan baik-baik saja. Satu pihak memberikan serangkaian kejadian pilu istri-istri yang diperlakukan kasar oleh suami mereka. Dan tentu ini merupakan kasus khusus.
Salah satu hal baru dalam RUU KUHP adalah meluaskan definisi perkosaan. Dalam RUU KUHP itu, perkosaan bisa terjadi asal ada kekerasan pria ke wanita, tanpa harus masuk alat kelamin.
"Setiap orang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang bersetubuh dengannya dipidana karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun," demikian bunyi Pasal 480 ayat 1 sebagaimana dikutip detikcom, Rabu (25/9/2019).
Dengan definisi di atas, maka bisa saja seorang suami memperkosa istrinya. Dengan syarat yaitu si istri sedang tidak mau berhubungan badan dan si suami melakukan kekerasan.
Apakah rumusan di atas hal yang baru? Ternyata tidak. Definisi serupa telah tertuang dalam UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Hal itu sesuai dengan asas KUHP yaitu melakukan kodifikasi hukum.
Namun dalam UU PKDRT, tidak menggunakan istilah pemerkosaan, tetapi kekerasan seksual. Pasal 8 huruf a UU PKDRT berbunyi:
Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut.
Adapun Pasal 46 UU PKDRT berbunyi:
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda paling banyak Rp 36 juta.
Perlakuan kasar dari suami yang bahkan hingga mengambil nyawa istrinya, adalah tindakan yang tidak bisa dimaafkan. Di belahan bumi manapun hal ini adalah sebuah kejahatan. Dalam Islam, seorang suami dikatakan baik jika dia bisa memperlakukan istrinya dengan baik. Dan suami yang baik akan memperoleh ketaatan istrinya. Segala hubungan suami istri sudah diatur dalam syariat Islam. Bahkan Islam mengaturnya dengan sangat detail, suami dilarang mendatangi istrinya dari anusnya, tidak boleh menyakiti istri dalam berhubungan badan dan tidak boleh menghentikan jima sampai istri juga mereguk kenikmatannya. Semua dilakukan atas dasar kasih sayang dan cinta, bukan nafsu biologis semata. Karena persetubuhan suami dan istri adalah surga di dunia yang akan melahirkan peradaban yang mulia. [Maya/sumber berita: detik.com]