ChanelMuslim.com- Pasangan itu keseimbangan. Harmonis itu langgeng. Bisakah pasangan yang tetap selaras dan seimbang bisa diraih tanpa pacaran?
Pasca remaja, pria dan wanita mendambakan rumah tangga sakinah, mawadah, dan rahmah. Dambaan itu tentu harus melalui sebuah pintu: nikah.
Pasalnya, bisakah dambaan itu bisa diperoleh jika nikah dengan seseorang yang belum dikenal dekat. Bahkan tahu nama dan gambarnya pun melalui orang lain.
Rasa yakin dan ragu pun timbul tenggelam seperti penampakan perahu kecil di tengah ombak besar. Kalau memang mungkin, bagaimana caranya?
Pacarku, Zaujahku
Kucing menikmati ikan goreng dengan dua keadaan: makan sembunyi-sembunyi atau makan nyantai meski di depan orang. Ia sembunyi-sembunyi karena ikannya didapat dari mencuri. Ia makan nyantai karena ikannya diperoleh karena dikasih orang.
Fenomena makan kucing menunjukkan seolah ia tahu yang halal dan yang bukan. Begitu pun soal pacaran. Yang belum halal biasanya sembunyi-sembunyi. Dan yang sudah halal, tenang dan nyantai berduaan meski di depan banyak orang.
Tentu bukan dalam hal “menikmati”. Tapi, dalam hal berduaan atau keakraban yang spesial. Seperti magnit dan besi yang selalu “nempel” di mana pun keduanya bertemu.
Kalau ada orang asing yang bertanya, “Maaf, dia itu pacarmu, ya?” Dengan tenang akan dijawab, “Dia istri saya.” Ada rasa nyaman di situ. Tanpa sedikit pun rasa ragu atau khawatir akan dituduh macam-macam.
Hal ini karena di zaman yang serba aneh-aneh ini, pria wanita yang berduaan punya dua kemungkinan: masih pacaran atau sudah suami istri. Pemandangan itu terjadi jika suami istri berduaan tanpa ditemani anak.
Fenomena penampakan pacaran ini memang menarik. Untuk suami istri yang menikah tanpa pacaran, penampakan keharmonisannya mirip seperti pasangan yang sedang pacaran. Seolah sedang pendekatan, padahal keadaannya sudah sangat dekat.
Pendekatan yang sedang terjadi bukan dalam hal jarak fisik. Melainkan dalam kedekatan hati dan jiwa. Tampak seperti masih ‘jaim’ atau jaga image alias pencitraan.
Ada dua model pendekatan bagi pasangan ini. Pendekatan yang mirip seperti orang pacaran, dan pendekatan yang bersifat alami untuk mengenal pasangan lebih dekat.
Pendekatan model pertama biasanya tidak melakukan hubungan seksual, meskipun sudah halal. Keduanya bersepakat untuk menunda beberapa waktu agar lebih saling penasaran. Dengan begitu, pendekatan memang ditujukan untuk saling siap ketika tiba waktunya.
Sementara yang kedua, pasangan yang langsung melakukan hubungan seksual di awal-awal malam pengantin. Meskipun keduanya belum saling mengenal begitu dekat.
Bagi keduanya, saling mengenal atau pendekatan bisa sambil jalan. Artinya, biarlah proses hubungan suami istri bergulir alami. Sejalan itu pula, upaya untuk saling lebih kenal juga tetap terus berjalan.
Dengan model pendekatan mana pun tak jadi soal. Dua-duanya sama-sama menarik, dan sama-sama melahirkan keharmonisan. [Mh/bersambung]