ChanelMuslim.com- Hubungan suami istri itu ajaib. Terus-menerus berdua, tapi tidak membosankan. Bahkan selalu ada kejutan.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Dari berpasangan itu ada keseimbangan.
Alam semesta pun Allah ciptakan berpasangan. Tentu dengan sunnatullah atau hukum-hukumnya masing-masing. Dan dengan begitulah alam semesta ini Allah ciptakan dalam keseimbangan.
Kejutan adalah sisi lain dari dinamika sebuah keseimbangan. Dengan kejutan, keseimbangan bergeser dari hukum atau keadaan yang lama menjadi yang baru.
Musibah dan anugerah merupakan kejutan-kejutan yang Allah turunkan agar keseimbangan menjadi dinamis. Dan, tidak membosankan. Antara lain, badai, gempa, berlimpahnya rezeki, dan lainnya.
Begitu pun dalam dunia suami istri. Selalu ada kejutan-kejutan yang menjadikan hubungan sakral itu menjadi tidak membosankan. Antara lain.
Kabar tentang Gaji Pertama Anak
Suami istri mana pun bangga jika anaknya sudah bekerja. Bisa sebagai wiraswastawan ataupun bekerja pada perusahaan. Tak lama lagi, keduanya akan menghitung hari menuju kejutan kemandirian anak dalam finansial.
Saat gaji atau penghasilan pertama, bukan hanya sang anak yang bahagia. Suami istri ini pun jauh lebih bahagia. Terbayang bahwa jerih payahnya selama ini sudah memasuki garis finish.
Jadi, suami istri atau orang tua mana pun bukan bahagia karena mereka akan dapat jatah bulanan. Lebih dari itu, mereka bahagia sebagai ungkapan syukur atas anugerah keberhasilan itu.
Meski usia suami istri itu tidak lagi muda, tenaga yang tidak lagi prima seperti dua puluh tahun lalu; tapi mereka ingin tetap berpenghasilan sendiri. Bukan bersantai sambil menikmati gaji dan penghasilan anak-anak mereka.
Hal itu juga menandakan bahwa tak lama lagi anaknya akan memiliki keluarga sendiri. Dan kesanalah gaji atau penghasilan itu akan disalurkan.
Sekali lagi, bahagia suami istri dalam kejutan itu bukan karena akan “kecipratan” penghasilan. Tapi karena bahagia bahwa jerih payahnya mengalami keberhasilan.
Kalau saja anaknya itu punya adik-adik yang masih butuh biaya, suami istri itu tidak akan menyerahkan tanggung jawab itu kepada sang kakak. Apalagi sampai “memarkir” penghasilan itu sebagai aset keluarga.
Selama masih ada tenaga, masih ada kemampuan, keduanya akan terus berusaha untuk membiayai semua anaknya. Dan hal itu sekaligus sebagai inspirasi dan ajaran untuk anak-anaknya kelak jika sudah menjadi orang tua.
Kecuali, jika ada halangan yang tidak bisa dihilangkan. Seperti, cacat, penyakit, dan halangan permanen lain yang menghalanginya untuk tetap berpenghasilan.
Inilah kejutan lain suami istri di masa menjelang tuanya. Mereka akan berpesan kepada anaknya, “Tabung penghasilanmu karena setelah ini kamu akan punya tanggung jawab besar! Yaitu, keluarga baru.” [Mh]